Gerakan Pramuka lahir pada tahun 1961, jadi kalau akan menyimak latar belakang lahirnya Gerakan Pramuka, orang perlu mengkaji keadaan, kejadian dan peristiwa pada sekitar tahun 1960.
Dari ungkapan yang telah dipaparkan di depan kita lihat bahwa jumlah perkumpulan kepramukaan di Indonesia waktu itu sangat banyak. Jumlah itu tidak sepandan dengan jumlah seluruh anggota perkumpulan itu.
Peraturan yang timbul pada masa perintisan ini adalah Ketetapan MPRS Nomor II/MPRS/1960, tanggal 3 Desember 1960 tentang rencana pembangunan Nasional Semesta Berencana. Dalam ketetapan ini dapat ditemukan Pasal 330. C. yang menyatakan bahwa dasar pendidikan di bidang kepanduan adalah Pancasila. Seterusnya penertiban tentang kepanduan (Pasal 741) dan pendidikan kepanduan supaya diintensifkan dan menyetujui rencana Pemerintah untuk mendirikan Pramuka (Pasal 349 Ayat 30). Kemudian kepanduan supaya dibebaskan dari sisa-sisa Lord Baden Powellisme (Lampiran C Ayat 8).
Ketetapan itu memberi kewajiban agar Pemerintah melaksanakannya. Karena itulah Pesiden/Mandataris MPRS pada 9 Maret 1961 mengumpulkan tokoh-tokoh dan pemimpin gerakan kepramukaan Indonesia, bertempat di Istana Negara. Hari Kamis malam itulah Presiden mengungkapkan bahwa kepanduan yang ada harus diperbaharui, metode dan aktivitas pendidikan harus diganti, seluruh organisasi kepanduan yang ada dilebur menjadi satu yang disebut Pramuka. Presiden juga menunjuk panitia yang terdiri atas Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Menteri P dan K Prof. Prijono, Menteri Pertanian Dr.A. Azis Saleh dan Menteri Transmigrasi, Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa, Achmadi. Panitia ini tentulah perlu sesuatu pengesahan. Dan kemudian terbitlah Keputusan Presiden RI No.112 Tahun 1961 tanggal 5 April 1961, tentang Panitia Pembantu Pelaksana Pembentukan Gerakan Pramuka dengan susunan keanggotaan seperti yang disebut oleh Presiden pada tanggal 9 Maret 1961. Ada perbedaan sebutan atau tugas panitia antara pidato Presiden dengan Keputusan Presiden itu. Masih dalam bulan April itu juga, keluarlah Keputusan Presiden RI Nomor 121 Tahun 1961 tanggal 11 April 1961 tentang Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka. Anggota Panitia ini terdiri atas Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Prof. Prijono, Dr. A. Azis Saleh, Achmadi dan Muljadi Djojo Martono (Menteri Sosial). Panitia inilah yang kemudian mengolah Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, sebagai Lampiran Keputusan Presiden R.I Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961 tentang Gerakan Pramuka.
Kelahiran Gerakan Pramuka
Gerakan Pramuka ditandai dengan serangkaian peristiwa yang saling berkaitan yaitu
1. Pidato Presiden/Mandataris MPRS dihadapan para tokoh dan pimpinan yang mewakili organisasi kepanduan yang terdapat di Indonesia pada tanggal 9 Maret 1961 di Istana Negara. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI TUNAS GERAKAN PRAMUKA
2. Pelantikan Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari di Istana Negara, diikuti defile Pramuka untuk diperkenalkan kepada masyarakat yang didahului dengan penganugerahan Panji-Panji Gerakan Pramuka, dan kesemuanya ini terjadi pada tanggal pada tanggal 14 Agustus 1961. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI PRAMUKA.
Gerakan Pramuka Diperkenalkan
Pidato Presiden pada tanggal 9 Maret 1961 juga menggariskan agar pada peringatan\ Proklamasi Kemerdekaan RI Gerakan Pramuka telah ada dan dikenal oleh masyarakat. Oleh karena itu Keppres RI No.238 Tahun 1961 perlu ada pendukungnya yaitu pengurus dan anggotanya. Menurut Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, pimpinan perkumpulan ini dipegang oleh Majelis Pimpinan Nasional (MAPINAS) yang di dalamnya terdapat Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dan Kwartir Nasional Harian. Badan Pimpinan Pusat ini secara simbolis disusun dengan mengambil angka keramat 17-8-’45, yaitu terdiri atas Mapinas beranggotakan 45 orang di antaranya duduk dalam Kwarnas 17 orang dan dalam Kwarnasri 8 orang. Namun demikian dalam realisasinya seperti tersebut dalam Keppres RI No.447 Tahun 1961, tanggal 14 Agustus 1961 jumlah anggota Mapinas menjadi 70 orang dengan rincian dari 70 anggota itu 17 orang di antaranya sebagai anggota Kwarnas dan 8 orang di antara anggota Kwarnas ini menjadi anggota Kwarnari.
Mapinas diketuai oleh Dr. Ir. Soekarno, Presiden RI dengan Wakil Ketua I, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Wakil Ketua II Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh.
Sementara itu dalam Kwarnas, Sri Sultan Hamengku Buwono IX menjabat Ketua dan Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh sebagai Wakil Ketua merangkap Ketua Kwarnari.
Gerakan Pramuka secara resmi diperkenalkan kepada seluruh rakyat Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1961 bukan saja di Ibukota Jakarta, tapi juga di tempat yang
penting di Indonesia. Di Jakarta sekitar 10.000 anggota Gerakan Pramuka mengadakan Apel Besar yang diikuti dengan pawai pembangunan dan defile di depan
Presiden dan berkeliling Jakarta. Sebelum kegiatan pawai/defile, Presiden melantik anggota Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari, di Istana negara, dan menyampaikan anugerah tanda penghargaan dan kehormatan berupa Panji Gerakan Kepanduan Nasional Indonesia (Keppres No.448 Tahun 1961) yang diterimakan kepada Ketua Kwartir Nasional, Sri Sultan Hamengku Buwono IX sesaat sebelum pawai/defile dimulai. Peristiwa perkenalan tanggal 14 Agustus 1961 ini kemudian dilakukan sebagai HARI PRAMUKA yang setiap tahun diperingati oleh seluruh jajaran dan anggota Gerakan Pramuka
SISTEM DAN METHODE PENDIDIKAN GERAKAN PRAMUKA
- Pendidikan kepramukaan adalah proses pendidikan yang praktis, di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga yang dilakukan di alam terbuka dalam bentuk kegiatan yang menarik, menantang, menyenangkan, sehat, teratur dan terarah, dengan menerapkan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, yang sasaran akhirnya adalah terbentuknya watak, kepribadian dan akhlak mulia.
- Pendidikan kepramukaan merupakan proses belajar mandiri yang progresif bagi kaum muda untuk mengembangkan diri pribadi seutuhnya, meliputi aspek mental, moral, spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisik, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
- Pendidikan kepramukaan merupakan proses pembinaan dan pengembangan potensi kaum muda agar menjadi warga negara yang berkualitas serta mampu memberikan sumbangan positif bagi kesejahteraan dan kedamaian masyarakat baik nasional maupun internasional.
- Pendidikan kepramukaan secara luas diartikan sebagai proses pembinaan yang berkesinambungan bagi kaum muda, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat yang sasaran akhirnya adalah menjadikan mereka sebagai manusia yang mandiri, peduli, bertanggungjawab dan berpegang teguh pada nilai dan norma bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
- Para pelaksana pendidikan kepramukaan harus menghayati dan menyadari bahwa:
Karya di bidang pendidikan adalah karya peningkatan mutu mental, moral, spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisik;
Pendidikan berbeda dengan pengajaran, proses pendidikan lebih mendalam dalam mengembangkan dan membentuk nilai-nilai, sikap, perilaku dan pengetahuan;
Pada hakekatnya pendidikan adalah memberdayakan peserta didik agar mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal;
Dasar dan landasan pendidikan adalah keteladanan, untuk itu para pelaksana pendidikan kepramukaan wajib menjadi teladan.
Sifat Gerakan Pramuka
- Gerakan Pramuka bersifat terbuka artinya dapat didirikan di seluruh wilayah lndonesia dan diikuti oleh seluruh warga negara lndonesia tanpa membedakan suku, ras dan agama.
- Gerakan Pramuka bersifat universal artinya tidak terlepas dari idealisme, prinsip dasar dan metode kepramukaan sedunia.
- Gerakan Pramuka bersifat sukarela, artinya tidak ada unsur paksaan, kewajiban Gerdan keharusan untuk menjadi anggota Gerakan Pramuka.
- Gerakan Pramuka bersifat patuh dan taat terhadap semua peraturan perundang-undangan Negara Kesatuan Republik lndonesia.
- Gerakan Pramuka bersifat non politik, artinya :
Gerakan Pramuka bukan organisasi kekuatan sosial-politik dan bukan bagian dari salah satu organisasi kekuatan sosial-politik,
Semua jajaran Gerakan Pramuka tidak dibenarkan ikut serta dalam kegiatan politik praktis;
Secara pribadi anggota Gerakan Pramuka dapat menjadi anggota organisasi kekuatan sosial-politik;
Anggota Gerakan Pramuka tidak dibenarkan membawa paham dan aktivitas organisasi kekuatan sosial-politik dalam bentuk apapun ke dalam Gerakan Pramuka;
Anggota Gerakan Pramuka tidak dibenarkan memakai atribut pramuka pada kegiatan organisasi kekuatan sosial-politik.
6. Gerakan Pramuka bersifat religius, artinya wajib bagi setiap anggota Gerakan Pramuka untuk memeluk agama dan beribadah sesuai dengan keyakinan masing-masing, serta wajib bagi Gerakan Pramuka membina dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan anggotanya, serta mampu mengembangkan kerukunan hidup antar umat seagama dan antar pemeluk agama.
7. Gerakan Pramuka bersifat persaudaraan, artinya setiap anggota Gerakan Pramuka wajib mengembangkan semangat persaudaraan antar sesama Pramuka dan sesama umat manusia.
Upaya dan Usaha
1. Segala upaya Gerakan Pramuka diarahkan untuk mencapai tujuan Gerakan Pramuka.
a. Menanamkan dan mengembangkan watak, kepribadian dan akhlak mulia melalui pelaksanaan kegiatan:
Keagamaan, untuk meningkatkan iman dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama masing-masing;
Kerukunan hidup antar umat seagama dan antara pemeluk agama;
Penghayatan dan pengamalan Pancasila untuk memantapkan jiwa Pancasila dan mempertebal kesadaran sebagai warga negara yang bertanggungjawab terhadap kehidupan dan masa depan bangsa dan negara;
Pemeliharaan dan pengembangan budaya lndonesia,
Kepedulian terhadap sesama hidup dan alam seisinya;
Pembinaan dan pengembangan minat terhadap kemajuan ilmu dan teknologi.
b. Memupuk dan mengembangkan rasa cinta dan setia kepada tanah air, bangsa dan negara;
c. Memupuk dan mengembangkan persatuan dan kebangsaan;
d. Memupuk dan mengembangkan persaudaraan dan persahabatan baik nasional maupun internasional,
e. Mengembangkan kepercayaan diri, sikap dan perilaku yang kreatif dan inovatif, serta bertanggungjawab dan disiplin;
f. Mengembangkan jiwa dan sikap kewirausahaan;
g. Memupuk dan mengembangkan kepemimpinan;
h. Membina dan melatih jasmani, panca indera, daya pikir, kemandirian dan keterampilan.
2. Tujuan Gerakan Pramuka tersebut dicapai melalui pelaksanaan kegiatan kepramukaan yakni:
Kegiatan pertemuan dan perkemahan kepramukaan baik tingkat lokal, nasional maupun internasional untuk memupuk rasa persahabatan, persaudaraan dan perdamaian;
Kegiatan bakti masyarakat dan peduli bencana untuk memupuk dan mengembangkan semangat kepedulian dan pengabdian kepada masyarakat, baik tingkat lokal, nasional maupun internasional;
Kegiatan kemitraan dan kerjasama dengan organisasi kepemudaan untuk memupuk dan mengembangkan semangat kebersamaan dan persaudaraan baik tingkat lokal, nasional maupun internasional;
Kegiatan kemitraan dan kerjasama dengan instansi pemerintah dan swasta untuk berpartisipasi dalam pembangunan masyarakat, bangsa dan negara;
3. Untuk tercapainya tujuan serta terselenggaranya kegiatan kepramukaan, diadakan sarana dan prasarana pendidikan kepramukaan.
4. Gerakan Pramuka menjalankan usaha pemberdayaan sarana dan prasarana pendidikan kepramukaan.
5. Gerakan Pramuka menjalankan usaha lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka.
Pembinaan Watak, Keterampilan dan Kesehatan
1. Pada hakikatnya semua kegiatan dalam Gerakan Pramuka diarahkan untuk membina watak, kepribadian dan akhlak mulia serta keterampilan, dan kesehatan anggota muda.
2. Pembinaan watak, kepribadian dan akhlak mulia dilakukan melalui kegiatan:
a. Keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa;
b. Kesadaran berbangsa dan bernegara;
c. Pengamalan moral Pancasila;
d. Pemahaman sejarah perjuangan bangsa;
e. Rasa percaya diri;
f. Kepedulian dan tanggung jawab serta disiplin.
3. Pembinaan keterampilan dilakukan melalui kegiatan pelatihan alat indera, kecerdasan, dan kejuruan sesuai dengan syarat-syarat kecakapan dan kegiatan Satuan Karya Pramuka.
4. Pembinaan kesehatan dilakukan melalui kegiatan kebersihan, olah raga dan penyuluhan kesehatan, serta keindahan dan kelestarian lingkungan hidup.
Prinsip Dasar Kepramukaan
1. Prinsip Dasar Kepramukaan adalah:
a. Iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam seisinya;
c. Peduli terhadap diri pribadi;
d. Taat kepada Kode Kehormatan Pramuka.
2. Prinsip Dasar Kepramukaan sebagai norma hidup setiap anggota Gerakan Pramuka, ditanamkan dan ditumbuhkembangkan kepada setiap peserta didik melalui proses penghayatan oleh dan untuk diri pribadi dengan bantuan para pembina, sehingga pelaksanaan dan pengamalannya dapat dilakukan dengan inisiatif sendiri, penuh kesadaran, kemandirian, kepedulian, tanggung jawab serta keterikatan moral, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat.
3. Pada hakikatnya setiap anggota Gerakan Pramuka wajib menerima prinsip Dasar Kepramukaan, dalam arti:
Menaati perintah Tuhan Yang Maha Esa dan menjauhi larangan-Nya serta beribadah sesuai tata cara dari agama yang dipeluknya;
Memiliki kewajiban untuk menjaga dan melestarikan lingkungan sosial, memperkokoh persatuan, serta menerima kebhinnekaan dalam Negara Kesatuan Republik lndonesia;
Memerlukan lingkungan hidup yang bersih dan sehat agar dapat menunjang dan memberikan kenyamanan dan kesejahteraan hidup dan karenanya setiap anggota Gerakan Pramuka wajib peduli terhadap lingkungan hidupnya dengan cara menjaga, memelihara dan menciptakan kondisi yang lebih baik;
Mengakui bahwa manusia tidak hidup sendiri, melainkan hidup bersama berdasarkan prinsip perikemanusiaan yang adil dan beradab dengan makhluk lain ciptaan Tuhan, khususnya dengan sesama manusia;
Memahami potensi diri pribadi untuk dikembangkan dengan cerdas guna kepentingan masa depan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;
Mengamalkan Satya dan Darma Pramuka dalam kehidupan sehari-hari.
Metode Kepramukaan (Sumber AD/ART Gerakan Pramuka)
1. Metode Kepramukaan merupakan cara belajar interaktif progresif melalui:
Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka;
Belajar sambil melakukan;
Sistem beregu;
Kegiatan yang menantang dan menarik serta mengandung pendidikan yang sesuai dengan perkembangan rohani dan jasmani anggota muda;
Kegiatan di alam terbuka;
Kemitraan dengan anggota dewasa dalam setiap kegiatan;
Sistem tanda kecakapan;
Sistem satuan terpisah untuk putra dan untuk putri;
Kiasan dasar.
2. Metode Kepramukaan pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari Prinsip Dasar Kepramukaan yang keterkaitan keduanya terletak pada pelaksanaan Kode Kehormatan Pramuka.
3. Setiap unsur dalam Metode Kepramukaan merupakan sub sistem tersendiri yang memiliki fungsi pendidikan spesifik, yang secara bersama-sama dan keseluruhan saling memperkuat dan menunjang tercapainya tujuan pendidikan kepramukaan.
Belajar sambil melakukan dilaksanakan (Learning by Doing)
Mengutamakan sebanyak mungkin kegiatan praktek secara praktis pada setiap kegiatan kepramukaan dalam bentuk pendidikan keterampilan dan berbagi pengalaman yang bermanfaat bagi anggota muda.
Mengarahkan perhatian anggota muda untuk selalu berbuat hal-hal nyata, merangsangnya agar timbul keingintahuan akan hal-hal baru, serta memacunya agar berpartisipasi aktif dalam segala kegiatan.
Sistem Beregu
Sistem beregu dilaksanakan agar anggota muda memperoleh kesempatan belajar memimpin dan dipimpin, mengatur dan diatur, berorganisasi, memikul tanggung jawab serta bekerja dan bekerjasama dalam kerukunan.
Kaum muda dikelompokkan dalam satuan gerak yang dipimpin oleh kaum muda sendiri, dan satuan gerak tersebut merupakan wadah kerukunan diantara mereka.
Kegiatan yang Menantang dan Menarik
Diselenggarakan dalam rangka menantang dan menarik minat kaum muda agar bersedia dan mau bergabung dalam Gerakan Pramuka, serta bagi anggota Gerakan Pramuka agar tetap terpikat, mengikuti serta mengembangkan kegiatan kepramukaan.
Berupa kegiatan yang kreatif, inovatif, rekreatif dan mengandung pendidikan, yang mampu mengubah sikap dan perilaku, menambah pengetahuan dan pengalaman serta meningkatkan keterampilan dan kecakapan setiap anggota Gerakan Pramuka.
Memperhatikan tiga soko guru pendidikan kepramukaan yakni modern, manfaat, taat asas.
Diselenggarakan secara terpadu dan bertahap sejalan dengan perkembangan kemampuan dan keterampilan peserta didik secara individu maupun berkelompok.
Diselenggarakan sesuai dengan usia dan perkembangan rohani dan jasmani peserta didik, sehingga mudah diterima oleh yang bersangkutan.
Ditujukan kepada peserta didik yang dikelompokkan menurut jenis kelamin, umur dan kemampuan dengan maksud untuk memudahkan penyesuaian kegiatan.
Diutamakan pada kegiatan yang dapat mengembangkan bakat, minat, mental, moral, spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisik peserta didik, serta menunjang dan bermanfaat bagi perkembangan diri pribadi, masyarakat dan lingkungannya.
Kegiatan di Alam Terbuka
Merupakan kegiatan rekreasi edukatif dengan mengutamakan kesehatan, keselamatan dan keamanan.
Memberikan pengalaman adanya saling ketergantungan antara unsur-unsur alam dan kebutuhan untuk melestarikannya, serta mengembangkan suatu sikap bertanggungjawab akan masa depan yang menghormati keseimbangan alam.
Menanamkan pada anggota muda bahwa menjaga lingkungan adalah hal yang utama yang harus ditaati dan dikenali sebagai aturan dasar dalam tiap kegiatan yang selaras dengan alam.
Mengembangkan kemampuan mengatasi tantangan, menyadari tidak ada sesuatu yang berlebihan di dalam dirinya, menemukan kembali cara hidup yang menyenangkan dalam kesederhanaan, serta membina kerjasama dan rasa memiliki.
Kemitraan dengan anggota dewasa berarti dalam melaksanakan setiap kegiatan kepramukaan
Anggota dewasa berfungsi sebagai perencana, organisator, pelaksana, pengendali, pengawas, dan penilai;
Pramuka Penegak dan Pandega berfungsi sebagai pembantu anggota dewasa dalam melaksanakan kegiatan kepramukaan;
Anggota muda sebelum melaksanakan kegiatan, berkonsultasi dahulu dengan anggota dewasa;
Anggota muda pada waktu melaksanakan kegiatan, mendapatkan pembinaan dan pendampingan dari anggota dewasa;
Anggota dewasa bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan kepramukaan oleh anggota muda.
Sistem Tanda Kecakapan
Tanda kecakapan adalah bukti yang diberikan kepada Pramuka yang telah menghayati dan mengamalkan nilai-nilai kepramukaan serta telah memiliki keterampilan tertentu.
Sistem tanda kecakapan bertujuan mendorong dan merangsang para Pramuka agar secara bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan nilai-nilai kepramukaan serta memiliki berbagai keterampilan tertentu.
Setiap Pramuka wajib berupaya memiliki keterampilan yang berguna bagi kehidupan diri dan baktinya kepada masyarakat.
Sistem Satuan Terpisah Untuk Putra dan Putri
Satuan Pramuka Putri dibina oleh Pembina Putri, satuan Pramuka Putra dibina oleh Pembina Putra;
Tidak dibenarkan Satuan Pramuka Putri dibina oleh Pembina Putra dan sebaliknya, kecuali Perindukan Siaga Putra dapat dibina oleh Pembina Putri;
Jika kegiatan itu diselenggarakan dalam bentuk perkemahan, harus dijamin dan dijaga agar tempat perkemahan putri dan tempat perkemahan putra terpisah; perkemahan putri dipimpin oleh Pembina Putri dan perkemahan putra dipimpin oleh Pembina Putra.
Sistem Among
Pendidikan kepramukaan jika ditinjau dari hubungan antara anggota dewasa dengan anggota muda bersendikan Sistem Among.
Sistem Among dalam Gerakan Pramuka berarti mendidik anggota Gerakan Pramuka menjadi insan merdeka jasmani, rohani, dan pikirannya, disertai rasa tanggung jawab dan kesadaran akan pentingnya bermitra dengan orang lain.
Sistem among mewajibkan anggota Gerakan Pramuka melaksanakan prinsip-prinsip kepemimpinan sebagai berikut:
a. lng ngarso sung tulodo maksudnya di depan menjadi teladan;
b. lng madyo mangun karso maksudnya di tengah membangun kemauan;
c. Tut wuri handayani maksudnya dari belakang memberi dorongan dan pengaruh yang baik ke arah kemandirian.
Dalam melaksanakan tugasnya anggota dewasa wajib bersikap dan berperilaku berdasarkan:
a. Kasih sayang, kejujuran, keadilan, kepatutan, kesederhanaan, kesanggupan berkorban dan rasa kesetiakawanan sosial;
b. Disiplin disertai inisiatif dan tanggungjawab terhadap diri sendiri, sesama manusia, negara dan bangsa, alam dan lingkungan hidup, serta bertanggungjawab kepada Tuhan Yang Maha Esa.[/INDENT]
Hubungan anggota dewasa dengan anggota muda merupakan hubungan khas, yaitu setiap anggota dewasa wajib memperhatikan perkembangan anggota muda secara pribadi agar pembinaan yang dilakukan sesuai dengan tujuan Gerakan Pramuka.
Anggota dewasa berupaya secara bertahap menyerahkan pimpinan kegiatan sebanyak mungkin kepada anggota muda, untuk selanjutnya anggota dewasa secara kemitraan memberi semangat, dorongan dan pengaruh yang baik.
TANDA PENGENAL GERAKAN PRAMUKA (sumber: PP NOMOR : 055 TAHUN 1982)
dikelompokkan dalam lima kelompok, yaitu :
a. Tanda Umum
b. Tanda Satuan
c. Tanda Jabatan
d. Tanda Kecakapan
e. Tanda Penghargaan
Macam-macam Tanda Umum
a. Tanda Tutup Kepala
b. Setangan Leher atau Pita Leher
c. Tanda Pelantikan
d. Tanda Harian
e. Tanda Kepramukaan Sedunia
Macam-macam Tanda Satuan
a. Tanda Barung, Tanda Regu, Tanda Sangga, dan Tanda Satuan terkecil lainnya.
b. Tanda Gugusdepan, Kwartir dan Majelis Pembimbing.
c. Tanda Krida dan Tanda Satuan Karya.
d. Lencana Daerah dan Tanda Wilayah.
e. Tanda Satuan Pramuka Luar Biasa.
f. Tanda Satuan lainnya.
Macam-macam Tanda Jabatan
a. Tanda Pemimpin dan Wakil Pemimpin : Barung, Regu, Sangga, dan lain-lain.
b. Tanda Pembimpin dan Wakil Pemimpin Krida dan Satuan Karya.
c. Tanda Keanggotaan Dewan Kerja Penegak dan Pandega.
d. Tanda Pembina dan Pembantu Pembina
e. Tanda Pelatih Pembina Pramuka
f. Tanda Andalan dan Pembantu Andalan
g. Tanda Jabatan lainnya.
Macam-macam Tanda Kecakapan
a. Tanda Kecakapan Umum
1) Untuk Pramuka Siaga : Tingkat Mula, Bantu dan Tata
2) Untuk Pramuka Penggalang : Tingkat Ramu, Rakit, dan Terap
3) Untuk Pramuka Penegak : Tingkat Bantara dan Laksana
4) Untuk Pramuka Pandega : Tingkat Pandega
5) Untuk Pembina Pramuka : Tingkat Mahir Dasar dan Lanjutan.
b. Tanda Kecakapan Khusus
1) Untuk Pramuka Siaga : Tidak ada tingkatan
2) Untuk Pramuka Penggalang : Tingkat Purwa, Madya, dan Utama
3) Untuk Pramuka Penegak : Tingkat Purwa, Madya, dan Utama
4) Untuk Pramuka Pandega : Tingkat Purwa, Madya, dan Utama
5) Untuk Instruktur : Muda dan Dewasa
6) Untuk Pembina Pramuka : Tingkat Dasar dan Lanjutan.
c. Tanda Pramuka Garuda
1) Untuk Pramuka Siaga
2) Untuk Pramuka Penggalang
3) Untuk Pramuka Penegak
4) Untuk Pramuka Pandega
Macam-macam Tanda Penghargaan
a. Peserta didik
1) Tiska, tigor
2) Bintang Tahunan
3) Lencana Wiratama
4) Lencana Teladan
b. Pramuka Dewasa
1) Bintang Tahunan
2) Lencana Pancawarsa
3) Lencana Wiratama
4) Lencana Jasa :
a) Dharma Bakti
b) Melati
c) Tunas Kencana
TANDA JABATAN 1
Andalan
Majelis Pembimbing
Pembina
2. TANDA JABATAN 2
Dewan Kerja
Korp Pelatih
Dewan Saka
Pemimpin Satuan Peserta Didik
3. TANDA JABATAN 3
Pimpinan Saka Bhayangkara
Pimpinan Saka Bahari
Pimpinan Saka Dirgantara
Pimpinan Saka Tarunabumi
Pimpinan Saka Wanabhakti
Pimpinan Saka Wirakartika
Pimpinan Saka Baktihusada
Pimpinan Saka Baktihusada
4. TANDA PENGHARGAAN
1. Tanda penghargaan Gerakan Pramuka yang diperuntukan bagi :
a. Anggota muda Gerakan Pramuka, terdiri atas:
1. Tanda Penghargaan Kegiatan untuk Pramuka Siaga, Pramuka Penggalang, Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega (termaksuk Tiska dan Tigor)
2. Bintang Tahunan untuk Pramuka Siaga, Pramuka Penggalang, Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega.
3. Lencana Wiratama untuk Pramuaka Siaga, Pramuka Penggalang, Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega, yang terdiri atas 3 macam, yaitu:
a. Lencana Wiratama tingkat I (satu)
b. Lencana Wiratama tingkat II (dua)
c. Lencana Wiratama tingkat III (tiga)
4. Lencana Karya Bakti Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega
5. Lencana Teladan untuk Pramuka Siaga, Pramuka Penggalang, Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega
b. Anggota dewasa Gerakan Pramuka, teridi atas:
1. Lencana Pancawarsa untuk anggota dewasa Gerakan Pramuka, yaitu Pembantu Pembina Pramuka, Instruktur, Pembina Pramuka, Pelatih Pembina, Pamong Saka, Pembantu Andalan, Andalan, donatur, anggota kehormatan, anggota majelis pembimbing, serta karyawan/staf kwartir
Lencana Pancawarsa terdiri atas:
a. Lencana Pancawarsa I untuk masa bakti 5 tahun
b. Lencana Pancawarsa II untuk masa bakti 10 tahun
c. Lencana Pancawarsa III untuk masa bakti 15 tahun
d. Lencana Pancawarsa IV untuk masa bakti 20 tahun
e. Lencana Pancawarsa V untuk masa bakti 25 tahun
f. Lencana Pancawarsa VI untuk masa bakti 30 tahun
g. Lencana Pancawarsa VII untuk masa bakti 35 tahun
h. Lencana Pancawarsa VIII untuk masa bakti 40 tahun
i. Lencana Pancawarsa IX untuk masa bakti 45 tahun
j. Lencana Pancawarsa UTAMA untuk masa bakti 50 tahun atau lebih
2. Lencana Wiratama untuk anggota dewasa Gerakan Pramuka, terdiri atas 3 macam, yaitu:
a. Lencana Wiratama tingkat I (satu)
b. Lencana Wiratama tingkat II (dua)
c. Lencana Wiratama tingkat III (tiga)
3. Lencana Karya Bakti untuk anggota dewasa Gerakan Pramuka
4. Lencana Satya Wira untuk orang dewasa di luar Gerakan Pramuka, terdiri atas 3 macam, yaitu:
a. Lencana Satya Wira Utama
b. Lencana Satya Wira Madya
c. Lencana Satya Wira Pratama
5. Lencana-lencana jasa yang terdiri atas:
1. Lencana Darma Bakti
2. Lencana Melati
3. Lencana Tunas Kencana
2. Tanda penghargaan dari gerakan kepanduan sedunia terdiri atas berbagai macam, sesuai dengan ketentuan gerakan kepanduan yang bersangkutan, antara lain: Bronze Wolf Award, Chairman's Award, dan sebagainya.
3. Tanda penghargaan dari Negara dan Pemerintahan Republik Indonesia atau negara lain, seperti Bintang Mahaputera, Satya Lencana Wirakarya, dan sebagainya, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
4. Tanda penghargaan atau penhargaan dari badan atau organisasi lain, seperti Pingat Semangat Rimba dari Persekutuan Pengakap Malaysia, Tanda penghargaan Donor Darah dari Palang Merah Indonesia, Tanda Penghargaan dai Komite Olahraga Nasional Indonesia, dan sebaginya, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
A. BINTANG TAHUNAN
Pengertian
Bintang Tahunan Pramuka, yaitu tanda yang diberikan kepada seorang Pramuka (Siaga, Penggalang, Penegak dan Pandega) sebagai penghargaan atas kesetiaan kepada organisasi dan keaktifannya sebagai anggota Gerakan Pramuka selama satu tahun atau kelipatannya.
Kelompok & Macam
Tanda penghargaan Gerakan Pramuka yang diperuntukkan bagi Anggota muda Gerakan Pramuka, terdiri atas:
1. Tanda Penghargaan Kegiatan untuk Pramuka Siaga, Pramuka Penggalang, Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega (termasuk Tiska dan Tigor)
2. Bintang Tahunan untuk Pramuka Siaga, Pramuka Penggalang, Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega.
3. Lencana Wiratama untuk Pramuka Siaga, Pramuka Penggalang, Pramuka Penegakdan Pramuka Pandega, yang terdiri atas 3 macam, yaitu:
a. Lencana Wiratama tingkat I (satu),
b. Lencana Wiratama tingkat II (dua),
c. Lencana Wiratama tingkat III (tiga)
4. Lencana Karya Bakti untuk Pramuka Penegakdan Pramuka Pandega.
5. Lencana Teladan untuk Pramuka Siaga, Pramuka Penggalang, Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega.
Tingkat Tanda Penghargaan Bintang Tahunan
Untuk menentukan tingkat dari tanda penghargaan dalam rangka menentukan letak pemakaian tanda penghargaan itu pada pakaian seragam Pramuka, maka diatur dari tingkat tertinggi sampai terendah. Untuk tingkatan Tanda Penghargaan Anggota Muda Gerakan Pramuka, diatur diatur berturut-turut dari yang tertinggi hingga terendah, sbb :
1. Lencana Teladan
2. Lencana Wiratama
3. Lencana Karya Bakti
4. Bintang Tahunan
5. Tanda Penghargaan kegiatan
Bentuk, Bahan, Ukuran, Gambar dan Warna Bintang Tahunan
Bentuk & Ukuran
1. Bentuk Bintang Tahunan Pramuka adalah sebuah bintang bersudut lima (tiga dimensi) dibuat dari logam berwarna perak, dengan ukuran jari-jari 6 mm.
2. Bintang Tahunan Pramuka untuk tahun kedua, ketiga, dan seterusnya dibuat sama dengan Bintang Tahunan seperti tersebut dalam angka 1 di atas, dengan diberi angka berwarna perak, sesuai dengan jumlah tahunnya. Angka itu terletak pada Iingkaran berwarna dasar hitam dan bergaristengah 6 mm terletak di tengah¬tengah bintang tersebut.
3. Bintang Tahunan Pramuka ini diberi alas berbentuk lingkaran dengan jari-jari 7 mm, dibuat dari bahan laken, kulit, atau bahan lainnya.
Warna dan Gambar
Warna alas Bintang Tahunan Pramuka tersebut adalah sebagai berikut:
1. Hijau untuk masa bakti sebagai seo rang Pramuka Siaga.
2. Merah untuk masa bakti sebagai seorang Pramuka Penggalang.
3. Kuning untuk masa bakti sebagai seorang Pramuka Penegak.
4. Coklat untuk masa bakti sebagai seorang Pramuka Pandega.
Syarat Penerima Bintang Tahunan Pramuka
1. Bintang Tahunan Pramuka menandai kesetiaan, kepatuhan, kerajinan dan ketertiban seorang Pram uka dalam mengikuti kegiatan-kegiatan kepramukaan selama satu tahun penuh dan kelipatannya secara berturut-turut.
2. Seorang Pramuka (Siaga, Penggalang, Penegak dan Pandega) dapat menerima dan mengenakan Bintang Tahunan Pramuka, apabila yang bersangkutan telah memenuhi syarat sebagai berikut:
Pramuka yang bersangkutan telah dilantik sebagai Siaga Mula, Penggalang Ramu, Penegak Bantara atau Pramuka Pandega.
Selama satu tahun sejak ditantik tersebut, selalu setia mengikuti kegiatan dengan balk, pada kegiatan yang diadakan secara berkala di satuannya maupun kegiatan yang diadakan secara insidenta. Jika berhalangan mengikuti kegiatan kepramukaan, maka yang bersangkutan wajib me mberita hukan kepada Pembina nya.
Selama satu tahun sejak dilantik, selalu patuh menjalankan tugasdan kewajiban yang diberikan oleh Pembina Pramukanya.
Selama satu tahun sejak dilantik, selalu giat dan rajin melatih din untuk meningkatkan kesehatan jasmani dan rohaninya, sehingga berguna bagi dirinya, keluarganya, dan masyarakat sekitarnya.
selama satu tahun sejak dilantik, selalu menu njukkan usahanya untuk menepati dan menjalankan Dwisatya dan Dwidarma, Trisatya dan Dasadarma Pramuka.
3. Seorang Pramuka yang selama satu tahun sejak menerima Bintang Tahunan Pramuka pada tahun sebelumnya, masih memenuhi syarat-syarat seperti tersebut pada huruf b di atas, dapat menerima dan mengenakan Bintang Tahunan Pramuka untuk tahun kedua, ketiga dan seterusnya.
Tata Cara Pemberian, Penganugerahan, Pemakaian dan Pencabutan Tanda Penghargaan Bintang Tahunan
Wewenang
1. Wewenang pengusulan untuk mendapat Tanda Penghargaan Bintang Tahunan oleh Pembina Gugusdepan yang Bersangkutan
2. Wewenang pemberian, penganugerahan dan pencabutan Tanda Penghargaan Bintang Tahunan oleh Pembina Gugusdepan yang Bersangkutan
Tata cara pengusulan, pernberian, penganugerahan
1. Pengusul membuat laporan dan permintaan tertulis kepada pemegang wewenang pemberian Tanda Penghargaan, rnelalui dan dengan persetujuan ketua kwartir yang bersangkutan, disertai data yang diperlukan.
2. Laporan pengusul Bintang Tahunan cukup ditulis dalam laporan bahwa yang bersangkutan aktif mengikuti kegiatan dan melakukan tugasnya selama satu tahun sehingga berhak untuk menerima Bintang Tahunan.
3. Pemegang wewenang pemberian tanda penghargaan, membentuk Dewan Kehormatan, yang akan mengadakan penelitian dan memberi pertimbangan kepada pemegang wewenang untuk memutuskan menerimaimenolakimenunda pemberian tanda penghargaan berdasar perrnintaan dan laporan pengusul.
4. Pemegang wewenang memberikan tanda penghargaan kepada yang bersangkutan disertai dengan: Surat Keterangan bagi pemberian Tanda Penghargaan Kegiatan dan Bintang Tahunan.
5. Pemberian, penganugerahan dan penyerahan Tanda Penghargaan kepada yang bersangkutan dilakukan dalam suatu upacara sederhana secara seksama, tertib dan teliti. Untuk Pemberian Tanda Penghargaan Bintang Tahunan dapat dilaksanakan pada saat upacara pembukaan atau penutupan latihan, hari ulang tahun gugusdepan, dan kegiatan Iainnya.
6. Pemberian, penganugerahan dan penyerahan tanda penghargaan Bintang Tahunan kepada yang bersangkutan dilakukan oleh pemegang wewenang pemberian tanda tersebut, yang dapat dilimpahkan kepada Kwartir Ranting/Kwartir Cabang ybs, atau Pembina Pramuka ybs.
Tata cara pemakaian
1. Penempatan tanda penghargaan Bintang Tahunan pada pakaian seragam, dipakai di atas saku kanan baju seragam putera, dan di dada sebelah kanan di atas lipatan hias atau setinggi ketiak baju seragam Pramuka puteri.
2. Urutan penempatan Bintang Tahunan Pramuka ditinjau dari pemakainya, dari kanan ke kiri adalah Bintang Tahunan Pramuka Siaga, Pramuka Pengalang, Prarnuka Penegak, Pramuka Pandega.
3. Urutan penempatan Tanda Penghargaan ditinjau dari pemakainya, dari kanan ke kiri dan dari atas ke bawah adalah berturut-turut sesuai dengan tingkat tanda penghargaan.
4. Tanda penghargaan harian dipakai pada tempat yang sama dengan tanda Penghargaan Kebesaran, dengan catatan: pada satu baris hanya dipasang maksimum empat buah tanda harian. Kalau terdapat lebih dari empat buah tanda harian, maka tanda hariandaritanda penghargaan yang tingkatnya lebih tinggi diletakkan pada baris yang lebih tinggi.
5. Bila seseorang memiliki sebuah Tigor, maka Tanda Penghargaan dikenakan sebelah kanan Tigor ditinjau dari si pemakai.
6. Bila seseorang memiliki lebih dari sebuah Tigor, maka tanda penghargaan di pasang di atas deretan Tigor.
7. Tanda Penghargaan dari Pemerintah, badan atau organisasi lain dikenakan pada pakaian seragam Pramuka sesuai dengan ketentuan pemakaian tanda tersebut, dengan menglngat Tingkat Tanda Penghargaan dimaksud.
B. LENCANA WIRAKARYA
Pengertian
Lencana Wiratama, yaitu tanda penghargaan yang diberikan kepada anggota muda Gerakan Pramuka (Siaga, Penggalang, Penegak, dan Pandega) atau orang dewasa di dalam atau di luar Gerakan Pramuka, yang telah memperlihatkan keberanian, kesungguhan kerja, dan keuletannya, sehingga berhasil dalam usaha menyelamatkan sesuatu atau seseorang meskipun usaha itu membahayakan dirinya sendiri, atau memperlihatkan keberanian, kesungguhan kerja, kesabaran, dan ketekunannya dalam mempertahankan kebaikan dan kebenaran, sehingga berhasil dan bermanfaat bagi Gerakan Pramuka atau gerakan kepanduan di dunia.
Bentuk, Bahan, Ukuran, Gambar & Warna
Bentuk & Ukuran
Lencana Wiratama dibuat dari logam berwarna emas, berbentuk segi lima beraturan, dengan salah satu sudutnya di atas. Ukuran sisi segi lima itu 2,5 cm. Segi lima ini berbingkai selebar 2 mm. Di tengah segi lima tersebut terdapat gambar timbul (relief) tunas kelapa yang dilingkari padi dan kapas.
Lencana Wiratama ini digantungkan pada pita kain sepanjang 4 cm, lebar 3,5 cm, berwarna merah dengan garis putih di tengah selebar 5 mm. Garis putih ditengah pita diatur sebagai berikut: untuk tingkat I sebanyak tiga buah. Untuk tingkat II sebanyak dua buah. Untuk tingkat III sebanyak satu buah.
Tanda Harlan Lencana Wiratama dibuat dari kain berbentuk segi empat berukuran 2 cm x 1cm, berwarna dasar merah dengan garis putih di tengah selebar 3 mm, sebanyak tiga buah untuk tingkat I, dua buah untuk tingkat II, dan satu buah untuk tingkat III, serta tunas kelapa berwarna kuning emas di tengah,
Syarat-syarat Penerima Tanda Penghargaan Lencana Wiratama
Lencana Wiratama menandai bahwa seorang Pramuka atau orang dewasa di dalam atau di luar Gerakan Pramuka telah memperlihatkan keberanian, kesanggupan kerja, keuletan, kesabaran dan ketekunannya, dalam usaha menyelamatkan sesuatu atau seseorang, atau mempertahankan kebaikan dan kebenaran sehingga berhasil dan bermanfaat bagi keselamatan Gerakan Pramuka, masyarakat, bangsa dan negara.
Seseorang dapat menerima dan mengenakan Lencana Wiratama bila yang bersangkutan telah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: Telah memperlihatkan usaha dan tindakannya dengan keberanian, kesanggupan kerja, keuletan, kesabaran dan ketekunannya, dalam usaha menyelamatkan sesuatu atau seseorang, meskipun tindakan tersebut sebenarnya membahayakan dirinya sendiri; atau
Telah memperlihatkan usaha dan tindakannya dengan keberanian, kesanggupan kerja, keuletan, kesabaran dan ketekunannya, untuk mempertahankan kebaikan dan kebenaran sehingga berhasil dan bermanfaat bagi keselamatan Gerakan Pramuka dan gerakan kepramukaan di dunia.
Tingkat Lencana Wiratama yang diberikan kepada seseorang tergantung pada:tingkat bahaya yang mengancam dirinya. Nilai sesuatu atau banyaknya prang yang diselamatkan olehnya. Keadaan, kesulitan dan resiko yang dihadapinya.
Tata cara pemberian, penghargaan dan pemakaian
Wewenang Pengusulan & Pemberian
Wewenang pengusulan untuk mendapat Tanda Penghargaan Lencana Wiratama adalah Kwartir yang bersangkutan atau Majelis Pembimbing yg bersangkutan melalui jalur kwartir yg bersangkutan
Wewenang pemberian, penganugerahan dan pencabutan Tanda Penghargaan Lencana Wiratama adalah Kwartir Nasional
Tata cara pengusulan, pemaikaian, pemnberian, penganugerahan
Pengusul membuat laporan dan permintaan tertulis kepada pemegang wewenang pemberian Tanda Penghargaan, rnelalui dan dengan persetujuan ketua kwartir yang bersangkutan, disertai data yang diperlukan.
Laporan pengusul harus dilengkapi dengan beberapa berkas sebagai berikut: (a) Daftar riwayat hidup yang bersangkutan. (b) Daftar riwayat pendidikan um um dan riwayat pendidikan kepramukaan, serta jabatan kepramukaan yang pernah dipegangnya. (c) Data tentang sikap laku, usaha atau jasa dari yang bersangkutan, yang dikuatkan dengan bukti-bukti, pernyataan saksi, keterangan-keterangan, foto, rekaman, dan data lainnya. (d) Pernyataan persetujuan dari kwartir yang bersangkutan. (e) Pernyataan tersebut di atas dituangkan dalam formulir TPOD
Pemegang wewenang pemberian tanda penghargaan, membentuk Dewan Kehormatan, yang akan mengadakan penelitian dan memberi pertimbangan kepada pemegang wewenang untuk memutuskan menerima/menolak/menunda pemberian tanda penghargaan berdasar perrnintaan dan laporan pengusul.
Pemegang wewenang memberikan tanda penghargaan kepada yang bersangkutan disertai dengan: Piagam Penghargaan pemberian Lencana Wiratama.
Pemberian, penganugerahan dan penyerahan Tanda Penghargaan Lencana Wiratama kepada yang bersangkutan dilakukan dalam suatu upacara sederhana secara seksama, tertib dan teliti, bersamaan dengan hari Pramuka, hari Proklamasi, hari besar agama, upacara 17-an, dan hari besar nasional lainnya.
Pemberian, penganugerahan dan penyerahan tanda penghargaan kepada yang bersangkutan dilakukan oleh pemegang wewenang pemberian tanda tersebut, yang dapat dilimpahkan sesuai dengan ketentuan yaitu untuk Lencana Wiratama oleh Kwartir Daerah/Kwartir Cabang ybs atau oleh Mabida/Mabicab ybs.
Kwartir yang bersangkutan dengan pemberian tanda penghargaan ini harus membuat catatan tentang tanggal dan macam tanda yang diberikan pada Buku Daftar Pemberian Tanda Penghargaan di kwartirnya.
Tata cara pemakaian
Penempatan pada pakaian seragam.
Tanda Penghargaan Kegiatan dipakai di atas saku kanan baju seragam putera, dan di dada sebelah kanan di atas lipatan hias atau setinggi ketiak baju seragam Pramuka puteri.
Bintang Tahunan Pramuka dipakai di atas saku kanan baju seragam putera, dan di dada sebelah kanan di atas lipatan hias atau setinggi ketiak baju seragam Pramuka puteri.
Urutan penempatan Bintang Tahunan Pramuka ditinjau dari pemakainya, dari kanan ke kiri adalah Bintang Tahunan Pramuka Siaga, Pramuka Pengalang, Prarnuka Penegak, Pramuka Pandega.
Lencana Pancawarsa, Lencana Wiratama, Lencana Karya Bakti, Lencana Teladan, dan Lencana Darma Bakti dikenakan di atas saku kanan baju seragam putera, dan di dada sebelah kanan di atas lipatan hias atau setinggi ketiak baju seragam Pramuka puteri.
Lencana Melati dan Lencana Tunas Kencana dikalungkan di leher baju penerima.
Urutan penempatan Tanda Penghargaan ditinjau dari pemakainya, dari kanan ke kiri dan dari atas ke bawah adalah berturut-turut sesuai dengan tingkat tanda penghargaan.
Tanda penghargaan harian dipakai pada tempat yang sama dengan tanda Penghargaan Kebesaran, dengan catatan: (a) pada satu baris hanya dipasang maksimum empat buah tanda harian. (b) kalau terdapat lebih dari empat buah tanda harian, maka tanda hariandaritanda penghargaan yang tingkatnya lebih tinggi diletakkan pada baris yang lebih tinggi.
Bila seseorang memiliki sebuah Tigor, maka Tanda Penghargaan dikenakan sebelah kanan Tigor ditinjau dari si pemakai.
Bila seseorang memiliki lebih dari sebuah Tigor, maka tanda penghargaan di pasang di atas deretan Tigor.
Tanda Penghargaan dari Pemerintah, badan atau organisasi lain dikenakan pada pakaian seragam Pramuka sesuai dengan ketentuan pemakaian tanda tersebut.
Masa berlaku
Tanda Penghargaan Lencana Wiratama tidak mempunyai batas waktu, kecuali bila ada pencabutan.
C. LENCANA KARYA BHAKTI
engertian
Lencana Karya Bakti, yaitu tanda penghargaan yang diberikan kepada para anggota Gerakan Pramuka yang dengan keikhlasan, pengorbanan, disiplin, dan keberaniannya telah terlibat langsung dan aktif dalam upaya penanggulangan bencana yang merupakan bencana nasional, sehingga bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara serta bagi Gerakan Pramuka atau gerakan kepanduan di dunia.
Bentuk, Bahan, Ukuran, Gambar & Warna
Bentuk, Bahan & Ukuran
1. Lencana Karya Bakti dibuat dari logam berwarna emas, berbentuk segi lima lengkung (lambang kepedulian, kebersamaan, keikhlasan, kedamaian, dan kesetiakawanan sosial), dengan sa la h satu sudutnya di atas. Ukuran sisi segi lima itu 3,5 cm. Segi lima ini berbingkai selebar 2 mm. Di tengah segi lima tersebut terdapat gambartimbul (relief) lingkaran rantai (lambang kegotong royongan) berd ia meter 2,1 cm dan ditengahnya gambar timbul tunas kelapa.
2. Lencana Karya Bakti ini digantungkan pada pita kain sepanjang 4 cm, lebar 3,5 cm, berwarna ungu dengan garis berwarna sesuai warna kegiatan karya bakti selebar 5 mm di tepi kiri dan kanan.
3. Tanda Harlan Lencana Karya Bakti dibuat dari kain berbentuk segi empat berukuran 2 cm x 1 cm, berwarna dasar ungu dengan garis berwarna se bagaimana tersebut pda huruf b selebar 3 mm di tepi kiri dan kanan.
Syarat-sayarat Penerima Lencana Karya Bakti
1. Lencana Karya Bakti menandai bahwa seorang anggota Gerakan Pramuka telah melaksanakan karya baktinya, ikut serta dalam penanggulangan musibah atau bencana yang terjadi pada suatu lokasi, dengan mem berikan pertolongan/bantuan bagi para korban baik manusia maupun sarana/prasarana, sehingga berhasil memberi kesan yang berharga serta dapat meningkatkan citra sebagai anggota Gerakan Pramuka dan bermanfaat bagi keselamatan masyarakat, bangsa dan negara.
2. Seseorang dapat menerima dan mengenakan Lencana Karya Bakti bila yang bersangkutan telah melaksanakan karya bakti sedikitnya selama 14 (empat betas) hari berturut-turut dalam wilayah bencana atau musibah.
3. Kegiatan karya bakti dikoordinir oleh Kwartir Nasional, Kwartir Daerah, dan Kwartir Cabang.
Tata cara Pemberian, Penghargaan, Pemakaian dan Pencabutan Lencana Karya Bakti
Wewenang Pengusulan
Wewenang pengusulan untuk mendapat Tanda Penghargaan Lencana Karya Bakti diusulkan oleh:
(a) Kwartir yang bersangkutan.
(b) Majelis Pembimbing yg bersangkutan melalui jalur kwartir yang bersangkutan
Wewenang Pemberian, Penganugerahan
Wewenang pemberian, penganugerahan dan pencabutan Tanda Penghargaan Lencana Karya Bakti dilakukan oleh Kwarnas Gerakan Pramuka
Tata cara pengusulan, pernberian, penganugerahan
1. Pengusul membuat laporan dan permintaan tertulis kepada pemegang wewenang pemberian Tanda Penghargaan Lencana Karya Bakti, rnelalui dan dengan persetujuan ketua kwartir yang bersangkutan, disertai data yang diperlukan.
2. Laporan pengusul harus dilengkapi dengan beberapa berkas sebagai berikut : (a) daftar riwayat hidup yang bersangkutan. (b) daftar riwayat pendidikan um um dan riwayat pendidikan kepramukaan, serta jabatan kepramukaan yang pernah dipegangnya. (c) data tentang sikap laku, usaha atau jasa dari yang bersangkutan, yang dikuatkan dengan bukti-bukti, pernyataan saksi, keterangan-keterangan, foto, rekaman, dan data lainnya. (d) pernyataan persetujuan dari kwartir yang bersangkutan. (e) pernyataan tersebut di atas dituangkan dalam formulir TPOD
3. Pemegang wewenang pemberian tanda penghargaan, membentuk Dewan Kehormatan, yang akan mengadakan penelitian dan memberi pertimbangan kepada pemegang wewenang untuk memutuskan menerimaimenolakimenunda pemberian tanda penghargaan berdasar perrnintaan dan laporan pengusul.
4. Pemegang wewenang memberikan tanda penghargaan kepada yang bersangkutan disertai dengan: Piagam Penghargaan bagi pemberian Lencana Karya Bakti
5. Pemberian, penganugerahan dan penyerahan Tanda Penghargaan Lencana Karya kepada yang bersangkutan dilakukan dalam suatu upacara sederhana secara seksama, tertib dan teliti, yaitu: pada saat hari Pramuka, hari Proklamasi, hari besar agama, upacara 17-an, dan hari besar nasional lainnya.
6. Pemberian, penganugerahan dan penyerahan tanda penghargaan Lencana Karya Bakti kepada yang bersangkutan dilakukan oleh pemegang wewenang pemberian tanda tersebut, yang dalam hal ini adalah Kwartir Nasional
Tata cara pemakaian
Penempatan pada pakaian seragam.
1. Tanda Penghargaan Kegiatan dipakai di atas saku kanan baju seragam putera, dan di dada sebelah kanan di atas lipatan hias atau setinggi ketiak baju seragam Pramuka puteri.
2. Bintang Tahunan Pramuka dipakai di atas saku kanan baju seragam putera, dan di dada sebelah kanan di atas lipatan hias atau setinggi ketiak baju seragam Pramuka puteri.
3. Urutan penempatan Bintang Tahunan Pramuka ditinjau dari pemakainya, dari kanan ke kiri adalah Bintang Tahunan Pramuka Siaga, Pramuka Pengalang, Prarnuka Penegak, Pramuka Pandega.
4. Lencana Pancawarsa, Lencana Wiratama, Lencana Karya Bakti, Lencana Teladan, dan Lencana Darma Bakti dikenakan di atas saku kanan baju seragam putera, dan di dada sebelah kanan di atas lipatan hias atau setinggi ketiak baju seragam Pramuka puteri.
5. Lencana Melati dan Lencana Tunas Kencana dikalungkan di leher baju penerima.
6. Urutan penempatan Tanda Penghargaan ditinjau dari pemakainya, dari kanan ke kiri dan dari atas ke bawah adalah berturut-turut sesuai dengan tingkat tanda penghargaan.
7. Tanda penghargaan harian dipakai pada tempat yang sama dengan tanda Penghargaan Kebesaran, dengan catatan: (a) pada satu baris hanya dipasang maksimum empat buah tanda harian. (b) kalau terda pat lebih dari empat buah tanda harian, maka tanda hariandaritanda penghargaan yang tingkatnya lebih tinggi diletakkan pada baris yang lebih tinggi.
8. Bila seseorang memiliki sebuah Tigor, maka Tanda Penghargaan dikenakan sebelah kanan Tigor ditinjau dari si pemakai.
9. Bila seseorang memiliki lebih dari sebuah Tigor, maka tanda penghargaan di pasang di atas deretan Tigor.
10. Tanda Penghargaan dari Pemerintah, badan atau organisasi lain dikenakan pada pakaian seragam Pramuka sesuai dengan ketentuan pemakaian tanda tersebut.
Masa Berlaku
Tanda Penghargaan Lencana Karya Bakti tidak memiliki batas waktu, kecuali bila ada pencabutan.
D. LENCANA TELADAN
A. Jenis
Tanda Penghargaan Lencana Teladan merupakan salah satu tanda penghargaan yang diberikan kepada anggota muda Gerakan Pramuka. Tanda Penghargaan lain untuk anggota muda adalah Lencana Wiratama, Lencana Karya Bakti, Bintang Tahunan dan Tanda Penghargaan kegiatan
B. Bentuk, Bahan, Ukuran dan Warna Lencana Teladan
1. Lencana Teladan dibuat dari logam, berbentuk gambar timbul bunga teratai dua lapis terdiri atas sepuluh kelopak, bergaris tengah 3,5 cm. Di tengah terdapat lingkaran bergaris tengah 2,5 cm, bergambar relief tunas kelapa, padi dan kapas.
2. Bingkai kelopak bunga, bingkai lingkaran dan relief tunas kelapa, padi dan kapas berwarna emas, dasar lingka ran dan kelopak bunga berwarna hijau tua.
3. Lencana Teladan ini digantungkan pada pita kain sepanjang 4 cm, lebar 3,5 cm, berwarna kuning dengan garis hijau pada kedua sisi tepinya, masing-masing selebar 5 mm.
4. Tanda harian Lencana Teladan dibuat dari kain berbentuk segi em pat berukuran 2 cm x 1 cm,berwarna kuning dengan gambar tunas kelapa berwarna kuning emas dan garis hijau pada kedua sisi tepinya, masing-masing selebar 3 mm.
C. Syarat-syarat Penerima Lencana Teladan
1. Lencana Teladan menandai bahwa seorang Pramuka (Siaga, Penggalang, Penegak dan Pandega) telah memperlihatkan sikap laku yang utama, yang tampak dari usahanya, tanggungjawabnya,keuletan, kesabaran, ketabahan, kesopanan, keramahtamahan serta ahlak yang luhur sehingga dirinya menjadi suri teladan yang baik bagi keluarga, masyarakat, anggota Gerakan Pramuka, bangsa dan negara.
2. Seorang Pramuka dapat menerima dan mengenakan Lencana Teladan apabila yang bersangkutan memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
Sudah dilantik sebagai Pramuka dan telah mencapai tingkat kecakapan Pramuka Garuda.
Telah memperlihatkan sikap laku yang utama, yang dapat dijadikan contoh bagi Pramuka atau orang dewasa, yaitu yang bersangkutan telah bersikap dan berbuat sesuatu dengan penuh tanggungjawab, keuletan, kesabaran, ketabahan, kesopanan, keramahtamahan serta budi bahasanya yang luhur sehingga dlrinya telah berguna bagi keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan anggota Gerakan Pramuka, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Menunjukkan prestasi pendidikan formal yang baik.
D. Tata cara Pemberian, Penganugerahan, Pemakaian dan Pencabutan Lencana Teladan
1. Wewenang pengusulan Tanda Penghargaan Lencana Teladan, oleh :
a. Kwartir yang bersangkutan
b. Majelis Pembimbing yg bersangkutan melalui jalur kwartir yang bersangkutan
2. Wewenang pemberian, penganugerahan dan pencabutan Tanda Lencana oleh : Kwartir Nasional
E. Tata cara pengusulan, pemberian, penganugerahan Lencana Teladan
1. Pengusul membuat laporan dan permintaan tertulis kepada pemegang wewenang pemberian TandaPenghargaan, rnelalui dan dengan persetujuan ketua kwartir yang bersangkutan, disertai data yangdiperlukan.
2. Laporan pengusul harus dilengka pi dengan beberapa berkas sebagai berikut:
a. daftar riwayat hidup yang bersangkutan
b daftar riwayat pendidikan um um dan riwayat pendidikan kepramukaan, serta jabatan kepramukaan yang pernah dipegangnya.
c. data tentang sikap laku, usaha atau jasa dari yang bersangkutan, yang dikuatkan dengan bukti-bukti, pernyataan saksi, keterangan-keterangan, foto, rekaman, dan data lainnya.
d. pernyataan persetujuan dari kwartir yang bersangkutan.
e. pernyataan tersebut di atas dituangkan dalam formulir TPOD
3. Pemegang wewenang pemberian tanda penghargaan, membentuk Dewan Kehormatan, yang akan mengadakan penelitian dan memberi pertimbangan kepada pemegang wewenang untuk memutuskan menerima menolaki menunda pemberian tanda penghargaan berdasar perrnintaan dan laporan
4. Pemegang wewenang memberikan tanda penghargaan Lencana Teladan kepada yang bersangkuta disertai dengan Piagam Penghargaan Lencana Teladan.
5. Pemberian, penganugerahan dan penyerahan Tanda Penghargaan Lencana Teladan kepada yang bersangkutan dilakukan dalam suatu upacara sederhana secara seksama, tertib dan teliti, yaitu: Pada saat hari Pramuka, hari Proklamasi, hari besar agama, upacara 17-an, dan hari besar nasional lainnya.
6. Pemberian, penganugerahan dan penyerahan tanda penghargaan Lencana Teladan kepada yang bersangkutan dilakukan oleh pemegang wewenang pemberian tanda tersebut, yang dapat dilimpahkan kepada Kwarda/Kwarcab yang bersangkutan
7. Kwartir yang bersangkutan dengan pemberian tanda penghargaan ini harus membuat catatan tentang tanggal dan macam tanda yang diberikan pada Buku Daftar Pemberian Tanda Penghargaan dikwartirnya.
F. Tata cara pemakaian Lencana Teladan
Penempatan pada pakaian seragam.
a. Lencana Teladan dikenakan di atas saku kanan baju seragam putera, dan di dada sebelah kanan di atas lipatan hias atau setinggi ketiak baju seragam Pramuka puteri.
b. Urutan penempatan Tanda Penghargaan ditinjau dari pemakainya, dari kanan ke kiri dan dari atas ke bawah adalah berturut-turut sesuai dengan tingkat tanda penghargaan.
c. Tanda penghargaan Lencana Teladan harian dipakai pada tempat yang sama dengan tanda Penghargaan Kebesaran, dengan catatan:
1) pada satu baris hanya dipasang maksimum empat buah tanda harian.
2) kalau terda pat lebih dari empat buah tanda harian, maka tanda hariandaritanda penghargaan yang tingkatnya lebih tinggi diletakkan pada baris yang lebih tinggi.
d. Bila seseorang memiliki sebuah Tigor, maka Tanda Penghargaan dikenakan sebelah kanan TigoR ditinjau dari si pemakai.
e. Bila seseorang memiliki lebih dari sebuah Tigor, maka tanda penghargaan di pasang di atas deretan Tigor.
G. Masa berlaku Lencana Teladan
Lencana Teladan tidak mempunyai batas waktu kecuali bila ada pencabutan.
H. Tata cara pencabutan Lencana Teladan
1. Alasan Pencabutan
Pencabutan Tanda Penghargaan hanya dilakukan oleh pemegang wewenang pemberian dan pencabutan Tanda Penghargaan, bila pemilik tanda tersebut melanggar Kode Kehormatan Pramuka sehingga dinilai tidak memenuhi lagi persyaratan untuk memperoleh tanda tersebut.
2. Wewenang pengusulan dan pencabutan diatur sama seperti pemegang wewenang pemberian Tanda Penghargaan di atas.
3. Tata cara pengusulan pencabutan.
a. Pengusul membuat laporan tertulis kepada pemegang wewenang pencabutan Tanda Penghargaan melalui dan dengan persetujuan Ketua Kwartir yang bersangkutan disertai data yang diperlukan, dilengkapi dengan bukti pernyataan saksi dan lain-lain.
b. Pemegang wewenang pencabutan membentuk Dewan Kehormatan yang bertugas meneliti dan memberikan pertimbangan kepada pemegang wewenang untuk mengambil keputusan secara adil dan bijaksana, sera mempunyai nilai kejiwaan dan pendidikan dengan memperhatikan alasan, keberatan dan pembelaan dari yang bersangkutan
c. Pemegang wewenang mencabut tanda penghargaan dari yang berSangkutan disertai dengan surat keputusan untuk mencabut Lencana yang dikeluarkan oleh Gerakan Pramuka.
d. Kwartir yang bersangkutan dengan pencabutan tanda penghargaan ini harus membuat catatan pada Buku Daftar Pemberian Tanda Penghargaan di kwartirnya.
e. Pelaksanaan pencabutan Tanda Penghargaan dari yang bersangkutan dapat dilimpahkan sesuai dengan ketentuan pelimpahan wewenang pemberian tanda penghargaan.
E. LENCANA PANCAWARSA
PENGERTIAN
Lencana Pancawarsa merupakan salah satu Tanda Penghargaan untuk Anggota Dewasa Gerakan Pramuka. Disamping lencana-lencana lain seperti :Lencana Tunas Kencana, Lencana Melati, Lencana Darma Bakti, Lencana Wiratama, Lencana Karya Bakti
PENERIMA LENCANA PANCAWARSA
Lencana Pancawarsa untuk anggota dewasa Gerakan Pramuka, yaitu Pembantu Pembina Pramuka, Instruktur, Pembina Pramuka, Pelatih Pembina, Pamong Saka, Pembantu Andalan, Andalan, donatur, anggota kehormatan, anggota Majelis Pembimbing, serta karyawan/staf kwartir.
Lencana Pancawarsa terdiri atas:
1. Lencana Pancawarsa I untuk masa bakti 5 tahun
2. Lencana Pancawarsa 11 untuk masa bakti 10 tahun
3. Lencana Pancawarsa III untuk masa bakti 15 tahun
4. Lencana Pancawarsa IV untuk masa bakti 20 tahun
5. Lencana Pancawarsa V untuk masa bakti 25 tahun
6. Lencana Pancawarsa VI untuk masa bakti 30 tahun
7. Lencana Pancawarsa VII untuk masa bakti 35 tahun
8. Lencana Pancawarsa VIII untuk masa bakti 40 tahun
9. Lencana Pancawarsa IX untuk masa bakti 45 tahun
10.Lencana Pancawarsa UTAMA untuk masa bakti 50 tahun atau lebih.
TINGKAT LENCANA PANCAWARSA
Tingkat Lencana Pancawarsa untuk menentukan letak pemakaiannya pada pakaian seragam pramuka dalam kaitannya dengan lencana-lecana lain adalah pada posisi sbb :
1. Lencana Tunas Kencana
2. Lencana Melati
3. Lencana Darma Bakti
4. Lencana Wiratama
5. Lencana Karya Bakti
6. Lencana Pancawarsa
BENTUK, BAHAN, UKURAN, GAMBAR DAN WARNA LENCANA PANCAWARSA
1. Lencana Pancawarsa I sampai dengan IV dibuat dari logam berwarna perak, sedangkan Lencana
Pancawarsa V sampai dengan Lencana Pancawarsa Utama dibuat dan logam berwarna emas.
Lencana tersebut berbentuk kipas lima, dengan garis tengah 4 cm, dan gambar timbul tunas kelapa,
padi dan kapas di dalam Iingkaran bergaris tengah 2 cm berbingkai selebar 2 mm. Tiap sudut kipas lima
diberi garis arsir menuju ke pusat, sehingga menjadi gambar timbul sinar-sinar.
2. Lencana terse but bergantung pada pita kain sepanjang 4 cm, lebar 3,5 cm, berwarna biru dengan garis
putih pada kedua sisi tepinya, masing-masing selebar 5 mm, dan tulisan angka romawi atau huruf kapital
dibuat dari logam berwarna perak atau kuning emas, yang menunjukkan tingkat Lencana Pancawarsa
yang bersangkutan.
3. Tanda Harian Lencana Pancawarsa dibuat dari kain berwarna biru tua berukuran 2 cm x 1 cm, dengan
tulisan angka romawi atau huruf kapital, yang dibuat dari logam berwarna perak atau kuning emas,
yang menunjukkan tingkat Lencana Pancawarsa tersebut.
SYARAT-SYARAT PENERIMA TAN DA PENGHARGAAN LENCANA PANCAWARSA
1. Lencana Pancawarsa menandai kesetiaan, kepatuhan, kerajinan, ketekunan, kesungguhan dan ketertiban
anggota dewasa Gerakan Pramuka, dalam rnenunaikan tugas kewajibannya selama lima tahun atau
kelipatan lima tahun.
2. Anggota dewasa Gerakan Pramuka dapat menerima dan mengenakan Lencana Pancawarsa apabila
yang bersangkutan telah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Sudah dikukuhkan untuk memegang suatu jabatan tertentu dalam Gerakan Pramuka.
b. Selalu bekerja dengan tekun, rajin dan bertanggungjawab atas tugas kewajiban yang dibebankan
kepadanya.
c. Selalu memperlihatkan usahanya untuk meningkatkan pesertadidiknya atau mengembangkan
Gerakan Pramuka pada umumnya.
d. Selalu menunjukkan usahanya untuk meningkatkan pengetahuan, kecakapan kepemimpinannya
dan pengalamannya dalam bidang tugas kewajibannya dan juga dalam bidang kepramukaan lainnya.
e. Selalu menunjukkan usahanya untuk bersikap dan bertindak sesuai dengan Trisatya dan Dasadarma,
Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan dan Sistem Among.
3. Seorang anggota dewasa Gerakan Pramuka yang selama lima tahun sejak diterimanya Lencana
Pancawarsa yang pertama, masih memenuhi syarat-syarat seperti yang tercantum pada angka 2 di atas,
dapat menerirna dan mengenakan Lencana Pancawarsa untuk lima tahun berikutnya dan seterusnya.
TATA CARA PEMBERIAN, PENGANUGERAHAN, PEMAKAIAN DAN PENCABUTAN LENCANA PANCAWARSA
1. Wewenang
a. Wewenang pengusulan untuk mendapat Tanda Penghargaan Lencana Pancawasra silakukan oleh
Pembina Gidep ybs, Kwartir ybs atau Majelis Pembimbing ybs melalui jalur kwartir.
b. Wewenang pemberian, penganugerahan dan pencabutan Tanda Penghargaan Lencana Panca Warsa
dilaksanakan oleh Kwartir Nasional/Kwartir Daerah.
2. Tata cara pengusulan, pernberian, penganugerahan Lencana Pancawarsa
a. Pengusul membuat laporan dan permintaan tertulis kepada pemegang wewenang pemberian Tanda
Penghargaan, melalui dan dengan persetujuan ketua kwartir yang bersangkutan, disertai data yang
diperlukan.
b. Laporan pengusul Lencana Pancawarsa cukup mampirkan Daftar Riwayat Hidup dan data kegiatan
dari yang bersangkutan selama lima tahun aktif menduduki jabatan tertentu dalam Gerakan Pramuka
yang dikuatkan dengan persetujuan kwartir yang bersangkutan.
3. Pemegang wewenang pemberian tanda penghargaan, membentuk Dewan Kehormatan, yang akan
mengadakan penelitian dan memberi pertimbangan kepada pemegang wewenang untuk memutuskan
menerimaimenolakimenunda pemberian tanda penghargaan berdasar perrnintaan dan laporan pengusul.
4. Pemegang wewenang memberikan tanda penghargaan Lencana Pancawarsa kepada yang bersangkutan
disertai dengan Piagam Penghargaan bagi pemberian Lencana Pancawarsa,
5. Pemberian, penganugerahan dan penyerahan Tanda Penghargaan kepada yang bersangkutan dilakukan
dalam suatu upacara sederhana secara seksama, tertib dan teliti, yaitu bersamaan dengan upacara hari
Pramuka, hari Proklamasi, hari besar agama, upacara 17-an, dan hari besar nasional lainnya.
6. Pemberian, penganugerahan dan penyerahan tanda penghargaan kepada yang bersangkutan dilakukan
oleh pemegang wewenang pemberian tanda tersebut, yang dapat dilimpahkan kepada Kwartir ybs dan
Majelis Pembimbing ybs.
7. Kwartir yang bersangkutan dengan pemberian tanda penghargaan ini harus membuat catatan tentang
tanggal dan macam tanda yang diberikan pada Buku Daftar Pemberian Tanda Penghargaan di
kwartirnya.
8. Tata cara pemakaian
a. Penempatan pada pakaian seragam, Lencana Pancawarsa dikenakan di atas saku kanan baju
seragam putera, dan di dada sebelah kanan di atas lipatan hias atau setinggi ketiak baju seragam
Pramuka puteri.
b. Urutan penempatan Tanda Penghargaan ditinjau dari pemakainya, dari kanan ke kiri dan dari atas
ke bawah adalah berturut-turut sesuai dengan tingkat tanda penghargaan.
c. Tanda penghargaan harian dipakai pada tempat yang sama dengan tanda Penghargaan Kebesaran,
dengan catatan:
1) pada satu baris hanya dipasang maksimum empat buah tanda harian.
2) kalau terda pat lebih dari empat buah tanda harian, maka tanda harian yang tingkatnya lebih
tinggi diletakkan pada baris yang lebih tinggi.
MASA BERLAKU LENCANA PANCAWARSA
Lencana Pancawarsa mempunyai batas waktu sampai pemiliknya menerima Lencana Pancawarsa
berikutnya. kecuali bila ada pencabutan.
TATA CARA PENCABUTAN
1. Alasan Pencabutan
Pencabutan Tanda Penghargaan hanya dilakukan oleh pemegang wewenang pemberian dan pencabutan
Tanda Penghargaan, bila pemilik tanda tersebut melanggar Kode Kehormatan Pramuka, sehingga
dinilai tidak memenuhi lagi persyaratan untuk memperoleh tanda tersebut.
2. Wewenang pengusulan dan pencabutan diatur sama seperti pemegang wewenang pemberian Tanda
Penghargaan di atas.
3. Tata can pengusulan pencabutan.
a. Pengusul membuat laporan tertulis kepada pemegang wewenang pencabutan Tanda Penghargaan
melalui dan dengan persetujuan Ketua Kwartir yang besangkutan disertai data yang
diperlukan, dlengkapi dengan bukti pernyataan saksi dan lain-lain.
b. Pemegang wewenang pencabutan membentuk Dewan Kehormatan yang bertugas meneliti dan
memberikan pertimbangan kepada pemegang wewenang untuk mengambil keputusan secara adil
dan bijaksana, sera mempunyai nilai kejiwaan dan pendidikan dengan memperhatikan alasan,
keberatan dan pembelaan dari yang bersangkutan.
c. Pemegang wewenang mencabut tanda penghargaan dari yang berangkutan disertai dengan surat
keputusan untuk mencabut Lencana yang dikeluarkan oleh Gerakan Pramuka.
d. Kwartir yang bersangkutan dengan pencabutan tanda penghargaan ini harus membuat catatan pada
Buku Daftar Pemberian Tanda Penghargaan di kwartirnya.
e. Pelaksanaan pencabutan Tanda Penghargaan dari yang bersangkutan dapat dilimpahkan sesuai
dengan ketentuan pemberian wewenang pemberian Lencana Pancawarsa
TANDA KECAKAPAN KHUSUS
GUGUS DEPAN
Pengertian
Gugusdepan, disingkat Gudep adalah suatu kesatuan organic dalam Gerakan Pramuka yang merupakan wadah untuk menghimpun anggota Gerakan Pramuka sebagai peserta didik dan pembina Pramuka, serta berfungsi sebagai pangkalan keanggotaan peserta didik.
Anggota putera dan anggota puteri dihimpun dalam Gudep yang terpisah, masing-masing merupakan Gudep yang berdiri sendiri.
Gudep Luar Biasa adalah Gudep yang anggotanya penyandang cacat jasmani atau mental, dan dapat menyelenggarakan kegiatan dalam Gudep sendiri.
Gudep lengkap lengkap terdiri atas satu perindukan Siaga, satu pasukan Penggalang, satu ambalan Penegak, dan satu racana Pandega, dengan pengertian sebagai berikut:
[INDENT]*Satuan Pramuka Siaga disebut perindukan satuan kecilnya Barung
*Satuan Pramuka Penggalang disebut pasukan satuan kecil Regu
*Satuan Pramuka Penegak disebut ambalan satuan kecil sangga.
*Satuan Pramuka Pandega disebut racana tidak ada satuan kecil[/INDENT]
Sangga Kerja adalah satuan Pramuka Penegak setingkat regu yang dibentuk atas dasar suatu tugas atau pekerjaan.
Pemimpin adalah sebutan bagi peserta didik yang memimpin satuan tingkat regu kebawah.
Pembina adalah sebutan bagi anggota dewasa yang memimpin dan membina Pramuka di tingkat pasukan keatas
Ketentuan Umum
a. Gudep dibentuk sebagai pangkalan keanggotaan peserta didik yang tidak menyandang cacat jasmani atau mental, yaitu di :
1) lembaga pendidikan umum, termasuk asrama siswanya dan kampus perguruan tinggi
2) lebaga pendidikan keagamaan, termasuk masjid, pesantren, gereja dan tempat keagamaan lainnya
3) instansi pemerintah, termasuk kompleks perumahan pegawainya atau asrama ABRI
4) rukun warga (RW) atau rukun tetangga (RT)
5) perwakilan RI di luar negeri.
b. Tiap pangkalan Gudep berkewajiban menerima anak-anak dan pemuda Indonesia :
1) yang bertempat tinggal di sekitar pangkalan masing-masing sehingga dapat dibentuk Gudep lengkap
2) dari semua golongan agama, dengan pengertian bahwa tiap golongan agama yang anggotanya dihimpun dalam satu gudep, dapat meningkatkan pendidikan keagamaannya masing-masing.
c. Pembina Gudep berusaha agar peserta didik tidak didaftar di dua pangkalan tersebut di atas, sehingga tidak menjadi anggota dari dua Gudep.
d. Untuk anggota Gerakan Pramuka yang menyandang cacat jasmani atau mental, dibentuk Gudep Luar Biasa yang anggotanya teridiri atas penyandang cacat :
1) Netra (golongan A)
2) Rungu Wicara (golongan B)
3) Mental (golongan C)
4) Daksa (golongan D)
5) Laras (golongan E)
f. Gudep yang berpangkalan di kampus perguruan tinggi pembinaan dan pengembangannya dilakukan olehj kwartir cabang dibawah pembinaan dan pengembangan kwartir daerah yang bersangkutan di wilayah masing-masing.
g. Warga negara RI yang bertempat di luar negeri. Dengan persetujuan perwakilan RI, dapat mendirikan Gudep yang dibimbing dan dibantu oleh kelapa perwakilan RI yang bersangkutan selaku Ketua Mabigus di bawah pengendalian Kwartir Nasional.
h. Warga negara asing yang bertempat tinggal di wilayah Indonesia dapat mendirikan Gudep bagi bangsanya atas izin pemerintah RI dengan rekomendasi Kwartir Nasional.
Gudep lengkap terdiri atas :
1) satu Perindukan Siaga, terdiri atas anak-anak yang berusia 7 sampai dengan 10 tahun
2) satu Pasukan Penggalang terdiri atas remaja yang berusia 11 sampai dengan 15 tahun
3) satu Ambalan Penegak terdiri atas pemuda yang berusia 16 sampai dengan 20 tahun
4) satu Racana Pandega terdiri atas pemuda dewasa yang berusia 21 sampai dengan 25 tahun
a. Satu Gudep dimungkinkan hanya terdiri atas satu atau dua golongan peserta didik, mengingat situasi dan kondisi pangkalan keanggotaan peserta didik, misalnya satu Gudep hanya mempunyai Perindukan Siaga atau mempunyai Perindukan Siaga dan Pasukan Penggalang.
b. dalam suatu Gudep yang terdiri atas satu atau dua golongan peserta didik, dimungkinkan Gudep tersebut mempunyai dua sampai 5 satuan untuk tiap golongan peserta didik.
c. pangkalan Gudep terebut pada butir 7 a dapat dibentuk satu Gudep putera dan satu Gudep puteri, yang masing-masing dapat terdiri atas beberapa satuan Pramuka sesuai dengan jumlah peserta didik yang ada; sehingga dimungkinkan dalam satu Gudep terdapat lebih dari satu Perindukan Siaga, Pasukan Penggalang, Ambalan Penegak, atau Racana Pandega
Ketentuan tiap Satuan dalam Gudep
a. Perindukan Siaga paling banyak 40 orang Pramuka Siaga
1. 1 barung 5 S/D 10 Pramuka Siaga.
2. Tiap barung memakai nama warna yang dipilih sendiri, misalnya Barung Merah atau Barung Putih.
3. Barung tidak memakai bendera barung
b. Pasukan Penggalang paling banyak 40 orang Pramuka Penggalang
1. 1regu 5 S/D 10 Pramuka Penggalang.
2. Tiap regu memakai nama yang dipilih sendiri, yaitu untuk regu putera digunakan nama hewan, dan regu puteri nama tumbuh-tumbuhan atau bunga.
3. Tiap regu ditandai dengan bendera regu bergambar yang sesuai dengan nama-nama regu.
c. Ambalan Penegak paling banyak 40 orang Pramuka Penegak
1. 1 sangga 5 S/D10 Pramuka Penegak.
2. Tiap sangga menggunakan nama dan lambang sesuai dengan aspirasinya, dengan ketentuan tidak menggunakan nama dan lambang yang sudah digunakan oleh badan dan organisasi lain.
3. Untuk mengerjakan suatu pekerjaan atau tugas, Ambalan Penegak dapat membentuk Sangga Kerja yang anggotanya terdiri dari anggota sangga yang telah ada. Sangga Kerja bersifat sementara sesuai dengan tugas yang harus dikerjakannya.
d. Racana Pandega
1) Racana terdiri atas paling banyak 40 orang Pramuka Pandega
2) Racana Pandega tidak dibagi dalam satuan-satuan kecil
3) Untuk mengerjakan suatu pekerjaan atau tugas, Racana Pandega dapat membentuk Kelompok Kerja yang anggotanya terdiri dari anggota racana yang ada.
Pembentukan Gudep
a. Atas prakarsa kepala sekolah/instansi pemerintah dan masyarakat sekitar pangkalan Gudep, diadakan pertemuan dengan para orang tua anak-anak dan pemuda serta tokoh masyarakat setempat untuk membicarakan/memusyawarahkan gagasan pembentukan Gudep.
Dalam pertemuan tersebut diundang juga seorang wakil Kwarran untuk memberi penjelasan seperlunya.
b. Untuk penyelenggaraan suatu Gudep diperlukan adanya suatu majelis pembimbing Gudep, disingkat Mabigus yang berkewajiban memberi bimbingan dan bantuan morel, organisatoris, materiel dan finansiel kepada Gudep
c. Pertemuan tersebut pada butir 20a merupakan musyawarah yang pertama-tama memilih Pembina Gudep dan Ketua Mabigus yang dijabat oleh seorang pimpinan sekolah/instansi pemerintah atau tokoh masyarakat di sekitar pangkalan Gudep
d. Mabigus disusun oleh Ketua Mabigus, bersama-sama Pembina Gudep.
Susunan organisasinya adalah sebagai berikut :
1) seorang ketua yang dipilih oleh musyawarah Gudep
2) seorang atau beberapa orang wakil ketua
3) seorang sekretaris
4) beberapa orang anggota
5) pembina Gudep secara ex-officio menjadi anggota Mabigus
e. Pembina Gudep, dibantu oleh Mabigus, menyusun pembina satuan Pramuka di Gudepnya seperti tersebut pada paragraf IV butir 10c.
Mabigus mengusahakan agar para pembina satuan Pramuka di Gudepnya dapat bekerja praktek pada suatu Gudep yang sudah berjalan.
f. Untuk langkah selanjutnya Pembina Gudep dan para pembina satuan Pramuka menghimpun dan mengelompokkan anak-anak dan pemuda yang berminat jadi Pramuka dalam perindukan Siaga, pasukan Penggalang, ambalan Penegak dan racana Pandega, sesuai dengan paragraf III butir 8a.
g. Peresmian Gudep baru dilakukan dalam suatu upacara dengan mengundang orang tua calon peserta didik, tokoh-tokoh masyarakat, para pejabat pemerintahan setempat, Kwarran yang berdekatan, Mabigus, Pembina Gudep tetangga dan lain-lain.
Buku-buku administrasi
a. Buku Induk berisi :
1) Nama anggota serta golongannya
2) Agama
3) Tempat dan tanggal lahir
4) Alamat
5) Golongan darah
6) Sekolah/pekerjaan
7) Nama orang tua/wali
8) Alamat orang tua/wali
9) Pekerjaan orang tua/wali
10) Kegemaran (hobby)
11) Keterangan lain
b. Buku Keuangan
c. Buku acara kegiatan
d. Buku INventaris barang dan alat-alat perlengkapan milik gugusdepan
e. Buku agenda dan buku ekspedisi surat menyurat
f. Buku harian berisi catatan tentang segala kegiatan, kejadian dan hal ikhwal sekitar gugusdepan
g. Berkas/kartu data pribadi setiap anggota
h. Buku risalah rapat/pertemuan
SERAGAM PRAMUKA YANG BARU
KESAKAAN
Satuan Karya Pramuka (Saka) adalah wadah pendidikan guna menyalurkan minat, mengembangkan bakat dan pengalaman para pramuka dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Satuan Karya diperuntukkan bagi para Pramuka Penggalang Terap, Pramuka Penegak dan Pandega, dan para pemuda usia 14-25 tahun dengan syarat khusus. Setiap Saka memiliki beberapa krida, dimana setiap Krida mengkususkan pada sub bidang ilmu tertentu yang dipelajari dalam Satuan karya tersebut. Setiap Krida memiliki SKK untuk TKK Khusus saka yang dapat diperoleh Pramuka yang bergabung dengan Krida tertentu di sebuah Saka.
Satuan Karya Pramuka juga memiliki kegiatan khusus yang disebut Perkemahan Bhakti Satuan Karya Pramuka (PERTISAKA) yang dilaksanakan oleh tiap-tiap saka dan kegiatan yang dilaksanakan secara bersama-sama lebih dari satu saka yang disebut perkemahan antar saka (PERAN SAKA) dimana dimungkinkan tiap saka mentranfer bidang keilmuan masing-masing. Bagian terkecil dari saka disebut krida,
Satuan Karya Pramuka yang dulu ada 7, pada saat ini satu lagi satuan karya pramuka yang dibentuk adalah satuan karya pramuka Wira Kartika yang merupakan hasil kerja sama Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dengan Mabes TNI Angkatan Darat, sehingga satuan karya pramuka pada saat ini ada 8 (delapan)
1. SAKA BAHARI
Satuan Karya Pramuka Bahari adalah wadah bagi Pramuka yang menyelenggarakan kegiatan-kegiatan nyata, produktif dan bermanfaat dalam rangka menanamkan rasa cinta dan menumbuhkan sikap hidup yang berorentasi kebaharian termasuk laut dan perairan dalam.
Tujuan
1. Memiliki tambahan pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan kecakapan di bidang kebaharian, yang dapat menjurus kepada kariernya di masa mendatang.
2. Memiliki rasa cinta kepada laut dan perairan dalam berikut seluruh isinya pada khusunya dan rasa cinta kepada tanah air Indonesia pada umumnya.
3. Memiliki sikap dan cara berfikir yang lebih matang dalam menghadapi segala tantangan hidup, terutama menyangkut kebaharian.
4. Mampu menyelenggarakan proyek-proyek kegiatan di bidang kebaharian secara positif berdaya guna dan tepat guna, sesuai dengan minat dan bakatnya serta bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya.
Sasaran
a. Mampu dan dapat memanfaatkan segala pengetahuan, pengalaman dan kecakapannya untuk ikut berperan serta secara aktif dalam Pembangunan Nasional, khhususnya di bidang kebaharian.
b. Merasa ikut bertanggungjawab terhadap kelestarian lingkungan hidup yang menyangkut kebaharian.
Saka Bahari meliputi 4 krida, yaitu :
- Krida Sumberdaya Bahari
- Krida Jasa Bahari
- Krida Wisata Bahari
- Krida Reksa Bahari
Krida Sumberdaya Bahari, terdiri atas 6 (enam) SKK :
SKK Penangkapan Ikan
SKK Alat Penangkap Ikan
SKK Budidaya Laut
SKK Pengolahan Hasil laut
SKK Budidaya Air Payau/Tambak
SKK Pertambangan Mineral.
Krida Jasa Bahari, terdiri atas 9 (sembilan) SKK :
SKK Listrik
SKK Mesin
SKK Pengecatan
SKK Elektronika
SKK Pengelas
SKK Perencana Kapal
SKK Perahu Motor
SKK Pelaut
SKK Operator Alat Bongkar Muat.
Krida Wisata Bahari, mempunyai 8 (delapan) SKK :
SKK Renang
SKK Layar
SKK Selam
SKK Dayung
SKK Ski Air
SKK Pemandu Wisata Laut
SKK Selancar Angin
SKK Penyelamatan di Pantai.
Krida Reksa Bahari, mempunyai 7 (tujuh) SKK :
SKK Navigasi
SKK Telekomunikasi
SKK Isyarat Bendera
SKK Isyarat Optik
SKK Pelestarian Sumberdaya Laut
SKK Pengemudi Sekoci
SKK SAR di Laut.
2. SAKA BHAYANGKARA
Tujuan
Tujuan dibentuknya Saka Bhayangkara adalah untuk mewujudkan kader-kader bangsa yang ikut serta bertanggungjawab terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat melalui pendidikan kebhayangkaraan didalam Gerakan Pramuka
Sasaran
Sasaran dibentuknya Saka Bhayangkara adalah agar para anggota Gerakan Pramuka yang telah mengikuti kegiatan saka tersebut :
memiliki pengetahuan, kemampuan, kecakapan, dan ketrampilan serta pengalaman dalam bidang kebhayangkaraan
memiliki sikap hidup yang tertib dan disiplin serta ketaatan terhadap peraturan hukum dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat
memiliki sikap kebiasaan dan perilaku yang tangguh sehinggamampu mencegah menangkal, serta menanggulangi timbulnya setiap gangguan kamtibmas
memiliki kepekaan dan kewaspadaan serta daya tangggap dan penyesuaian terhadap setiap perubahan dan dinamika sosial di lingkungannya
mampu memberikan latihan tentang pengetahuan kamtibmas kepada para anggota Gerakan Pramuka di gugusdepannya
mampu menyelenggarakan pengamanan lingkungan secara swakarsa, swadaya dan swasembada, serta secara nyata yang berguna bagi dirinya dan bagi masyarakat di lingkungannya
mampu melakukan tindakan pertama terhadap kasus kejahatan tertangkap tangan yang terjadi dilingkungannya untuk kemudian segera menyerahkannya kepada polri
mampu membantu polri dalam pengamanan tkp dan melaporkan kejadian tersebut serta bersedia menjadi saksi
mampu membantu merehabilitasi ketentraman masyarakat yang terganggu akibat konflik sosial, kecelakaan dan bencana alam yang terjadi di lingkungannya
Krida Saka Bhayangkara
1) Krida Pengamanan Lingkungan
2) Krida Pengamanan Lalu Lintas
3) Krida TPTK (Tindakan Pertama di Tempat Kejadian)
4) Krida SAR (Search And Rescue)
5) Krida Pemadam Kebakaran
3. SAKA DIRGANTARA
Tujuan
Untuk memberikan pendidikan dalam bidanag kedirgantaraan bagi anggota Gerakan Pramuka melalui kegiatan nyata, produktif dan berguna, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk masyarakat, bangsa dan negara.
Sasaran
a. Memiliki pengalaman, pengetahuan, ketrampilan dan kecakapan dalam bidang kedirgantaraan.
b. Memiliki rasa cinta dirgantara.
c. Memiliki sikap dan cara berfikir yang berdaya guna dan berhasil guna dengan menggunakan matra dirgantara sebagai ruang gerak.
d. Memiliki disiplin dan tanggung jawab terhadap dirgangantara nasional.
e. Memiliki kemampuan-kemampuan dalam menyelenggarakan proyek-proyek dalam bidang kedirgantaraan secara positip sesuai dengan dengan minat, bakat, kemampuan dan situasi dan kondisi setempat.
f. Memiliki kemampuan menyebarluaskan pengetahuan, pengalaman, kecakapan dan ketrampilannya, yang diperoleh dari kegiatan Saka Pramuka Dirgantara kepada anggota Gerakan Pramuka dan masyarakat.
Krida Saka Dirgantara
1) Krida Keselamatan Penerbangan
2) Krida Pesawat Model
3) Krida Terjun Payung
4) Krida Terbang Layang
5) Krida Pesawat Ringan
4. SAKA WANA BHAKTI
Tujuan
untuk memberi wadah pendidikan di bidang Kehutanan kepada anggota Gerakan Pramuka terutama para Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega, agar mereka dapat membantu, membina dan mengembangkan kegiatan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup, melaksanakan secara nyata, produktif dan berguna bagi Pramuka Penegak dan Pandega sebagai baktinya terhadap pembangunan masyarakat, bangsa dan negara
Sasaran
Sasaran kegiatan Saka Wanabakti adalah agar para Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega:
Memiliki rasa cinta dan tanggungjawab terhadap hutan dengan segala isi dan kekayaan yang terkandung di dalamnya, serta kesadaran untuk memelihara dan melestarikanya.
Memiliki tambahan pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan kecakapan dibidang kehutanan yang dapat mengembangkan pribadinya.
Memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk menghadapi segala tantangan hidup dalam hutan dengan tetap memperhatikan keamanan dan kelestarian hutan.
Memiliki disiplin dan tanggungjawab yang lebih mantap untuk memelihara kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup.
Mampu menyelenggarakan kegiatan-kegiatanSaka Wanabkti secara positif, berdayaguna dan tepat guna, sesuai dengan bakat dan minatnya sehingga berguna bagi pribadinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Mampu menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan dan kecakapannya kepada Pramuka Siaga dan Pramuka Penggalang serta anggota lainnya
.
Saka Wanabakti terdiri dari 4 Krida
1) Krida Tata Wana
2) Krida Reksa Wana
3) Krida Bina Wana
4) Krida Guna Wana
5. SAKA TARUNABUMI
Pengertian.
Satuan Karya Pramuka disingkat Saka adalah satuan yang terdiri atas Pramuka Penegak, Pramuka Pendega, Pramuka Penggalang yang sudah berusia lebih dari 14 tahun, Pemuda calon anggota Gerakan Pramuka yang telah berusia 14-25 tahun serta peminat lainnya yang melaksanakan kegiatan nyata,produktif dan bermanfaat, yang diarahkan kepada kepantingan pembangunan Nasional, serta dengan aspirasi pemuda Indonesia.
Yang dimaksud dengan Tarunabumi adalah pemuda yang berminat dan aktif melaksanakan kegiatan di bidang pertanian pada umumnya, termasuk bidang perkebunan, perikanan, peternakan, tanaman pangan.tanaman keras dan hortikultura.
Saka Tarunabumi adalah salah satu jenis satuan karya Pramuka tempat meningkatkan dan mengembangkan kepoemimpinan,pengetahuan, pengalaman,keterampilan dan kecakapan para anggotanya, sehingga mereka dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan nyata, produktif serta bermanfaat dalam mendukung kagiatan pembangunan pertanian.
Tujuan.
Tujuan pembentukan Saka Tarunabumi adalah untuk mewujudkan kader penerus perjuangan bangsa dan pembangunan nasional di bidang pertanian dengan menyediakan wadah pendidikan luar sekolah dibidang pertanian kepada anggota Gerakan Pramuka terutama Pramuka Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega serta kepada pemuda calon anggota pramuka dan para peminat yang memenuhi persyaratan.
Sasaran.
Sasaran kegiatan Saka Tarunabumi agar para anggotaSakaTarunabumi :
a. Memiliki rasa cinta akan alam pertanian dan rasa tanggungjawab akan kelangsungan jalannya pembangunan Nasional.
b. Memiliki tambahan pengetahuan, pengalaman,kecakapan dan keterampilan di bidang pembangunan pertanian serta sikap yang tanggap akan perubahan-perubahan yang selalu terjadi dalam proses kegiatan pembangunan pertanian.
c. Mampu menyelenggarakan kegiatan kegiatan Saka Tarunabumi secara positif, berdayaguna dan berhasilguna,sesuai dengan bakat dan minatnya di bidang pertanian, sehingga berguna bagi pribadinya,keluarganya, masyarakat, bangsa dan negara.
d. Mampu menyebar luaskan pengetahuan, pengalaman, kecakapan, dan ketrampilannya, yang didapat dalam kegiatan Saka Kepada anggota Gerakan Pramuka di Gugusdepan masing-masing serta kepada pemuda lainnya yang berada di sekitar tempat tinggalnya.
Saka Tarunabumi terdiri dari 5 krida yaitu :
1) Krdida Tanaman Pangan.
2) Krida Perikanan
3) Krida Peternakan
4) Krida Perkebunan
5) Krida Hortikultura
6. SAKA BAKTI HUSADA
Tujuan
Tujuan dibentuknya Saka Bakti Husada adalah memberi wadah pendidikan dan pembinaan bagi para Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega untuk menyalurkan minat, mengembangkan bakat, kemampuan, dan pengalaman dalam bidang pengetahuan dan teknologi serta keterampilan bidang kesehatan yang dapat menjadi bekal bagi kehidupan dan penghidupannya untuk mengabdi pada masyarakat, bangsa dan negara.
Fungsi
Saka Bakti Husada berfungsi sebagai:
a. Wadah pendidikan dan pembinaan, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keterampilan di bidang kesehatan.
b. Sarana untuk melaksanakan kegiatan nyata dan produktif.
c. Sarana untuk melaksanakan bakti kepada masyarakat, bangsa dan negara.
d. Sarana untuk mencapai tujuan pendidikan dan pengembangan Gerakan Pramuka.
Saka Bakti Husada terdiri dari 6 (enam) krida yaitu:
1) Krida Bina Lingkungan Sehat
2) Krida Bina Keluarga Sehat
3) Krida Pengendalian Penyakit
4) Krida Bina Gizi
5) Krida Bina Obat
6) Krida Bina PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
7. SAKA KENCANA
Tujuan
Tujuan dibentuknya Saka Kencana adalah untuk membina anggota Gerakan Pramuka agar dapat menjadi tenaga kader pembangunan dalam bidang Keluarga Berencana, Keluarga Sejahtera dan Pengembangan Kependudukan guna memantapkan pelembagaan NKKBS sebagai cara yang layak dan bertanggungjawab dari seluruh keluarga dan masyakarat Indonesia.
Sasaran
Sasaran dibentuknya Saka Kencana adalah agar para anggota Gerakan Pramuka yang telah mengikuti kegiatan Saka tersebut:
Memiliki pengetahuan, pengertian, keterampilan dan pengalaman dalam memasyarakatkan NKKBS terhadap anggota Pramuka dan keluarga Indonesia.
Mampu dan mau menyebarluaskan kepada masyarakat tentang informasi dan pengetahuan tentang Keluarga Berencana, Keluarga Sejahtera dan Pengembangan Kependudukan serta kaitannya dengan pembangunan sektor lain.
Mampu memberikan latihan dan peranserta dalam mendukung kegiatan Keluarga Berencana, Keluarga Sejahtera dan Pengembangan Kependudukan kepada para Pramuka di Gugusdepannya.
Memiliki sikap yang rasional serta bertanggungjawab dalam mewujudkan kesadaran dan kepedulian keluarga sebagai pemrakarsa dan pelaksana pembangunan bangsa.
Menumbuh-kembangkan minat terhadap Saka Kencana di setiap Gugusdepan dan pembentukan Saka Kencana di setiap ranting di seluruh wilayah Republik Indonesia yang semakin maju dan mandiri.
krida Saka Kencana
1) Krida Bina Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KBdanKR).
2) Krida Bina Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga(KSdanPK).
3) Krida Bina Advokasi dan Komunikasi Informasi Edukasi (Advokasi dan KIE).
4) Krida Bina Peran Serta Masyarakat (PSM).
8. SAKA WIRAKARYA
Pengorganisasian Saka binaan TNI-AD ini, tidaklah jauh berbeda dengan Satuan Karya pada umumnya. Namun Demikian Saka Wira Kartika ini memiliki Program Pendidikan yang dibentuk dalam Satuan Krida antara Lain :
1. Krida Survival
2. Krida Pioneer
3. Krida Mountainering
4. Krida Navigasi Darat
5. Krida Bintal Juang
RACANA PANDEGA
Pengertian
Racana adalah kumpulan dari dua sampai empat Reka. Arti kata Racana adalah dasar penyangga tiang bangunan yang dalam bahasa jawa disebutumpak. Nama Racana biasanya diambil dari nama-nama pahlawan. Namun demikian tidak menutup kemungkinan nama Racana juga diambil dari nama-nama senjata atau nama kerajaan dalam pewayangan atau nama ceritera mitos. Dalam pemilihan nama tentunya diambil yang terbaik menurut anggota Racana, sehingga memiliki makna dan kebanggaan bagi seluruh anggota Racana.
Racana sebagai Wadah Pembinaan
Dalam sistim pendidikan Gerakan Pramuka, Racana merupakan bagian dari organsiasi Gugusdepan sebagai wadah pembinaan pramuka golongan Pandeg. Dalam posisinya sebagai wadah pembinaan maka Racana merupakan tempat utama para Pramuka Pandega didalam mengembangan potensi dirinya melalui pendidikan kepramukaan. oleh sebab itu Racana harus aktif dan memiliki program latihan dan kegiatan yang terencana dengan baik.
Racana dalam sistem pendidikan kepramukaan berfungsi sebagai satuan gerak yaitu satuan organisasi/unit pelaksana yang mengimplementasikan sistim pendidikan kepramukaan bagi para peserta didik.
Golongan Pandega merupakan golongan peserta didik dalam Gerakan Pramuka yang lahir paling akhir dibandingkan dengan golongan siaga, penggalang dan penegak. Lahirnya golongan ini merupakan hasil eksperiman dari alm. Prof. DR. Fuad Hasan (Mantan Mendikubud RI). Beliau pada tahun 1964 selaku Andalan Nasional Bidang Penelitian melakukan eksperimen dengan membentuk satuan pramuka khusus untuk para mahasiswa. Eksperimen tersebut didasari oleh kenyataan tidak tertariknya para mahasiswa untuk membina dan memimpin adik-adiknya dalam gerakan pendidikan kepramukaan. Satuan khusus tersebut oleh beliau kemudian ingin ditarik keluar kampus dan menjadi bagian dari gugusdepan yang saat itu lebih banyak berpangkalan di teritorial - tidak seperti saat ini yang lebih banyak di sekolah, kampus dan pesantren.
Pada perkembangan berikutnya ternyata satuan khusus hasil eksperimen di atas, oleh Gerakan Pramuka justru disahkan menjadi satuan pendidikan yang bernama Pandega dengan usia peserta didik 21 - 25 tahun. Pengesahan tersebut terjadi pada MUSPPANITERA III tahun 1974 di Ujungpandang dan baru tiga bulan berikutnya Kwarnas Gerakan Pramuka resmi memutuskan golongan pandega dengan memasukannya kedalam Petunjuk Penyelenggaraan Gugusdepan dengan Keputusan Kwarnas Gerakan Pramuka bernomor III/KN/1974 Bab X.
Meski telah diresmikan sebetulnya hasil eksperimen tersebut diakui belum tuntas sehingga masih memerlukan pengkajian-pengkajian lanjutan untuk mematangkan konsep pendidikan pandega sebagai bagian dari sistem pendidikan Gerakan Pramuka (Idik Sulaeman, 1980). Kebutuhan akan pematangan konsep pengembangan sistem pendidikan untuk Pramuka Pandega tampaknya masih aktual hingga saat ini, oleh sebab :
• Masa usia pandega adalah masa usia yang harus dipandang sebagai orang dewasa muda yang mengarah kepada kematangan dan kemandirian berfikir serta kemampuan untuk bertindak secara kritis, realistis dan analitis.
• Masa usia yang dominan jiwa petualangan (advontoris) disertai keinginan untuk merombak hal-hal yang dinilai sudah mapan dan tertinggal oleh zaman.
• Masa usia yang membutuhkan dukungan yang membesarkan semangat, menghendaki kejelasan dan keterbukaan dalam segala hal.
• Masa usia yang mengarah kepada kebutuhan aktualisasi diri dalam masyarakat dan kebutuhan akan cita-cita masa depannya yang pasti dan berdaya saing.
• Masa usia yang memerlukan tempat terpecaya untuk mencurahkan pikiran, perasaan dan idealisme-idealismenya baik menyangkut diri sendidi, Gerakan Pramuka, masyarakat sekelilingnya hingga masa depan negara dan bangsanya.
Atas dasar sifat-sifat usia yang semacam di atas maka kegiatan latihan dan program Pramuka Pandega hendaknya diarahkan kepada :
• Mengembangkan sikap berprakarsa, pramuka pandega diberi kesempatan seluas-luasnya untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan dan program-program latihannya secara mandiri, Kakak Pembina hanya berperan mengarahkan, menasehati dan memsatikan bahwa semua yang dilakukan masih sejalan dengan Kode Kehormatan Pramuka.
• Dalam melaksanakan kegiatan para pramuka pandega hendaknya diarahkan melalui kegiatan-kegiatan perorangan atau kelompok-kelompok kecil namun memiliki dampak yang signifikan bagi diri dan lingkungannya.
• Pramuka Pandega lebih diarahkan untuk menjadi penggerak, pelopor dan inisiator dalam penciptaan berbagai program bina diri, bina satuan dan bina lingkungan.
Arah pendidikan Pramuka Pandega tampaknya akan terus dinamis sejalan dengan perkembangan sosial budaya masyarakat Indonesia. Hingga saat ini berbagai inovasi pendidikan Pramuka Pandega masih terus berkembang sejalan dengan lahirnya tantangan baru genersi muda Indonesia baik di bidang lingkungan, sosial budaya, kemandirian bangsa, persaingan global, kepedulian sosial, dsb. Kerjasama antara Kwartir (dalam hal ini Dewan Kerja - Pusdik dan Puslitbang) dengan Para Pandega di berbagai Racana perlu terus digalang untuk menuntaskan sejarah eksperiman lahirnya golongan Pandega yang dulu belum tuntas oleh penggagasnya.
Alat Kelengkapan
Untuk dapat melaksanakan fungsi dan kedudukannya maka racana harus memiliki alat kelengkapan sbb : struktur organisasi, tata adat racana, pembina & instruktur, perjalanan bakti pramuka pandega (model dan alur pembinaan anggota), sanggar bakti, mitra kerja, dsb.
AMBALAN PENEGAK
Pengertian
Kata Ambalan berasal dari bahasa Jawa ambal-ambalan, yakni kegiatan yang dilakukan terus menerus oleh sekelompok orang. Ambalan Penegak mengandung pengertian kiasan dasar yakni kegiatan (bakti dan persaudaraan) yang terus menerus dilakukan dalam menegakkan dan mengisi Kemerdekaan Bangsa. Ambalan atau ambal dalam bahasa Lampung mengandung pengertian karpet indah yang paling lebar yang digunakan untuk bermusyawarah. Ambalan mempunyai konotasi lain yaitu sebagai wadah berkumpul melakukan suatu musyawarah sebelum melaksanakan kegiatan-kegiatan.
Warga Ambalan
Peserta didik dalam ambalan disebut dengan warga ambalan yang dikelompokan kedalam status keanggotaan sebagai tamu ambalan, calon penegak dan penegak. Tamu Ambalan adalah kelompok peserta didik yang masih mengikuti tahapan percobaan atau perkenalan kegiatan dan latihan di ambalan. Calon Penegak adalah tamu ambalan yang sudah dinyatakan berhasil mengikuti tahap tamu ambalan yang sedang mengikuti kegiatan dan latian serta sedang menempuh SKU Penegak Bantara. Penegak adalah tamu ambalan yan sudah berhasil menempuh SKU Bantara dan telah dilantik menjadi Penegak Bantara.
Pengelolaan Warga Ambalan
Ambalan Penegak idealnya terdiri atas 12-32 Pramuka Penegak yang dibagi menjadi 3-4 kelompok yang disebut Sangga.
Ambalan Penegak menggunakan nama dan lambang yang dipilih mereka sesuai aspirasinya dan mengandung kiasan dasar yang menjadi motivasi kehidupan ambalan
Sangga adalah kelompok belajar interaktif teman sebaya usia antara 16 - 20 tahun yang disebut pramuka penegak. Satu sangga jumlah anggotanya yang terbaik adalah 4 - 8 Pramuka penegak. Pembentukan sangga dilakukan oleh para pramuka penegak sendiri. Nama sangga dipilih di antara nama-nama perrntis, Pencoba, Pendobrak, penegas dan pelaksana atau dipilih nama lain sesuai aspirasi mereka. Nama tersebut merupakan identitas sangga dan mengandung kiasan dasar yang dapat memberikan motivasi kehidupan sangga.
Sanggakerja
Untuk melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan, Ambalan Penegak dapat membentuk Sangga Kerja yang anggotanya terdiri atas anggota-anggota sangga yang ada, jumlah anggota disesuaikan dengan beban kerja atau tugas yang diemban. Sangga Kerja bersifat sementara sampai tugas atau pekerjaan selesai dilaksanakan.
Badan Pengurus Harian
Dewan Ambalan Penegak dipimpin oleh Badan Pengurus Harian Ambalan yang terdiri dari 1 orang Pradana (dipilih dalam Musyawarah Ambalan), dibantu oleh seorang kerani/sekretaris, 1 orang juru uang/bendahara dan 1 orang juru ada/pemangku adat.
Alat Kelengkapan
Alat kelengkapan Ambalan Penegak terdiri dari : Pembina, Musyawarah Ambalan, Dewan Ambalan Penegak, Badan Pengurus Harian Dewa Ambalan Penegak, Dewam Adat, Dewan Kehormatan, Adat Tradisi Ambalan.
MUSYAWARAH AMBALAN PENEGAK
Pengertian
Musyawarah Ambalan merupakan salah satu alat kelengkapan Ambalan disamping alat kelengkapan lain seperti Pembina Ambalan Penegak, Dewan Ambalan Penegak, Badan Pengurus Harian Dewan Ambalan Penegak,
Dewan Adat, Dewan Kehormatan dan Adat Tradisi Ambalan. Semua alat kelengkapan tersebut saling terkait dan menjadi media pendidikan partisipatif bagi Pramuka Penegak di Ambalannya.
Musyawarah Ambalan adalah media pendidikan partisipatif yang memberikan pengalaman langsung kepada para Penegak untuk menerapkan prinsip-prinsip demokrasi, prinsip-prinsip musyawarah untuk mufakat, prinsip-prinsip menggunakan hak suara dan hak bicara secara sopan, efektif dan argumentatif, prinsip-prinsip pengambilan keputusan yang demokrtais-transparan dan akuntabel, prinsip-prinsip penyusunan peraturan kehidupan organisasi dan adat tradisi Ambalan yang aspiratif, serta berbagai pengalaman partisipatif lainnya yang akan sangat bermanfaat bagi masa depan Penegak itu sendiri.
Musyawarah Ambalan adalah forum tertinggi para Pramuka Penegak di bawah bimbingan Pembina Penegak. Musyawarah Ambalan juga sebagai alat penyalur aspirasi tentang arah kegiatan dan pengelolaan berbagai aspek kehidupan ambalan ke depan, dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 tahun sekali dan dalam kondisi khusus dapat diselenggarakan Musyawarah Ambalan Luar Biasa sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Agenda
Mengevaluasi dan menetapkan diterima, ditolak atau direvisi terhadap laporan akhir masa baktiBPH (Badan Pengurus Harian) Dewan Ambalan yang sedang menjabat.
Menetapkan sasaran dan jenis program kerja satu tahun berikutnya atau masa kepengurusan BPH Dewan Ambalan yang akan dipilih, yang paling tidak terdiri dari hal-hal sbb :
[INDENT]a. Program penataan keanggotaan dan Penerapan Program Perjalanan Bakti Pramuka Penegak di Ambalan satu tahun ke depan
b. Perencanaan program kegiatan Ambalan satu tahun kedepan
c. Perencanaan kerjasama kegiatan dengan berbagai pihak
d. Dan hal-hal lain yang perlu di bahas.[/INDENT]
Membahas dan mengavaluasi penerapan Adat Tradisi Ambalan agar lebih sesuai dengan aspirasi dan kehendak terbaru dari seluruh warga Ambalan
Menetapkan syarat-syarat dan memilih Badan Pengurus Harian Dewan Ambalan Penegak untuk satu tahun kedepan :
[INDENT]a. Pemilihan Pradana dilakukan secara pemilihan langsung (voting atau musyawarah mufakat)
b. Pemilihan alat kelengkapan BPH (Kerani, Juru Uang dan Juru Adat) dapat dilaksanakan melalui sistem formatur yang beranggotakan Pradana baru yang telah dipilih, Pradana lama yang telah usai masa jabatannya dan beberapa Pramuka Penegak anggota Ambalan.[/INDENT]
Agenda lain sesuai dengan kebutuhan Ambalan.
Peserta, Hak Suara dan Hak Bicara
Peserta Musyawarah Ambalan adalah seluruh Pengurus dan Warga Ambalan (Tamu Ambalan, Calon Penegak dan Para Penegak) serta didampingi oleh Pembina Penegak.
Tamu Ambalan dan Calon Penegak tidak memiliki hak suara (memilih dan dipilih) namun dapat pula diberi hak bicara (bertanya, menanggapi, menjelaskan, dsb).
Hak Suara hanya dimiliki oleh Para Penegak Bantara dan Penegak Laksana.
Pengambilan Keputusan
Keputusan Musyawarah Ambalan dicapai atas dasar musyawarah dan mufakat
Apabila mufakat tidak dapat dicapai keputusan diambil dengan cara pemungutan suara (voting). Hasil voting dianggap sah apabila didukung oleh setengah dari jumlah peserta Musyawarah Ambalan yang memiliki hak suara.
Pemungutan suara dilaksanakan secara langsung dan terbuka kecuali jika forum Musyawarah Ambalan memutuskan agar pemungutan suara dilaksanakan secara tertutup dan rahasia.
Hasil-hasil keputusan Musyawarah Ambalan tidak boleh bertentangan dengan :
a. AD/ART Gerakan Pramuka dan Peraturan lainnya lainya
b. Hasil Musyawarah Gugusdepan dan Musyawarah Kwartir di berbagai tingkatan
c. Hasil Muspanitera Dewan Kerja Penegak Pandega di berbagai tingkatan.
Hasil-hasil keputusan Musyawarah Ambalan ditetapkan dalam sebuah surat keputusan hasil Musyawarah Ambalan untuk selanjutnya dilaporkan kepada Pembina Gugusdepan agar menjadi keputusan Gugusdepan dan siap untuk dilaksanakan.
Alur Agenda Musyawarah Ambalan
Alur Agenda Musyawarah Ambalan bisa dirancang sendiri oleh Warga Ambalan sesuai dengan kepentingannya. Namun demikian di bawah ini ada alur agenda Musyawarah Ambalan yang dapat dijadikan sebagai referensi.
Persiapan Acara (Peserta datang dan pendaftaran ulang)
Upacara Pembukaan Musyawarah Ambalan (Dihadliri oleh tamu undangan terkait).
Acara Musyawarah Ambalan
Sidang Pendahuluan
Dipimpin oleh Pradana atau Anggota BPH lain yang ditunjuk dengan agenda tunggal Pemilihan Pimpinan/Presedium Musyawarah Ambalan. Presedium dapat terdiri dari 3 orang : 1 orang dari BPH lama dan orang dari Anggota Ambalan.
Sidang Pleno I Dipimpin oleh Presedium Musyawarah Ambalan, dengan agenda :
[INDENTΣ) Pembahasan dan penetapan tata tertib Musyawarah Ambalan
2) Penyampaian, pembahasan dan penetapan Laporan Pradana BPH masa bakti yang lalu
3) Pembagian anggota sidang komisi[/INDENT]
Sidang Komisi Dipimpin oleh Ketua Komisi yang dipilih oleh anggota komisi dengan agenda :
[INDENTΣ) Komisi A : membahas Pembinaan Personal dan Tata Organisasi-Adminsitrasi Ambalan
2) Komisi B : membahas Program Kerja Ambalan satu tahun yang akan datang
3) Komisi C : membahas pengembangan dan penerapan Adat Tradisi Ambalan[/INDENT]
Sidang Pleno II
[INDENTΣ) Laporan, Pembahasan dan Penetapan hasil sidang komisi
2) Pembentukan tim perumus dan penyelaras hasil-hasil sidang komisi[/INDENT]
[e.] Sidang Tim Perumus
Sidang Pleno III
[INDENTΣ) Laporan hasil sidang Tim Perumus dan Penetapan hasil sidang tim perumus menjadi hasil Musyawarah Ambalan
2) Pemilihan Pradana
3) Pemilihan Formatur pembentukupan kepengurusan BPH yang baru
4) Penutupan Sidang , penyerahan hasil-hasil Musyawarah Ambalan kepada Pradana terpilih.
5) Musyawarah Ambalan selesai dan ditutup[/INDENT]
Upacara Penutupan Musyawarah Ambalan dengan salah satu agenda penyerahan hasil-hasil Musyawarah Ambalan kepada Pembina Penegak untuk disampaikan kepada Pembina Gugusdepan dan menjadi Keputusan Gugusdepan.
Lain-lain
BPH Ambalan dapat membentuk Sangga Kerja sebagai pelaksana kegiatan Musyawarah Ambalan.
BPH Ambalan beserta Pembina Penegak dapat membentuk Kelompok Kerja untuk menyiapkan materi dan bahan-bahan sidang komisi, tata tertib dan bahan-bahan lain yang sifatnya konseptual.
Alur agenda di atas hanya sekedar contoh, dapat disingkat dan dipadatkan yang terpenting adalah Musyawarah Ambalan dapat menghasilkan keputusan-keputusan yang bermanfaat untuk peningkatan kualitas latihan dan kegiatan di masa yang akan datang.
PASUKAN PENGGALANG
Filosofi Pramuka Penggalang
Pramuka Penggalang adalah peserta didik dalam Gerakan Pramuka yang berusia antara 11-15 tahun. Dalam siklus kehidupan manusia, anak usia 11-15 tahun masuk dalam kelompok remaja dan telah meninggalkan masa kanak-kanak serta sedang menuju ke masa dewasa.
Remaja merupakan salah satu periode kehidupan yang dimulai dengan perubahan biologis pada masa pubertas dan diakhiri dengan masuknya seseorang kedalam tahap kedewasaan. Perubahan fisik merupakan transformasi yang paling jelas yang dialami remaja usia 11-15 tahun. Pada tahap ini citra diri fisik yang merupakan gambaran mental yang dimiliki seseorang tentang tubuhnya menimbulkan perasaan ketidakpastian karena perubahan yang dialami.
Secara umum pramuka penggalang mempunyai kondisi jiwa sebagai berikut:
berfikir kritis
mudah terjadi identifikasi yang sangat emosional
minat dan aktivitasnya mulai mencerminkan jenis kelamin secara lebih menonjol
pengaruh kelompok sebaya sangat kuat
memerlukan dukungan emosional orang tua bila mengalami kekecewaan dalam bergaul
memerlukan kehangatan dan keserasian dalam keluarga di rumah
menyenangi perilaku yang penuh kejutan, tantangan dan perilaku mengganggu orang lain
permainan kelompok, tim, sangat menarik baginya.
Perilaku anak-anak seusia Pramuka Penggalang, antara lain sebagai berikut:
senang bermain, dan belari-lari
senang bergerak, dan mencoba-coba.
senang mengembara.
suka menyanyi, teriak-teriak, suara usia penggalang sudah mulai parau untuk laki-laki.
senang akan sikap heroik, senang perang-perangan.
suka bertanya, kadang agak menguji yang ditanya.
cepat bosan
selalu ingin hal-hal baru
perhatian terpusat pada teman sebaya.
Kiasan Dasar Pramuka Penggalang
Pramuka usia 11 th-15 th disebut Penggalang. Nama Penggalang diambil dari kiasan dasar Gerakan Pramuka yang bersumber pada romatika perjuangan bangsa dalam meraih kemerdekaan dari penjajahan Belanda yaitu "masa menggalang persatuan" yang diwujudkan dalam ikrar sumpah pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
Kelompok kecil Pasukan Penggalang beranggotakan 6 s.d 8 orang disebut regu yang berarti gardu tempat berjaga.
Kumpulan 3 sampai 4 regu disebut Pasukan, berasal dari kata 'pasukuan' yang berarti tempat suku berkumpul atau satu kelompok prajurit. Kiasan kehidupan Pramuka Penggalang adalah menjelajah wilayah baru dengan teman sebaya.
Tanda kecakapan umum tingkat Penggalang berbentuk huruf V, dengan sisi pendek 1,3 cm dan sisi panjang kaki 4,5 cm, dan kedua kaki itu membentuk sudut 1200, berwarna dasar merah. Sisi panjang kaki-kaki hurf V itu lurus. Di dalam kedua kaki huruf V itu terdapat gambar mayang terurai (bertangkai bunga kelapa tiga buah) dan berwarna putih.
Mayang terurai bertangkai tiga buah, menggambarkan bunga yang sudah mulai berkembang, indah dan menarik, mengibaratkan Pramuka Penggalang yang riang, lincah dan bersikap menarik, sebagai calon tunas bangsa yang sedang berkembang, menggladi dirinya dengan jiwa Pramuka yang berlandaskan pada Trisatya.
Mayang terurai yang mekar ke samping, mengibaratkan makin terbukanya pandangan Pramuka Penggalang, dan menerima pengaruh yang baik dari lingkungan sekitarnya.
Tanda Kecakapan Umum (TKU) Pramuka Penggalang Ramu berbentuk huruf V (1) , Penggalang Rakit V (2), Penggalang Terap V (3).
Sifat Karakter Peserta Didik
Berdasarkan usianya, pramuka penggalang adalah masa perkembangan dari masa kanak-kanak menuju ke masa remaja/ pemuda. Di bagian depan telah dituliskan tentang kondisi jiwa Pramuka Penggalang secara umum dan perilakunya. Dari apa yang tertulis dapat disimpulkan bahwa sifat karakter Pramuka Penggalang antara lain sebagai berikut:
Sangat bangga bila mendapat pujian
Gemar berpetualang
Suka berkelompok dengan teman sebaya terutama yang seaspirasi
Bangga apabila diberi tanggungjawab
Bangga diperlakukan/disamakan dengan orang dewasa
Suka usil/mengganggu orang lain
Cepat bosan
Selalu ingin bergerak /tidak mau berdiam lama-lama.
Ingin menjadi yang terbaik
Menyukai hal-hal yang baru
Sifat Kegiatannya
Pendidikan kepramukaan diarahkan pada lima area pengembangan diri peserta didik meliputi area perkembangan spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisik ( sesosif ). Dalam pelaksanaan pendidikannya menggunakan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan .
Salah satu dari metode kepramukaan adalah kegiatan yang menantang dan menarik serta mengandung pendidikan yang sesuai dengan perkembangan rohani dan jasmani peserta didik. Atas dasar tersebut maka kegiatan untuk Pramuka Penggalang harus sesuai dengan kondisi rohani dan jasmaninya serta mampu meningkatkan lima area pengembangan pribadinya yang dikemas secara menarik, menantang dan menyenangkan serta bervariasi.
PERINDUKAN SIAGA
FILOSOFI
Periode anak usia 7 tahun sampai dengan 10 tahun merupakan kehidupan masa kecil yang indah dan menyenangkan. Anak-anak seusia ini memiliki sifat unik dan beragam yang pada dasarnya merupakan pribadi yang aktif dan tidak pernah diam. Mereka senang dengan lingkungan sekitarnya dan pada umumnya sangat kreatif. Pada saat itu orang tua mulai melihat penampilan dan kepribadian putranya yang membuatnya harus memberikan perhatian yang lebih untuk perkembangannya. Orang tua dapat mengarahkan mereka untuk mengurangi sifatnya yang kurang positif melalui sosialisasi dalam kelompok kehidupan sebaya. Kelompok tersebut hendaknya dapat menjamin tidak akan mengekang pribadinya, namun dapat mengendalikan egoismenya, dapat merasa memiliki teman, peduli, dan dapat menampung sifat aktif dan kreatifnya. Dengan kata lain kelompok dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan pribadi anak meliputi area pengembangan spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisik. Hal yang cukup penting adalah anak-anak merasa nyaman di dalam kelompoknya seperti halnya kenyaman dalam kehidupan bahagia di keluarganya.
Di lingkungan Gerakan Pramuka kehidupan anak-anak sesusia ini dikelompokkan dalam kelompok kecil yang disebut Barung dan beberapa barung dihimpun dalam Perindukan Siaga. Dalam perindukan, Pramuka Siaga dibina oleh Pembina Siaga yang memberikan pembinaan secara pribadi.
KIASAN DASAR PRAMUKA SIAGA
Kiasan dasar adalah ungkapan yang digunakan secara simbolik dalam penyelenggaraan pendidikan kepramukaan, dan merupakan salah satu metode untuk mengembangkan imajinasi Siaga, mendorong kreativitas dan keikutsertaannya dalam setiap kegiatan.
Kiasan dasar yang digunakan dalam kelompok Siaga antara lain:
a. Pramuka usia 7 -10 tahun disebut Siaga. Nama Siaga diambil dari kiasan dasar yang bersumber pada romatika perjuangan bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan dari penjajahan Belanda yaitu masa “mensiagakan” rakyat yang merupakan awal dimulainya perjuangan baru yaitu tanggal 20 Mei 1908.
b. Sebutan tingkatan golongan pramuka Siaga terdiri atas:
1) Siaga Mula mengkiaskan tingkatan kecakapan mula-mula (awal) yang dimiliki Siaga.
2) Siaga Bantu mengkiaskan tingkatan kecakapan siaga yang dapat membantu pekerjaan-pekerjaan tertentu,
3) Siaga Tata mengkiaskan tingkat kecakapan Siaga sudah diikut sertakan untuk menata karya kesiagaan. Menata karya artinya menyusun dan mengatur pekerjaan dengan rapih dan bersih.
c. Sebutan “Barung” yang berarti tempat penjaga ramuan bangunan mengkiaskan kelompok kecil Siaga beranggotakan 6 sampai dengan 8 anak.
d. Sebutan “Perindukan” yang berarti tempat anak cucu berkumpul, mengkiaskan kelompok Siaga yang terdiri dari 3 sampai 4 barung.
Pada usia yang terhitung masih muda kehidupan anak seusia Siaga masih berkisar di seputar keluarga, yaitu kehidupan yang ada ayah dan ibu bahkan kadang ada paman dan bibi tinggal bersama keluarga tersebut. Keluarga merupakan pusat aktivitasnya.
Pembinaan Pramuka Siaga dikiaskan sebagai kehidupan “Keluarga Bahagia” dimana terdapat ayah, ibu dan bibi serta paman. Suasana keluarga bahagia digambarkan selalu harmonis, saling mencintai, riang gembira, rukun, saling tolong menolong. Mereka merupakan keluarga yang takwa kepada Tuhan yang Maha Esa, hidup aman dan damai tanpa rasa takut.
Dalam pembinaan Siaga, suasana keluarga bahagia ini dialihkan ke lapangan tempat latihan Siaga di alam terbuka. Di tempat latihan juga ada “ayah” yang dipanggil Yanda, “ibu” yang dipanggil Bunda, “bibi” yang dipanggil Bucik dan paman yang dipanggil Pakcik. Pada golongan Siaga wadah pembinaannya disebut Perindukan Siaga sesuai dengan kiasan dasar bahwa Siaga masih “menginduk” pada keluarganya.
SIFAT DAN KARAKTER PRAMUKA SIAGA
Perkembangan kejiwaan anak usia Siaga perlu dihayati oleh pembinanya melalui pengenalan dan
pemahaman sifat- sifat karakter. Sifat karakter Pramuka Siaga:
a. sifat karakter yang positif antara lain:
1) senang bermain, bergerak dan bekerja;
2) senang meniru, senang menghayal;
3) senang menyanyi, gemar mendengar cerita;
4) senang bertanya, ingin tahu,ingin mencoba;
5) senang pamer,senang disanjung, senang kejutan;
6) spontan, lugu, polos;
7) senang bersenda gurau dan lain-lain.
b. sifat dan karakter yang kurang positif antara lain:
1) labil, emosional,egois;
2) manja, mudah putus asa;
3) sensitif, rawan, mudah kecewa;
4) malu-malu, memerlukan perlindungan dan lain-lain.
Dengan memanfaatkan sifat karakter Siaga baik yang positif maupun yang kurang positif, Pembina mengemas kegiatan latihan di perindukan antara lain dalam bentuk permainan yang penuh gerak, cerita, dongeng, nyanyian dan tari. Bermain adalah dunia Pramuka Siaga. Bermain sebagai proses pendidikan merupakan alat utama pembinaan Siaga, dimana mereka dengan riang gembira, penuh semangat dan penuh kebebasan, giat melibatkan diri dalan kegiatan permainan.
SIFAT KEGIATAN PRAMUKA SIAGA
Pembina mengemas kegiatan latihan dalam bentuk permainan yang menarik dan menyenangkan. Sifat kegiatannya adalah modern, bermanfaat dan setia/taat azas.
a. Moderen yang berarti menantang, kreatif, inovatif, mandiri, sesuai dengan kepentingan/kebutuhan /situasi, kondisi dan menjaman.
b. Bermanfaat berarti bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat lingkungannya.
c. Setia/taat azas berarti dalam pelaksanaan kegiatan selalu berlandaskan pada Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan.
Kegiatan di Perindukan Siaga terdiri atas: latihan mingguan dan kegiatan bersama (permainan besar). Bahan/materi latihan mingguan dan kegiatan bersama mengacu pada materi SKU. Acara latihan mingguan hendaknya didahului dengan upacara pembukaan latihan, dilanjutkan dengan kegiatan yang ramai/riang, kegiatan tenang, diselingi nyanyian/tarian/dongeng/cerita dan diakhiri dengan upacara penutupan latihan.
Kegiatan bersama merupakan kegiatan yang dilaksanakan bersama dengan perindukan-perindukan dari beberapa gugusdepan. Kegiatan tersebut dapat berbentuk perkemahan yang dilaksanakan sehari, yang disebut Persari. Kegiatannya dapat berupa bazaar, karnaval, atau lomba. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa Siaga merasa senang, nyaman, dan aman serta ingin kegiatan tersebut dapat berulang. Bagi pembina wahana ini digunakan untuk mengevaluasi sejauh mana pelaksanaan pendidikan kepramukaan di Perindukan Siaga masing-masing.
Kegiatan adalah alat untuk mencapai tujuan, oleh karena itu harus disusun secara menarik mengandung pendidikan, menantang, progresif dan dibungkus dalam bentuk permainan, cerita khayal atau nyanyian. Pembinaan Siaga sifatnya secara pribadi bukan kelompok (klasikal). Setiap Pembina harus mengetahui sifat dan pribadi masing masing peserta didiknya. Oleh karena itu untuk memudahkan pembinaan, pramuka Siaga dalam satu perindukaan dibagi menjadi kelompok kecil dengan jumlah peserta didik tidak lebih dari 6 – 8 peserta didik.
PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN
MACAM MACAM SANDI
Sandi adalah sebuah kata dalam bahasa sansekerta yang kira-kira artinya adalah rahasia;menyembunyikan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata persandian yang berasal dari kata dasar sandi adalah rahasia atau kode; definisi sinonimnya dalam bahasa Inggris cryptography, yang berarti pengetahuan, studi, atau seni tentang tulisan rahasia. Berikut ini merupakan sandi-sandi yang saya ketahui:
Sandi Morse :
Penemu kode/sandi morse bernama SAMUEL F B MORSE yg berkebangsaan AMERIKA. kode morse disampaikan dng menggunakan: peluit, radio, asap, lampu, telegraf, dan arus listrik unt membedakan titik dan strip digunakan perbandingan 1:3 (1 unt titik dan 3 unt strip). pd thn 1837 penggunaannya masih terbatas yg digunakan dng sistem telegraf dan baru di terima di seluruh dunia pd thn 1851.
Contoh sandi morse:
Sandi Semaphore:
Semaphore adalah suatu cara untuk mengirim dan menerima berita dengan menggunakan bendera, dayung, batang, tangan kosong atau dengan sarung tangan. Informasi yang didapat dibaca melalui posisi bendera atau tangan. Namun kini yang umumnya digunakan adalah bendera, yang dinamakan bendera semaphore. Pengiriman sandi melalui bendera semaphore ini menggunakan dua bendera, yang masing-masing bendera tersebut berukuran 45 cm x 45 cm. Bentuk bendera yang persegi merupakan penggabungan dua buah segitiga sama kaki yang berbeda warna. Warna yang digunakan sebenarnya bisa bermacam-macam, namun yang lazim digunakan adalah warna merah dan kuning, dimana letak warna merah selalu berada dekat tangkai bendera. semaphore biasa diterapkan sebagai salah satu keahlian yang harus dimiliki dalam kegiatan pramuka. Berikut ini merupakan contoh gambar:
Sandi Rumput:
Sandi Rumput adalah sistem representasi huruf, angka, dan tanda baca yang dibuat berdasarkan prinsip kode morse. Berarti kunci utamanya terletak pada sandi morse. Perbedaan antara keduanya hanya terletak pada cara penulisan, dimana titik dan garis pada kode morse diganti dengan rumput kecil dan rumput besar.
Berikut ini merupakan contoh gambar:
Sandi Abjad:
Sandi Abjad adalah sandi yang hurufnya dibaca dari arah belakang/terbalik.
Contoh:
Kunci = A-Z
CONTOH : KIZNFPZ RMWLMVHRZ
ARTINYA : PRAMUKA INDONESIA
Sandi Baca Silang
Sandi Balik
Sandi Lingkaran
Sandi Jam
Sandi Kompas
Sandi Gambar
Sandi Tanggal
Sandi Baca I (Satu)
Sandi Kembang
Sandi Kimia
Sandi Sisipan
Sandi Datar
Sandi Ular
Sandi Barang
Sandi Cina
PERALATAN KEMAH
Dan perlengkapan tersebut adalah :
1. Ransel, gunakan ransel yang ringan dan anti air.
2. Pakaian perjalanan; bawalah pakaian dengan bahan yang kuat dan mempunyai banyak kantong.
3. Pakaian tidur; selain training pack, bawa juga sarung untuk penahan dingin dan sholat, bagi yang beragama islam.
4. Jaket tebal, dari bahan nilon berlapis kain dan berponco.
5. Kantung tidur (sleeping bag) dan alas tidur (matras).
6. Pakaian cadangan; masukan dalam plastic.
7. Peralatan makan; piring, sendok, garpu, gelas/mug, tempat air.
8. Peralatan mandi; gayung, sabun, sikat gigi, pasta gigi, sandal, handuk.
9. Peralatan masak; misting, kompor spiritus, kompor paraffin.
10. Sepatu; gunakan sepatu yang menutupi mata kaki.
11. Kaos kaki; membawa cadangan kaos kaki dan simpan dalam plastic.
12. Sarung tangan; untuk pelindung dan penahan dingin.
13. Topi.
14. Senter; selain utnuk penerangan, berguna juga untuk memberi isyarat.
15. Peluit; berguna untuk berkomunikasi.
16. Korek api; baik itu korek api gas atau korek api kayu dan simpan dalam tabung bekas film agar aman.
17. Ponco; berguna untuk jas hujan, tenda darurat, alat tidur dan lain-lain. Jika tidak ada ponco, bawalah plastic tebal selebar taplak meja.
18. Obat-obatan pribadi.
Kalo kamu berkemah, ya tentu saja harus bawa tenda dan sebelum berangkat tenda diperiksa dahulu apakah masih bagus atau sudah banyak dengan lubang/ robek. Berapa kebutuhan tali dan pasak serta tongkat/ bambo untuk mendirikan tenda. Jika Kotor tenda harus dicuci dahulu, agar dapat ditempati dengan nyaman dan sehat. Sebelum berangkat, perlengkapan/ barang di cek, jangan ada yang teringgal.
Dalam berkemah harus tahu tujuan, kebutuhan, kondisi dan situasi saat ini. Waktu lama berkemah, dan lokasi tujuan ikut menentukan barang apa saja yang harus dibawa, jadi sebaiknya disesuaikan, tidal semua barang harus dibawa, nanti malah dikira orang mau pindahan rumah ?
PERATURAN BARIS BERBARIS (PBB) 1
Peraturan Baris Berbaris yang digunakan di lingkungan Pramuka ada dua macam yakni Baris berbaris menggunakan tongkat dan tanpa tongkat. Untuk baris berbaris menggunakan tongkat memiliki tata cara tersendiri di lingkungan Pramuka. Adapun baris berbaris tanpa menggunakan tongkat mengikuti tata cara yang telah diatur dalam Peraturan Baris Berbaris milik TNI/POLRI .
Apa itu Baris Berbaris ?
Baris Berbaris
Pengertian
Baris berbaris adalah suatu ujud latuhan fisik, yang diperlukan guna menanamkan kebiasaan dalam tata cara kehidupan yang diarahkan kepada terbentuknya suatu perwatakan tertentu.
Maksud dan tujuan
1)Guna menumbuhkan sikap jasmani yang tegap tangkas, rasa disiplin dan rasa tanggung jawab.
2)Yang dimaksud dengan menumbuhkan sikap jasmani yang tegap tangkas adalah mengarahkan pertumbuhan tubuh yang diperlukan oleh tugas pokok, sehingga secara jasmani dapat menjalankan tugas pokok tersebut dengan sempurna.
3)Yang dimaksud rasa persatuan adalah adanya rasa senasib sepenanggungan serta ikatan yang sangat diperlukan dalam menjalankan tugas.
4)Yang dimaksud rasa disiplin adalah mengutamakan kepentingan tugas di atas kepentingan pribadi yang pada hakikatnya tidak lain daripada keikhlasan penyisihan pilihan hati sendiri.
5)Yang dimaksud rasa tanggung jawab adalah keberanian untuk bertindak yang mengandung resiko terhadap dirinya, tetapi menguntungkan tugas atau sebaliknya tidak mudah melakukan tindakan-tindakan yang akan dapat merugikan.
Aba-aba
Pengertian
Aba-aba adalah suatu perintah yang diberikan oleh seseorang Pemimpin kepada yang dipimpin untuk dilaksanakannya pada waktunya secara serentak atau berturut-turut.
Macam aba-aba
Ada tiga macam aba-aba yaitu :
1) Aba-aba petunjuk
2) Aba-aba peringatan
3) Aba-aba pelaksanaan
1. Aba-aba petunjuk dipergunakan hanya jika perlu untuk menegaskan maksud daripada aba-aba peringatan/pelaksanaan.
Contoh:
a) Kepada Pemimpin Upacara-Hormat - GERAK
b) Untuk amanat-istirahat di tempat - GERAK
2. Aba-aba peringatan adalah inti perintah yang cukup jelas, untuk dapat dilaksanakan tanpa ragu-ragu.
Contoh:
a) Lencang kanan – GERAK (bukan lancang kanan)
b) Istirahat di tempat - GERAK (bukan ditempat istirahat)
3. Aba-aba pelaksanaan adalah ketegasan mengenai saat untuk melaksanakan aba-aba pelaksanan yang dipakai ialah:
a) GERAK
b) JALAN
c) MULAI
GERAK : adalah untuk gerakan-gerakan kaki yang dilakukan tanpa meninggalkan tempat dan gerakan-gerakan yang memakai anggota tubuh lain.
Contoh:
-jalan ditempat -GERAK
-siap -GERAK
-hadap kanan -GERAK
-lencang kanan -GERAK
JALAN: adalah utuk gerakan-gerakan kaki yang dilakukan dengan meninggalkan tempat.
Contoh:
-haluan kanan/kiri - JALAN
-dua langkah ke depan - JALAN
-satu langkah ke belakang - JALAN
Catatan:
Apabila gerakan meninggalkan tempat itu tidak dibatasi jaraknya, maka aba-aba harus didahului dengan aba-aba peringatan –MAJU
Contoh:
-maju - JALAN
-haluan kanan/kiri - JALAN
-hadap kanan/kiri maju - JALAN
-melintang kanan/kiri maju - JALAN
Tentang istilah: “maju”
Pada dasarnya digunakan sebagai aba-aba peringatan terhadap pasukan dalam keadaan berhenti.
Pasukan yang sedang bergerak maju, bilamana harus berhenti dapat diberikan aba-aba HENTI.
Misalnya:
Ada aba-aba hadap kanan/kiri maju - JALAN karena dapat pula diberikan aba-aba : hadap kanan/kiri henti GERAK.
Ada aba-aba hadap kanan/kiri maju-JALAN karena dapat pula diberikan aba-aba : hadap kanan/kiri henti GERAK.
Balik kanan maju/JALAN, karena dapat pula diberikan aba-aba : balik kanan henti-GERAK.
Tidak dapat diberikan aba-aba langkah tegap maju JALAN, aba-aba belok kanan/kiri maju-JALAN terhadap pasukan yang sedang berjalan dengan langkah biasa, karena tidak dapat diberikan aba-aba langkah henti-GERAK, belok kanan/kiri-GERAK.
Tentang aba-aba : “henti”
Pada dasarnya aba-aba peringatan henti digunakan untuk menghentikan pasukan yang sedang bergerak, namun tidak selamanya aba-aba peringatan henti ini harus diucapkan.
Contoh:
Empat langkah ke depan –JALAN, bukan barisan – jalan. Setelah selesai pelaksanaan dari maksud aba-aba peringatan, pasukan wajib berhenti tanpa aba-aba berhenti.
MULAI : adalah untuk dipakai pada pelaksanaan perintah yang harus dikerjakan berturut-turut.
Contoh: - hitung -MULAI
-tiga bersaf kumpul -MULAI
4. Cara memberi aba-aba
a) Waktu memberi aba-aba, pemberi aba-aba harus berdiri dalam sikap sempurna dan menghadap pasukan, terkecuali dalam keadaan yang tidak mengijinkan untuk melakukan itu.
b) Apabila aba-aba itu berlaku juga untuk si pemberi aba-aba, maka pemberi aba-aba terikat pada tempat yang telah ditentukan untuknya dan tidak menghadap pasukan.
Contoh: Kepada Pembina Upacara – hormat – GERAK
Pelaksanaanya :
Pada waktu memberikan aba-aba mengahdap ke arah yang diberi hormat sambil melakukan gerakan penghormatan bersama-sama dengan pasukan.
Setelah penghormatan selesai dijawab/dibalas oleh yang menerima penghormatan, maka dalm keadaan sikap sedang memberi hormat si pemberi aba-aba memberikan aba-aba tegak : GERAK dan kembali ke sikap sempurna.
c) Pada taraf permulaan aba-aba yang ditunjukan kepada pasukan yang sedang berjalan/berlari, aba-aba pelaksanaan gerakannya ditambah 1 (satu) langkah pada waktu berjala, pada waktu berlari ditambah 3 (tiga) langkah.
Pada taraf lanjutan, aba-aba pelaksanaan dijatuhkan pada kaki kanan ditambah 2 (dua) langkah untuk berjalan / 4 (empat) langkah untuk berlari.
d) Aba-aba diucapkan dengan suara nyaring-tegas dan bersemangat.
e) Aba-aba petunjuk dan peringatan pada waktu pengucapan hendaknya diberi antara.
f) Aba-aba pelaksanaan pada waktu pengucapan hendaknya dihentakkan.
g) Antara aba-aba peringatan dan pelaksanaan hendaknya diperpanjang disesuaikan dengan besar kecilnya pasukan.
h) Bila pada suatu bagian aba-aba diperlukan pembetulan maka dilakukan perintah ULANG !
Contoh: Lencang kanan = Ulangi – siap GERAK
Sumber/ Referensi :
1. Pedoman Penyelenggaraan Paskibraka - Depdiknas.
2. Peraturan Baris Berbaris - Pusdiklat TNI-AD
SURVIVAL
Arti survival sendiri terdapat berbagai macam versi, yang akan kita bahas di sini hanyalah menurut versi pencinta alam
S : Sadar dalam keadaan gawat darurat
U : Usahakan untuk tetap tenang dan tabah
R : Rasa takut dan putus asa hilangkan
V : Vitalitas tingkatkan
I : Ingin tetap hidup dan selamat itu tujuannya
V : Variasi alam bisa dimanfaatkan
A : Asal mengerti, berlatih dan tahu caranya
L : Lancar, slaman, slumun, slamet
Jika anda tersesat atau mengalami musibah, ingat-ingatlah arti survival ini, agar dapat membantu anda keluar dari kesulitan. Dan yang perlu ditekankan jika anda tersesat yaitu istilah "STOP" yang artinya :
S : Stop & seating / berhenti dan duduklah
T : Thingking / berpikirlah
O : Observe / amati keadaan sekitar
P : Planning / buat rencana mengenai tindakan yang harus dilakukan
Mengapa Ada Survival
Timbulnya kebutuhan survival karena adanya usaha manusia untuk keluar dari kesulitan yang dihadapi.
Kesulitan-kesulitan tsb antara lain :
• Keadaan alam (cuaca dan medan)
• Keadaan mahluk hidup disekitar kita (binatang dan tumbuhan)
• Keadaan diri sendiri (mental, fisik, dan kesehatan)
Banyaknya kesulitan-kesulitan biasanya timbul akibat
kesalahan-kesalahan kita sendiri.
Kebutuhan survival
Yang harus dipunyai oleh seorang survivor
1. Sikap mental
- Semangat untuk tetap hidup
- Kepercayaan diri
- Akal sehat
- Disiplin dan rencana matang
- Kemampuan belajar dari pengalaman
2. Pengetahuan
- Cara membuat bivak
- Cara memperoleh air
- Cara mendapatkan makanan
- Cara membuat api
- Pengetahuan orientasi medan
- Cara mengatasi gangguan binatang
- Cara mencari pertolongan
3. Pengalaman dan latihan
- Latihan mengidentifikasikan tanaman
- Latihan membuat trap, dll
4. Peralatan
- Kotak survival
- Pisau jungle , dll
5. Kemauan belajar
Langkah yang harus ditempuh bila
saudara atau kelompok anda tersesat :
• Mengkoordinasi anggota
• Melakukan pertolongan pertama
• Melihat kemampuan anggota
• Mengadakan orientasi medan
• Mengadakan penjatahan makanan
• Membuat rencana dan pembagian tugas
• Berusaha menyambung komunikasi dengan dunia kuar
• Membuat jejak dan perhatian
• Mendapatkan pertolongan
Bahaya-bahaya dalam survival
Banyak sekali bahaya dalam survival yang akan kita hadapi, antara lain :
1. Ketegangan dan panik
Pencegahan :
- Sering berlatih
- Berpikir positif dan optimis
- Persiapan fisik dan mental
2. Matahari / panas
- Kelelahan panas
- Kejang panas
- Sengatan panas
Keadaan yang menambah parahnya keadaan panas :
- Penyakit akut/kronis
- Baru sembuh dari penyakit
- Demam
- Baru memperoleh vaksinasi
- Kurang tidur
- Kelelahan
- Terlalu gemuk
- Penyakit kulit yang merata
- Pernah mengalami sengatan udara panas
- Minum alkohol
- Dehidrasi
Pencegahan keadaan panas :
- Aklimitasi
- Persedian air
- Mengurangi aktivitas
- Garam dapur
- Pakaian :
- Longgar
- Lengan panjang
- Celana pendek
- Kaos oblong
3. Serangan penyakit
- Demam
- Disentri
- Typus
- Malaria
4. Kemerosotan mental
Gejala : Lemah, lesu, kurang dapat berpikir dengan baik, histeris
Penyebab : Kejiwaan dan fisik lemah
Keadaan lingkungan mencekam
Pencegahan : Usahakan tenang
Banyak berlatih
5. Bahaya binatang beracun dan berbisa
Keracunan
Gejala : Pusing dan muntah, nyeri dan kejang perut, kadang-kadang
mencret, kejang-kejang seluruh badan, bisa pingsan.
Penyebab : Makanan dan minuman beracun
Pencegahan : Air garam di minum
Minum air sabun mandi panas
Minum teh pekat
Di tohok anak tekaknya
6. Keletihan amat sangat
Pencegahan : Makan makanan berkalori
Membatasi kegiatan
7. Kelaparan
8. Lecet
9. Kedinginan
Untuk penurunan suhu tubuh < 30Æ’ C bisa menyebabkan Kematian
Membuat Bivak (Shelter)
Tujuan : untuk melindungi dari angin, panas, hujan, dingin
Jenis-jenis Shelter :
a. Shelter asli alam
Gua : Bukan tempat persembunyian binatang
Tidak ada gas beracun
Tidak mudah longsor
b. Shelter buatan dari alam
c. Shelter buatan
Syarat Shelter :
Hindari daerah aliran air
Di atas shelter tidak ada dahan pohon mati/rapuh
Bukan sarang nyamuk/serangga
Bahan kuat
Jangan terlalu merusak alam sekitar
Terlindung langsung dari angin
Mengatasi Gangguan Binatang
a. Nyamuk
• Obat nyamuk, autan, dll
• Bunga kluwih dibakar
• Gombal dan minyak tanah dibakar kemudian dimatikan sehingga asapnya bisa mengusir nyamuk
• Gosokkan sedikit garam pada bekas gigitan nyamuk
b. Laron
• Mengusir laron yang terlalu banyak dengan cabe yang digantungkan
c. Lebah
Apabila disengat lebah :
• Oleskan air bawang merah pada luka berkali-kali
• Tempelkan tanah basah/liat di atas luka
• Jangan dipijit-pijit
• Tempelkan pecahan genting panas di atas luka
d. Lintah
Apabila digigit lintah :
• Teteskan air tembakau pada lintahnya
• Taburkan garam di atas lintahnya
• Teteskan sari jeruk mentah pada lintahnya
• Taburkan abu rokok di atas lintahnya
e. Semut
• Gosokkan obat gosok pada luka gigitan
• Letakkan cabe merah pada jalan semut
• Letakkan sobekan daun sirih pada jalan semut
f. Kalajengking dan lipan
• Pijatlah daerah sekitar luka sampai racun keluar
• Ikatlah tubuh di sebelah pangkal yang digigit
• Tempelkan asam yang dilumatkan di atas luka
• Bobokkan serbuk lada dan minyak goreng pada luka
• Taburkan garam di sekeliling bivak untuk pencegahan
Membaca Jejak
Jenis :
• Jejak buatan : dibuat oleh manusia
• Jejak alami : tanda jejak sebagai tanda keadaan lingkungan
Jejak alami biasanya menyatakan tentang :
• Jenis binatang yang lewat
• Arah gerak binatang
• Besar kecilnya binatang
• Cepat lambatnya gerak binatang
Membaca jejak alami dapat diketahui dari :
• Kotoran yang tersisa
• Pohon atau ranting yang patah
• Lumpur atau tanah yang tercecer di atas rumput
Air
Seseorang dalam keadaan normal dan sehat dapat bertahan sekitar 20 ñ 30 hari tanpa makan, tapi orang tsb hanya dapat bertahan hidup 3 - 5 hari saja tanpa air.
Air yang tidak perlu dimurnikan :
1. Hujan
Tampung dengan ponco atau-daun yang lebar dan alirkan ke tempat penampungan
2. Dari tanaman rambat/rotan
Potong setinggi mungkin lalu potong pada bagian dekat tanah, air yang menetes dapat langsung ditampung atau diteteskan ke dalam mulut
3. Dari tanaman
Air yang terdapat pada bunga (kantung semar) dan lumut
Air yang harus dimurnikan terlebih dahulu :
1. Air sungai besar
2. Air sungai tergenang
3. Air yang didapatkan dengan menggali pasir di pantai (+ 5 meter dari batas pasang surut)
4. Air di daerah sungai yang kering, caranya dengan menggali lubang di bawah batuan
5. Air dari batang pisang, caranya tebang batang pohon pisang, sehingga yang tersisa tinggal bawahnya lalu buat lubang maka air akan keluar, biasanya dapat keluar sampai 3 kali pengambilan
Makanan
Patokan memilih makanan :
• Makanan yang di makan kera juga bisa di makan manusia
• Hati-hatilah pada tanaman dan buah yang berwarna mencolok
• Hindari makanan yang mengeluarakan getah putih, seperti sabun kecuali sawo
• Tanaman yang akan dimakan di coba dulu dioleskan pada tangan-lengan-bibir-lidah, tunggu sesaat. Apabila aman bisa dimakan
• Hindari makanan yang terlalu pahit atau asam
Hubungan air dan makanan
• Untuk air yang mengandung karbohidrat memerlukan air yang sedikit
• Makanan ringan yang dikemas akan mempercepat kehausan
• Makanan yang mengandung protein butuh air yang banyak
Tumbuhan yang dapat dimakan
Dari batangnya :
• Batang pohon pisang (putihnya)
• Bambu yang masih muda (rebung)
• Pakis dalamnya berwarna putih
• Sagu dalamnya berwarna putih
• Tebu
Dari daunnya :
• Selada air
• Rasamala (yang masih muda)
• Daun mlinjo
• Singkong
Akar dan umbinya : Ubi jalar, talas, singkong
Buahnya : Arbei, asam jawa, juwet
Tumbuhan yang dapat dimakan seluruhnya : Jamur merang, jamur kayu
Ciri-ciri jamur beracun :
• Mempunyai warna mencolok
• Baunya tidak sedap
• Bila dimasukkan ke dalam nasi, nasinya menjadi kuning
• Sendok menjadi hitam bila dimasukkan ke dalam masakan
• Bila diraba mudah hancur
• Punya cawan/bentuk mangkok pada bagian pokok batangnya
• Tumbuh dari kotoran hewan
• Mengeluarkan getah putih
Binatang yang bisa dimakan
• Belalang, Jangkrik
• Tempayak putih (gendon)
• Cacing
• Jenis burung
• Laron
• Lebah , larva, madu
• Siput
• Kadal : bagian belakang dan ekor
• Katak hijau
• Ular : 1/3 bagian tubuh tengahnya
• Binatang besar lainnya
Binatang yang tidak bisa dimakan
• Mengandung bisa : lipan dan kalajengking
• Mengandung racun : penyu laut
• Mengandung bau yang khas : sigung
Survival kit
Ialah perlengkapan untuk survival yang harus dibawa dalam perjalanan :
• Perlengkapan memancing
• Pisau
• Tali kecil
• Senter
• Cermin suryakanta, cermin kecil
• Peluit
• Korek api yang disimpan dalam tempat kedap air
• Tablet garam, norit
• Obat-obatan pribadi
• Jarum + benang + peniti
• dll
PIONERING
Dalam tali temali kita sering mencampuradukkan antara tali, simpul dan ikatan. Hal ini sebenarnya berbeda sama sekali. Tali adalah bendanya. Simpul adalah hubungan antara tali dengan tali. Ikatan adalah hubungan antara tali dengan benda lainnya, misal kayu, balok, bambu dan sebagainya.
Macam simpul dan kegunaannya
Simpul ujung tali Gunanya agar tali pintalan pada ujung tali tidak mudah lepas
Simpul mati Gunanya untuk menyambung 2 utas tali yang sama besar dan tidak licin
Simpul anyam Gunanya untuk menyambung 2 utas tali yang tidak sama besarnya dan dalam keadaan kering
Simpul anyam berganda Gunanya untuk menyambung 2 utas tali yang tidak sama besarnya dan dalam keadaan basah
Simpul erat Gunanya untuk memendekkan tali tanpa pemotongan
Simpul kembar Gunanya untuk menyambung 2 utas tali yang sama besarnya dan dalam keadaan licin
Simpul kursi Gunanya untuk mengangkat atau menurunkan benda atau orang pingsan
Simpul penarik Gunanya untuk menarik benda yang cukup besar
Simpul laso
Untuk gambar macam-macam simpul dapat dilihat di bawah ini
Macam Ikatan dan Kegunaannya
-Ikatan pangkal Gunanya untuk mengikatkan tali pada kayu atau tiang, akan tetapi ikatan pangkal ini dapat juga digunakan untuk memulai suatu ikatan.
-Ikatan tiang Gunanya untuk mengikat sesuatu sehingga yang diikat masih dapat bergerak leluasa misalnya untuk mengikat leher binatang supaya tidak tercekik.
-Ikatan jangkar Gunanya untuk mengikat jangkar atau benda lainnya yang berbentuk ring.
-Ikatan tambat Gunanya untuk menambatkan tali pada sesuatu tiang/kayu dengan erat, akan tetapi mudah untuk melepaskannya kembali. Ikatan tambat ini juga dipergunakan untuk menyeret balik dan bahkan ada juga dipergunakan untuk memulai suatu ikatan.
-Ikatan tarik Gunanya untuk menambatkan tali pengikat binatang pada suatu tiang, kemudian mudah untuk membukanya kembali. Dapat juga untuk turun ke jurang atau pohon.
-Ikatan turki Gunanya untuk mengikat sapu lidi setangan leher
-Ikatan palang
-Ikatan canggah
-Ikatan silang
-Ikatan khaki tiga
Untuk gambar macam-macam ikatan dapat dilihat di bawah ini.
DASAR DASAR NAVIGASI
PENDAHULUAN
Navigasi adalah pengetahuan untuk mengetahui keadaan medan yang akan dihadapi, posisi kita di alam bebas dan menentukan arah serta tujuan perjalanan di alam bebas.
Pengetahuan tentang navigasi darat ini meliputi
1. Pembacaan peta
2. Penggunaan kompas
3. Penggunaan tanda-tanda alam yang membantu kita dalam menentukan arah
Pengetahuan tentang navigasi darat ini merupakan bekal yang sangat penting bagi kita untuk bergaul dengan alam bebas dari padang ilalang, gunung hingga rimba belantara. Untuk itu memerlukan alat-alat seperti
1. Peta topografi
2. Penggaris
3. Kompas
4. Konektor
5. Busur derajat
6. Altimeter
7. Pensil
PETA TOPOGRAFI
Peta adalah gambaran dari permukaan bumi yang diperkecil dengan skala tertentu sesuai dengan kebutuhan. Peta digambarkan di atas bidang datar dengan sistem proyeksi tertentu. Peta yang digunakan untuk kegiatan alam bebas adalah Pete Topografi.
Peta topografi adalah suatu representasi di atas bidang datar tentang seluruh atau sebagian permukaan bumi yang terlihat dari atas dare diperkecil dengan perbandingan ukuran tertentu. Peta topografi menggambarkan secara proyeksi dari sebagian fisik bumi, sehingga dengan peta ini bisa diperkirakan bentuk permukaan bumi. Bentuk relief bumi pada peta topografi digambarkan dalam bentuk Garis-Garis Kontur.
Dalam menggunakan peta topografi harus diperhatikan kelengkapan petanya, yaitu:
1. Judul Peta
Adalah identitas yang tergambar pada peta, ditulis nama daerah atau identitas lain yang menonjol.
2. Keterangan Pembuatan
Merupakan informasi mengenai pembuatan dan instansi pembuat. Dicantumkan di bagian kiri bawah dari peta.
3. Nomor Peta (Indeks Peta)
Adalah angka yang menunjukkan nomor peta. Dicantumkan di bagian kanan atas.
4. Pembagian Lembar Peta
Adalah penjelasan nomor-nomor peta lain yang tergambar di sekitar peta yang digunakan, bertujuan untuk memudahkan penggolongan peta bila memerlukan interpretasi suatu daerah yang lebih luas.
5. Sistem Koordinat
Adalah perpotongan antara dua garis sumbu koordinat.
Macam koordinat adalah:
a. Koordinat Geografis
Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (BB dan BT), yang berpotongan dengan garis lintang (LU dan LS) atau koordinat yang penyebutannya menggunakan garis lintang dan bujur. Koordinatnya menggunakan derajat, menit dan detik. Misal Co 120° 32' 12" BT 5° 17' 14" LS.
b. Koordinat GriT
Perpotongan antara sumbu absis (x) dengan ordinal (y) pada koordinat grid. Kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak (meter), sebelah selatan ke utara dan barat ke timur dari titik acuan.
c. Koordinat Lokal
Untuk memudahkan membaca koordinat pada peta yang tidak ada gridnya, dapat dibuat garis-garis faring seperti grid pada peta.
Skala bilangan dari sistem koordinat geografis dan grid terletak pada tepi peta. Kedua sistern koordinat ini adalah sistem yang berlaku secara internasional. Namun dalam pembacaan sering membingungkan, karenanya pembacaan koordinat dibuat sederhana atau tidak dibaca seluruhnya.
Misal: 72100 mE dibaca 21, 9° 9700 mN dibaca 97, dan lain-lain.
6. Skala Peta
Adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak horisontal sebenarnya di medan atau lapangan. Rumus jarak datar dipeta dapat di tuliskan
JARAK DI PETA x SKALA = JARAK DI MEDAN
Penulisan skala peta biasanya ditulis dengan angka non garis (grafis).
Misalnya Skala 1:25.000, berarti 1 cm di peta sama dengan 25 m di medan yang sebenarnya.
7. Orientasi Arah Utara
Pada peta topografi terdapat tiga arah utara yang harus diperhatikan sebelum menggunakan peta dan kompas, karena tiga arah utara tersebut tidak berada pada satu garis.
Tiga arah utara tersebut adalah:
a. Utara Sebenarnya (True North/US/TN) diberi simbol * (bintang), yaitu utara yang melalui Kutub Utara di Selatan Bumi.
b. Utara Peta (Grid Nortb/UP/GN) diberi simbol GN, yaitu Utara yang sejajar dengan garis jala vertikal atau sumbu Y. Hanya ada di peta.
c. Utara Magnetis (Magnetic North/UM) diberi simbol T (anak pariah separuh), yaitu Utara yang ditunjukkan oleh jarum kompas. Utara magnetis selalu mengalami perubahan tiap tahunnya (ke Barat atau ke Timur) dikarenakan oleh pengaruh rotasi bumi. Hanya ada di medan.
Karena ketiga arah utara tersebut tidak berada pada satu garis, maka akan terjadi penyimpangan-penyimpangan sudut, antara lain:
a. Penyimpangan sudut antara US - UP balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Peta (IP) atau Konvergensi Merimion. Yang menjadi patokan adalah Utara Sebenarnya (US).
b. Penyimpangan sudut antara US - UM balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Magnetis (IM) atau Deklinasi. Yanmg menjadi patokan adalah l Utara sebenarnya ((IS).
c. Penyirnpangan sudut antara UP - UM balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Utara Peta-Utara Magnetis atau Deviasi. Yang menjadi patokan adalah Utara Pela f71').
Dengan diagram sudut digambarkan
US UP UM
TRUE NORTH MAGNETIS NORTH
8. Garis Kontur atau Garis Ketinggian
Garis kontur adalah gambaran bentuk permukaan bumi pada peta topografi.
Sifat-sifat garis kontur, yaitu'.
a. Garis kontur merupakan kurva tertutup sejajar yang tidak akan memotong satu sama lain dan tidak akan bercabang.
b. Garis kontur yang di dalam selalu lebih tinggi dari yang di luar.
c. Interval kontur selalu merupakan kelipatan yang sama
d. Indek kontur dinyatakan dengan garis tebal.
e. Semakin rapat jarak antara garis kontur, berarti semakin terjal Jika garis kontur bergerigi (seperti sisir) maka kemiringannya hampir atau sama dengan 90°.
f. Pelana (sadel) terletak antara dua garis kontur yang sama tingginya tetapi terpisah satu sama lain. Pelana yang terdapat diantara dua gunung besar dinamakan PASS.
9. Titik Triangulasi
Selain dari garis-garis kontur dapat pula diketahui tinggi suatu tempat dengan pertolongan titik ketinggian, yang dinamakan titik triangulasi Titik Triangulasi adalah suatu titik atau benda yang merupakan pilar atau tonggak yang menyatakan tinggi mutlak suatu tempat dari permukaan laut. Macam-macam titik triangulasi
a. Titik Primer, I'. 14 , titik ketinggian gol.l, No. 14, tinggi 3120 mdpl. 3120
b. Titik Sekunder, S.45 , titik ketinggian gol.II, No.45, tinggi 2340 rndpl. 2340
c. Titik Tersier, 7: 15 , titik ketinggian gol.III No. 15, tinggi 975 mdpl 975
d. Titik Kuarter, Q.20 , titik ketinggian gol.IV, No.20, tinggi 875 mdpl. 875
e. Titik Antara, TP.23 , titik ketinggian Antara, No.23, tinggi 670 mdpl. 670
f. Titik Kedaster, K.131 , titik ketinggian Kedaster, No.l 31, tg 1202 mdpl. 7202
g. Titik Kedaster Kuarter, K.Q 1212, titik ketinggian Kedaster Kuarter, No. 1212, tinggi 1993 mdpl. 1993
10. Legenda Peta
Adalah informasi tambahan untuk memudahkan interpretasi peta, berupa unsur yang dibuat oleh manusia maupun oleh alam. Legenda peta yang penting
untuk dipahami antara lain:
a. Titik ketinggian
b. Jalan setapak
c. Garis batas wilayah
d. Jalan raya
e. Pemukiman
f. Air
g. Kuburan
h. Dan Lain-Lain
MEMAHAMI PETA TOPOGRAFI
A. MEMBACA GARIS KONTUR
1. Punggungan Gunung
Punggungan gunung merupakan rangkaian garis kontur berbentuk huruf U, dimana Ujung dari huruf U menunjukkan ternpat atau daerah yang lebih pendek dari kontur di atasnya.
2. Lembah atau Sungai
Lembah atau sungai merupakan rangkaian garis kontur yang berbentuk n (huruf V terbalik) dengan Ujung yang tajam.
3. Daerah landai datar dan terjal curam
Daerah datar/landai garis kontumya jarang jarang, sedangkan daerah terjal/curam garis konturnya rapat.
B. MENGHITUNG HARGA INTERVAL KONTUR
Pada peta skala 1 : 50.000 dicantumkan interval konturnya 25 meter. Untuk mencari interval kontur berlaku rumus 1/2000 x skala peta. Tapi rumus ini tidak berlaku untuk semua peta, pada peta GUNUNG MERAPI/1408-244/JICA TOKYO-1977/1:25.000, tertera dalam legenda peta interval konturnya 10 meter sehingga berlaku rumus 1/2500 x skala peta. Jadi untuk penentuan interval kontur belum ada rumus yang baku, namun dapat dicari dengan:
1. Carl dua titik ketinggian yang berbeda atau berdekatan. Misal titik A dan B.
2. Hitung selisih ketinggiannya (antara A dan B).
3. Hitung jumlah kontur antara A dan B.
4. Bagilah selisih ketinggian antara A - B dengan jumlah kontur antara A - B, hasilnya adalah Interval Kontur.
C. UTARA PETA
Setiap kali menghadapi peta topografi, pertama-tama carilah arah utara peta tersebut. Selanjutnya lihat Judul Peta (judul peta selalu berada pada bagian utara, bagian atas dari peta). Atau lihat tulisan nama gunung atau desa di kolom peta, utara peta adalah bagian atas dari tulisan tersebut.
D. MENGENAL TANDA MEDAN
Selain tanda pengenal yang terdapat pada legenda peta, untuk keperluan
orientasi harus juga digunakan bentuk-bentuk bentang alam yang mencolok di lapangan dan mudah dikenal di peta, disebut Tanda Medan. Beberapa tanda medan yang dapat dibaca pada peta sebelum berangkat ke lapangan, yaitu:
1. Lembah antara dua puncak
2. Lembah yang curam
3. Persimpangan jalan atau Ujung desa
4. Perpotongan sungai dengan jalan setapak
5. Percabangan dan kelokan sungai, air terjun, dan lain-lain.
Untuk daerah yang datar dapat digunakan-.
1. Persimpangan jalan
2. Percabangan sungai, jembatan, dan lain-lain.
E. MENGGUNAKAN PETA
Pada perencanaan perjalanan dengan menggunakan peta topografi, sudah
tentu titik awal dan titik akhir akan diplot di peta. Sebelurn berjalan catatlah:
1. Koordinat titik awal (A)
2. Koordinat titik tujuan (B)
3. Sudut peta antara A - B
4. Tanda medan apa saja yang akan dijumpai sepanjang lintasan A - B
5. Berapa panjang lintasan antara A - B dan berapa kira-kira waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan lintasan A -B.
Yang perlu diperhatikan dalam melakukan suatu operasi adalah
+ Kita harus tahu titik awal keberangkatan kita, balk di medan maupun di peta.
+ Gunakan tanda medan yang jelas balk di medan dan di peta.
+ Gunakan kompas untuk melihat arah perjalanan kita, apakah sudah sesuai dengan tanda medan yang kita gunakan sebagai patokan, atau belum.
+ Perkirakan berapa jarak lintasan. Misal medan datar 5 krn ditempuh selama 60 menit dan medan mendaki ditempuh selama 10 menit.
+ Lakukan orientasi dan resection, bila keadaannya memungkinkan.
+ Perhatikan dan selalu waspada terhadap adanya perubahan kondisi medan dan perubahan arah perjalanan. Misalnya dari pnggungan curam menjadi punggungan landai, berpindah punggungan, menyeberangi sungai, ujung lembah dan lain-lainnya.
+ Panjang lintasan sebenarnya dapat dibuat dengan cara, pada peta dibuat lintasan dengan jalan membuat garis (skala vertikal dan horisontal) yang disesuaikan dengan skala peta. Gambar garis lintasan tersebut (pada peta) memperlihatkan kemiringan lintasan juga penampang dan bentuk peta. Panjang lintasan diukur dengan mengalikannya dengan skala peta, maka akan didapatkan panjang lintasan sebenarnya.
F. MEMAHAMI CARA PLOTTING DI PETA
Plotting adalah menggambar atau membuat titik, membuat garis dan tandatanda tertentu di peta. Plotting berguna bagi kita dalam membaca peta. Misalnya Tim Bum berada pada koordinat titik A (3986 : 6360) + 1400 m dpl. SMC memerintahkan Tim Buni agar menuju koordinat titik T (4020 : 6268) + 1301 mdpl. Maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :
a. Plotting koordinat T di peta dengan menggunakan konektor. Pembacaan dimuali dari sumbu X dulu, kemudian sumbu Y, didapat (X:Y).
b. Plotting sudut peta dari A ke T, dengan cara tank garis dari A ke T, kemudian dengan busur derajat/kompas orientasi ukur besar sudut A - T dari titik A ke arah garis AT. Pembacaan sudut menggunakan Sistem Azimuth (0" -360°) searah putaran jarum Jain. Sudut ini berguna untuk mengorientasi arah dari A ke T.
c. Interprestasi peta untuk menentukan lintasan yang efisien dari A menuju T. Interprestasi ini dapat berupa garis lurus ataupun berkelok-kelok mengikuti jalan setapak, sungai ataupun punggungan. Harus dipaharni betul bentuk garis garis kontur.
Plotting lintasan dan memperkirakan waktu tempuhnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tempuh :
+ Kemiringan lereng
+ Panjang lintasan
+ Keadaan dan kondisi medan (misal hutan lebat, semak berduri atau gurun pasir).
+ Keadaan cuaca rata-rata.
+ Waktu pelaksanaan (yaitu pagi slang atau malam).
+ Kondisi fisik dan mental serta perlengkapan yang dibawa.
G. MEMBACA KOORDINAT
Cara menyatakan koordinat ada dua cara, yaitu:
1. Cara Koordinat Peta
Menentukan koordinat ini dilakukan diatas peta dan bukan dilapangan. Penunjukkan koordinat ini menggunakan
a. Sistem Enam Angka Misal, koordinat titik A (374;622), titik B (377;461) b. Cara Delapan Angka Misal, koordinat titik A (3740;6225), titik B (3376;4614)
2. Cara Koordinat Geografis
Untuk Indonesia sebagai patokan perhitungan adalah Jakarta yang dianggap 0 atau 106° 4$' 27,79". Sehingga di wilayah Indonesia awal perhitungan adalah kota Jakarta. Bila di sebelah barat kota Jakarta akan berlaku pengurangan dan sebaliknya. Sebagai patokan letak lintang adalah garis ekuator (sebagai 0). Untuk koordinat geografis yang perlu diperhatikan adalah petunjuk letak peta.
H. SUDUT PETA
Sudut peta dihitung dari utara peta ke arah garis sasaran searah jarum jam.
Sistem pembacaan sudut dipakai Sistem Azimuth (0° - 360°).
Sistem Azimuth adalah sistem yang menggunakan sudut-sudut mendatar yang besarnya dihitung atau diukur sesuai dengan arah jalannya jarum jam dari suatu garis yang tetap (arah utara). Bertujuan untuk menentukan arah-arah di medan atau di peta serta untuk melakukan pengecekan arah perjalanan, karena garis yang membentuk sudut kompas tersebut adalah arah lintasan yang menghubungkan titik awal dan akhir perjalanan.
Sistem penghitungan sudut dibagi menjadi dua, berdasar sudut kompasnya
AZIMUTH : SUDUT KOMPAS
BACK AZIMUTH : Bila sudut kompas > 180° maka sudut kompas dikurangi 180°. Bila sudut kompas < 1800 maka sudut kompas ditambah 180°.
I. TEKNIK MEMBACA PETA
Prinsipnya . " Menentukan posisi dari arah perjalanan dengan membaca peta dan menggunakan teknik orientasi dan resection, bila keadaan memungkinkan " Titik Awal : Kita harus tahu titik keberangkatan kita, balk itu di peta maupun di lapangan. Plot titik tersebut di peta dan catat koordinatnya.
Tanda Medan : Gunakan tanda medan yang jelas (punggungan yang menerus, aliran sungai, tebing, dll) sebagai guide line atau pedoman arah perjalanan. Kenali tanda medan tersebut dengan menginterpretasikan peta.
Arah Kompas : Gunakan kompas untuk melihat arah perjalanan kita. Apakah sesuai dengan arah punggungan atau sungai yang kita susuri.
Taksir Jarak : Dalam berjalan, usahakan selalu menaksir jarak dan selalu memperhatikan arah perjalanan. Kita dapat melihat kearah belakang dan melihat jumalah waktu yang kita pergunakan. Jarak dihitung dengan skala peta sehingga kita memperoleh perkiraan jarak di peta. Perlu diingat, bahwa taksiran kita itu tidak pasti.
+10' X 10' untuk peta 1 : 50.000
+ 20' X 20' untuk peta 1 : 100.000
Untuk peta ukuran 20' X 20' disebut juga LBD, sehingga pada 20' pada garis sepanjang khatulistiwa (40.068 km) merupakan paralel terpanjang.
40.068 km: (360° : 20') = 40.068 km: (360° : 1/3) = 40.068 km: (360° X 3) 40.068 km : 1080 = 37,1 km
Jadi 20' pada garis sepanjang khatulistiwa adalah 37,1 km. Jarak 37,1 km kalau digambarkan dalam peta skala 1 : 50.000 akan mempunyai jarak : 37,1 km = 3.710.000 cm. Sehingga dipeta : 3.710.000: 50.000 = 74,2 cm.
Akibatnya I LBD peta 20' x 20' skala 1 : 50.000 di sepanjang khatulistiwa berukuran 74,2 X 74,2 cm. Hal ini tidak praktis dalam pemakaiannya.
3. Lembar Peta
Dikarenakan LBD tidak praktis pemakaiannya, karena terlalu lebar. Maka tiap LBD dibagi menjadi 4 bagian dengan ukuran masing-masing 10' X 10' atau 37,1 X 37,1 cm. Tiap-tiap bagian itu disebut Lembar Peta atau Sheet, dan diberi huruf A, B, C, D. Jika skala peta tersebut 1 : 50.000, maka peta itu mempunyai ukuran 50.000 X 37,1 = 1.855.000 cm = 18,55 km (1ihat gambar).
4. Penomoran Lembar Peta
a. Meridian (garis bujur) yang melalui Jakarta adalah 106° 48' 27,79" BT, dipakai sebagai meridian pokok untuk penornoran peta topografi di Indonesia. Jakarta sebagai grs bujur 0
b. Panjang dari Barat ke Timur = 46° 20', tetapi daerah yang dipetakan adalah mulai dari 12" sebelah barat meridian Jakarta. Daerah yang tidak dipetakan adalah : 106° 48' 27,79" BT - (12° + 46° 20' BT) = 8' 27,79", daerah ini merupakan taut sehingga tidak penting untuk pemetaan darat. Tetapi penomorannya tetap dibuat
Keterangan
+ Daerah pada petak A dituliskan sheet 1/I-A dan titik paling Utara dan paling Barat ada di Pulau Weh.
+ Cara pemberian nomor adalah dari Barat ke Timur dengn angka Arab (1
2, 3, , 139). Dari Utara ke Selatan dengan angka Romawi (I, II, III LI).
+ LBD selau mempunyai angka Arab dan Romawi. Contoh : LP No. 47[XLI atau SHEET No. 47/XLI.
+ Lembar peta selalu diben huruf, dan huruf itu terpisah dari nomor LBDnya dengan gar's mendatar. Contoh: LP No. 47/XLI - B.
c. Pada uraian diatas disebutkan bahwa garis bujur 0° Jakarta selalu membagi dua buah LBD. Maka untuk lembar peta lainnya selalu dapta dihitung berapa derajat atau menit letak lembar peta itu dan' bujur 0° Jakarta
Contoh: Lernbar Peta No. 39/XL - A terletak diantara garis 7" dan 70 10' LS serta 0° 40' dan 0° 50' Timur Jakarta. Kita harus selalu menyebutkan Lembar Peta tersebut terletak di Barat atau Timur dan' Jakarta.
d. Pada Lembar Peta skala 1 : 50.000, LBD-nya dibagi menjadi 4 bagian. Tetapi untuk peta skala 1 : 25.000, 1 LBD-nya dibagi menjadi 16 bagian dan diberi huruf a sampai q dengan menghilangkan huruf j
e. Mencari batas Timur dan Selatan suatu.Sheet atau Lembar Peta.
Contoh
+ Batas Timur dari bujur 0" Jakarta adalah 47/3 X I = 15" 40' Timur Jakarta atau 15° 40' - 12° = 3° 40' BT Jakarta (batas paling Timur Sheet B).
+ Batas Selatan dan 0° Khatulistiwa adalah 47/3 : 1 = 13" 40' atau 13° 40' 6" = 7° 40' LS. Karena terlatak pada Lembar Peta B dalam 1 LBD, maka dikurangi 10'. Sehingga didapat : 7° 40' - 10' = 7" 30' LS
f. Mencari nomor Lembar Peta atau Sheet. Batas Timur Jakarta = 15" 40', sedang batas Selatan adalah 7" 30' LS. + Jumlah LBD ke Timur = 15° 40' X 3 X 1 LBD = 47 LBD + Jumlah LBD ke Selatan 13" 40' X 3 x 1 LBD = 41 LBD (XLI)
g. Mencari suatu Posisi/Lokasi Contoh : sebuah pesawat terbang jatuh pada koordinat.- 110° 28' BT dan 7° 30' LS. Cari nomor Lembar Petanya Caranya adalah
+ 110° 28' - 94" 40' = 15" 48'
15° 48' X 3 = 47t' 24' (batas paling Timur)
+ 60 + 7" 30' = 13" 30'
130 30' X 3 = 40° 30' (batas paling Selatan)
h. Perhitungan di Koordinat Geografis
+ CARA I
Luas dari I Sheet peta adalah 10' X 10', seluas 18,55 km X 18,55 km pada peta 1 - 50.000. Sehingga di dapat (10 X 60 - 18,5 5) - 20 = 1,617,
dibulatken menjadi 1,62 (sebagai konstanta). Misal peta yang digunakan peta Sheet No. 47/XLI - B
Triangulasi T. 932 terletak pada : 46 mm dari Timur dan 16 mm dari Selatan.
1915
Posisi Sheet 47/XLI - B
1060 48` 27,79" + 30 40' = 110° 28' 27,79"
Dari Timur: 46 mm X 1,62 = 1' l4°52"
1100 28' 27,79" BT - 1' 14,52" = 110° 27' 13,27" BT
(dikurangi karena semakin mendekati ke titik Jakarta).
Dari selatan : 16 mm X 1,62 = 25,92"
7° 30' LS - 25,92" = 7f' 29' 34,08" LS (dikurangi karena semakin mendekati equator).
Sehingga titik Triangulasi T. 932 terletak pada koordinat: 110° 27' 13,27" BT dan 7° 29' 34,08" LS. 1915
Untuk penggunaan peta 1 : 25.000, cara penghitungannya sama, hanya konstantanya diubah menjadi 0,81, yang didapat dari :
{(5 X 60) : 18,55 1 : 20 = 0,808, dibulatkan menjadi 0,81
Luas dari 1 Sheet peta skala 1 : 25.000 adalah 5' X 5'
TEKNIK MENDONGENG PADA ADIK ADIK SIAGA
Pengantar
Setiap orang dewasa pada dasarnya memiliki kemampuan alamiah untuk mendongeng. Kemampuan ini semakin sering digunakan dan semakin sering dilatih akan semakin berkembang dengan baik. Bagi para Pembina Siaga kemampuan mendongeng merupakan salah satu kompetensi yang disarankan untuk dimiliki agar acara latihan di perindukan siaga lebih menarik dan bervariasi.
Mendongeng adalah sebuah proses. Maksudnya pendongeng harus mampu menyusun materi dan alur cerita agar dapat menarik perhatian, tidak membosankan, komuniatif dalam arti pendengarnya bisa memahami jalinan cerita, serta partisipatif dalam arti pendengarnya bisa terlibat secara emosional terhadap jalinan cerita. Mendongeng sebagai media pendidikan perlu penguasaan teknik dan metodenya.
Cara Mendongeng
Mendongeng dengan Teks atau dengan membaca buku cerita :
Teknik ini dilakukan dengan cara Yanda/Bunda mendongeng membacakan sebuah buku cerita. Diawali dengan mengenalkan judul buku, pengarang dan juga inti cerita yang akan dibacakan.
Para siaga dapat duduk santai di lapangan rumput dengan posisi setengah lingkaran, Yanda/Bunda ada di depan bisa duduk bersila atau duduk dengan kursi kecil.
Bunda/Yanda mulai membacakan ceritanya. Dianjurkan untuk setengah hafal sehingga bisa membagi pandangan antara membaca buku dan memandang para siaga.
Jika belum hafal Yanda/Bunda dapat membuat catatan-catatan kecil yang ditempelkan di buku sebagai pengingat pokok-pokok cerita.
Meski membaca Yanda/Bunda dituntut untuk mampu menghidupkan dialog para tokoh, mendeskripsikan suasana dan latar cerita secara menarik
Yanda/Bunda bisa berimprovisasi dengan melibatkan para siaga menjadi bagian dari cerita.
Mendongeng tanpa teks/naskah (storytelling)
Untuk dapat mendongeng dengan cara ini Yanda/Bunda harus sudah hafal tentang materi, alur cerita dan karakter tokoh-tokoh sebuah dongeng.
Untuk mendengarkan dongeng ini para saga dapat duduk santai di lapangan rumput dengan posisi setengah lingkaran dan Bunda/Yanda berada didepan.
Kelebihan cara ini Yanda/Bunda bisa berimprovisasi secara bebas sehingga para siaga bisa mengembangkan fantasi dan keterlibatannya dalam cerita secara optimal.
Dengan teknik ini Bunda/Yanda memiliki kelulasaan untuk membuat dialog para tokoh, mendeskripsikan suasana dan latar cerita sehingga lebih menarik.
Kelemahan cara ini jika Bunda/Yanda tidak focus maka materi dongeng dapat “meleceng” ke mana-mana sehingga anak-anak kehilangan focus cerita.
Teknik Mondongeng
Tahap persiapan
Pilih cerita dan beri judul yang bagus agar dapat menarik perhatian anak-anak
Kuasai alur ceritanya dengan baik seperti tahap pengenalan (tokoh , peristiwa dan tempat), tahap perjuangan (terjadinya konflik dan masalah yang dihadapi tokoh utama), tahap akhir cerita (ketika si tokoh utama berhasil meraih kesuksesan - happy ending)
Kuasai karakter tokoh-tokohnya, baik yang protogonis maupun antagonis. Penguasaan karakter tokoh sangat membantu ketika Bunda/Yanda ingin memerankan dan membawakan dialog tokoh cerita.
Tetapkan muatan pesan pada setiap tahapan dongeng (di awal, di tengah, di akhir) – sebagai bagian untuk memberikan tekanan-tekanan pada saat mendongeng.
Tetapkan titik-titik dimana para siaga dapat terlibat dalam peristiwa atau perjuangan yang dihadapi tokoh utama (tokoh protogonis) cerita misalnya : tepuk tangan, bernyanyi, bersorak, sedih atau gerakan-gerakan fisik melompat, tiarap, mengepalkan tangan, dsb.
Materi dongen hendaknya jangan dihafal, karena kalau hafal dongeng yang dibawakan akan terasa kaku, tidak ada improvisasi, menoton dan membosankan.
Tahap Pelaksanaan
1. Menjaga Kontak Mata
Ketika mendongeng Bunda/Yanda harus menjaga kontak mata dengan para siaga. Ini penting agar para siaga merasa diperhatikan dan merasa diajak untuk berinteraksi terhadap dongeng yang sedang dibawakan. Kontak mata juga penting untuk melihat sejauh mana perhatian para siaga terhadap materi dongeng yang dibawakan Bunda/Yanda.
2. Mimik Wajah
Bunda/Yanda harus bisa memainkan mimik wajah sesuai dengan karakter tokoh. Kemampuan memainkan mimik wajah akan dapat membangun suasana dongeng lebih dramatis. Mimik wajah bisa berupa ekspresi senang, sakit, sedih, melamun, dsb
Misalnya : “Ketika si harimau mengejar kelinci, sang kelinci molompat … hup – masuk ke dalam lubang persembunyiannya. Sang raja hutanpun menangkap angin dan kecewa …. Di dalam lubang Sang Kelinci - senang bisa selamat dari terkaman harimau, tersenyum dan bersyukur pada Tuhan” – Bunda/Yanda bisa memainkan wajah untuk tersenyum mewakili kelinci.
3. Gerak Tubuh
Agar cerita/dongeng lebih menarik maka Bunda/Yanda harus mampu mengoptimalkan gerak tubuh sesuai dengan tuntutan cerita. Gerakan-gerakan tubuh yang merefleksikan suasana yang dihadapi sang tokoh cerita akan sangat menghidupkan dongeng dan dapat melibatkan para siaga.
Misalnya : “Kopral Jono, terus mengawasi dari atas bukit, tentara Belanda yang akan menyerang desanya…. Tiba-tiba tentara Belanda itu menembakan senjatanya secara bertubi-tubi …. Maka Kopral Jono berteriak … tiaaraappp”. Bunda/Yanda melakukan gerakan tiarap sambil mengajak para siaga untuk menirukan gerakan tiarap.
4. Suara
Memainkan intonasi suara sangat penting untuk menghidupkan sebuah dongeng. Bunda/Yanda akan sangat baik mendongeng jika mampu menirukan beragam suara. Fungsi suara dalam dongeng adalah :
a. Membedakan suasana :
Suara yang meninggi dapat digunakan untuk merefleksikan bahwa cerita mulai memasuki puncak konflik/menegangkan. Suara melemah merefleksikan suasana konflik mulai mereda, dsb.
b. Menghidupkan dialog Kemampuan membawakan dialog para tokoh dengan suara yang berbeda akan mampu membangun imajinasi para siaga terhadap dongeng yang dibawakan oleh Bunda/Yanda.
Misalnya :
Tentara Belanda : “Hei .. hei …. You inlandel … di mana koplal Jono” (Bunda/Yanda membawakannya dengan logat tentara Belanda yang cadel dan sengau)
Rakyat Indonesia : “tidak tahu, tuan … ampun … jangan tembak kami” (Bunda/Yanda membawakannya dengan nada minta dikasihani)
Tentara Belanda : “You jangan ikut-ikutan … Koplal Jono melawan Belanda ya …You bisa mampus, I tembak ….” (Bunda/Yanda membawakannya dengan logat Belanda yang tetap cadel dan sengau)
c. Menghidupkan suasana
Suara-suara tertentu seperti tembakan, debur ombang, angin semilir, mobil, motor dll yang dapat ditirukan oleh Bunda/Yanda juga akan dapat menghidupka suasana mendongeng.
Misalnya :
Sambil berlari menghindari kejaran Tentara Belanda, Kopral Jono memberi aba-aba kepada teman-temannya “Tembaakkk…..” Maka, muntahlah peluru dengan suara “dor … dorr .. dorr.. door” bersahut-sahutan dari para pejuang Indonesia yang gagah berani. (Bunda/Yanda, mengucapkan kata "dor.. dor" seperti layaknya bunyi senjata).
d. Memberi ruang partisipasi
Suara juga merupakan salah satu unsur yang dapat dijadikan alat memberi ruang partisipasi para siaga ke dalam alur dan suasana dongeng. Para siaga bisa ikut menyanyi, berteriak, bersorak, mengaum, menembak, dst sesuai jalan cerita.
Misalnya : “tidak lama kemudian para Tentara Belanda itupun menarik diri dan lari ke kota. Kopral Jono dan teman-temannya merasa senang karena berhasil mengusir Tentara Belanda. Tiba-tiba seorang tentara kawan kopral Jono, maju dan berdiri menyanyi lagu Maju Tak Gentar – maka semua tentara Indonesia ikut menyanyi…”
(Bunda/Yanda mengajak para Siaga menyanyikan lagu “Maju Tak Gentar” dengan riang dan penuh semangat seperti tentara Pejuang Indonesia yang sedang diceritakan Bunda).
e. Spesial Effect
Penggunaan suara dengan special effect yang dibantu dengan alat pengeras suara akan sangat membantu untuk menghidupkan dongeng. Bunda/Yanda bisa menyiapkan special effect terlebih dahulu sebelum mendongeng dan meminta Bu Cik/Pak Cik untuk memutar sesuai dengan cerita yang sedang dibawakan. Suara special effect misalnya : bom, tembakan, suara ombak, suara mobil, dsb.
5. Durasi dan Kecepatan
Bunda/Yanda hendaknya mengukur benar, daya tahan para siaga mendengarkan cerita. Tidak ada durasi yang pasti, namun disarankan sebuah dongeng tidak lebih dari 15 menit. Tempo atau cepat-lambat dalam mendongeng juga perlu di atur. Terlalu cepat akan membuat para siaga susah mengikuti, terlalu lambat bisa membosankan.
6. Alat Peraga
Bunda/Yanda bisa menggunakan alat peraga untuk memperkuat materi dongeng yang dibawakannya, seperti boneka binatang, pistol, foto, patung, bendera, mobil-mobilan dsb. Penggunaan alat peraga yang tepat sesuai dengan alur cerita akan membuat para siaga lebih bisa berimajinasi dan terlibat dalam cerita.
7. Narasi & Dramatisasi
Narasi adalah sebuah teknik untuk mendeskripsikan suasana cerita, perwatakan tokoh, menyingkat alur cerita, dsb. Narasi akan dapat menghidupan suasana jika dibawakan dengan intonasi (tinggi rendah) dan lagu bahasa yang baik.
Misalnya : “Ketika malam mulai larut … Sang Kancil berjalan pelan-pelan memasuki kebun Pak Tani untuk kembali mencuri timun - Sang Kancil berhenti sejenak menengok ke kanan ke kiri, setalah yakin aman, Sang Kancil mantap melangkahkan kakinya”. (Sambil menirukan gerakan sang kancil - berjalan pelan berjingkat-jingkat, Bunda/Yanda perlu melagukan kalimat narasi di dengan intonasi dan lagu bahasa yang mampu untuk membangun suasana menegangkan dan sikap waspada Sang Kancil)
Dramatisasi adalah sebuah teknik mengembangkan dialog para tokoh dalam dongeng dengan suara yang berbeda-beda sesuai dengan karakter. Dramatisasi dialog akan menghidupkan dongeng jika mampu dibawakan secara tepat, seperti contoh-contoh di atas.
Tahap akhir cerita/dongeng
Bunda/Yanda memberikan kesempatan tanya jawab kepada para siaga untuk mendalami kandungan dongeng yang baru saja dibawakan.
Bunda/Yanda memberikan kesempata para siaga untuk memberi tanggapan, yang paling mudah adalah tanggapan terhadap perilaku tokoh-tokoh dalam cerita.
Bunda/Yanda menyampaikan kesimpulan tentang kandungan nilai-nilai yang termuat dalam dongeng tadi yang layak diteladani bersama.
Selamat memandu.
Membahagiakan Pramuka Siaga adalah membahagiakan Indonesia.
Sumber :
Diolah dari berbagai sumber dan disesuaikan dengan keperluan "ensiklopediapramuka" (-aiw)Pengantar
Setiap orang dewasa pada dasarnya memiliki kemampuan alamiah untuk mendongeng. Kemampuan ini semakin sering digunakan dan semakin sering dilatih akan semakin berkembang dengan baik. Bagi para Pembina Siaga kemampuan mendongeng merupakan salah satu kompetensi yang disarankan untuk dimiliki agar acara latihan di perindukan siaga lebih menarik dan bervariasi.
Mendongeng adalah sebuah proses. Maksudnya pendongeng harus mampu menyusun materi dan alur cerita agar dapat menarik perhatian, tidak membosankan, komuniatif dalam arti pendengarnya bisa memahami jalinan cerita, serta partisipatif dalam arti pendengarnya bisa terlibat secara emosional terhadap jalinan cerita. Mendongeng sebagai media pendidikan perlu penguasaan teknik dan metodenya.
Cara Mendongeng
Mendongeng dengan Teks atau dengan membaca buku cerita :
Teknik ini dilakukan dengan cara Yanda/Bunda mendongeng membacakan sebuah buku cerita. Diawali dengan mengenalkan judul buku, pengarang dan juga inti cerita yang akan dibacakan.
Para siaga dapat duduk santai di lapangan rumput dengan posisi setengah lingkaran, Yanda/Bunda ada di depan bisa duduk bersila atau duduk dengan kursi kecil.
Bunda/Yanda mulai membacakan ceritanya. Dianjurkan untuk setengah hafal sehingga bisa membagi pandangan antara membaca buku dan memandang para siaga.
Jika belum hafal Yanda/Bunda dapat membuat catatan-catatan kecil yang ditempelkan di buku sebagai pengingat pokok-pokok cerita.
Meski membaca Yanda/Bunda dituntut untuk mampu menghidupkan dialog para tokoh, mendeskripsikan suasana dan latar cerita secara menarik
Yanda/Bunda bisa berimprovisasi dengan melibatkan para siaga menjadi bagian dari cerita.
Mendongeng tanpa teks/naskah (storytelling)
Untuk dapat mendongeng dengan cara ini Yanda/Bunda harus sudah hafal tentang materi, alur cerita dan karakter tokoh-tokoh sebuah dongeng.
Untuk mendengarkan dongeng ini para saga dapat duduk santai di lapangan rumput dengan posisi setengah lingkaran dan Bunda/Yanda berada didepan.
Kelebihan cara ini Yanda/Bunda bisa berimprovisasi secara bebas sehingga para siaga bisa mengembangkan fantasi dan keterlibatannya dalam cerita secara optimal.
Dengan teknik ini Bunda/Yanda memiliki kelulasaan untuk membuat dialog para tokoh, mendeskripsikan suasana dan latar cerita sehingga lebih menarik.
Kelemahan cara ini jika Bunda/Yanda tidak focus maka materi dongeng dapat “meleceng” ke mana-mana sehingga anak-anak kehilangan focus cerita.
Teknik Mondongeng
Tahap persiapan
Pilih cerita dan beri judul yang bagus agar dapat menarik perhatian anak-anak
Kuasai alur ceritanya dengan baik seperti tahap pengenalan (tokoh , peristiwa dan tempat), tahap perjuangan (terjadinya konflik dan masalah yang dihadapi tokoh utama), tahap akhir cerita (ketika si tokoh utama berhasil meraih kesuksesan - happy ending)
Kuasai karakter tokoh-tokohnya, baik yang protogonis maupun antagonis. Penguasaan karakter tokoh sangat membantu ketika Bunda/Yanda ingin memerankan dan membawakan dialog tokoh cerita.
Tetapkan muatan pesan pada setiap tahapan dongeng (di awal, di tengah, di akhir) – sebagai bagian untuk memberikan tekanan-tekanan pada saat mendongeng.
Tetapkan titik-titik dimana para siaga dapat terlibat dalam peristiwa atau perjuangan yang dihadapi tokoh utama (tokoh protogonis) cerita misalnya : tepuk tangan, bernyanyi, bersorak, sedih atau gerakan-gerakan fisik melompat, tiarap, mengepalkan tangan, dsb.
Materi dongen hendaknya jangan dihafal, karena kalau hafal dongeng yang dibawakan akan terasa kaku, tidak ada improvisasi, menoton dan membosankan.
Tahap Pelaksanaan
1. Menjaga Kontak Mata
Ketika mendongeng Bunda/Yanda harus menjaga kontak mata dengan para siaga. Ini penting agar para siaga merasa diperhatikan dan merasa diajak untuk berinteraksi terhadap dongeng yang sedang dibawakan. Kontak mata juga penting untuk melihat sejauh mana perhatian para siaga terhadap materi dongeng yang dibawakan Bunda/Yanda.
2. Mimik Wajah
Bunda/Yanda harus bisa memainkan mimik wajah sesuai dengan karakter tokoh. Kemampuan memainkan mimik wajah akan dapat membangun suasana dongeng lebih dramatis. Mimik wajah bisa berupa ekspresi senang, sakit, sedih, melamun, dsb
Misalnya : “Ketika si harimau mengejar kelinci, sang kelinci molompat … hup – masuk ke dalam lubang persembunyiannya. Sang raja hutanpun menangkap angin dan kecewa …. Di dalam lubang Sang Kelinci - senang bisa selamat dari terkaman harimau, tersenyum dan bersyukur pada Tuhan” – Bunda/Yanda bisa memainkan wajah untuk tersenyum mewakili kelinci.
3. Gerak Tubuh
Agar cerita/dongeng lebih menarik maka Bunda/Yanda harus mampu mengoptimalkan gerak tubuh sesuai dengan tuntutan cerita. Gerakan-gerakan tubuh yang merefleksikan suasana yang dihadapi sang tokoh cerita akan sangat menghidupkan dongeng dan dapat melibatkan para siaga.
Misalnya : “Kopral Jono, terus mengawasi dari atas bukit, tentara Belanda yang akan menyerang desanya…. Tiba-tiba tentara Belanda itu menembakan senjatanya secara bertubi-tubi …. Maka Kopral Jono berteriak … tiaaraappp”. Bunda/Yanda melakukan gerakan tiarap sambil mengajak para siaga untuk menirukan gerakan tiarap.
4. Suara
Memainkan intonasi suara sangat penting untuk menghidupkan sebuah dongeng. Bunda/Yanda akan sangat baik mendongeng jika mampu menirukan beragam suara. Fungsi suara dalam dongeng adalah :
a. Membedakan suasana :
Suara yang meninggi dapat digunakan untuk merefleksikan bahwa cerita mulai memasuki puncak konflik/menegangkan. Suara melemah merefleksikan suasana konflik mulai mereda, dsb.
b. Menghidupkan dialog Kemampuan membawakan dialog para tokoh dengan suara yang berbeda akan mampu membangun imajinasi para siaga terhadap dongeng yang dibawakan oleh Bunda/Yanda.
Misalnya :
Tentara Belanda : “Hei .. hei …. You inlandel … di mana koplal Jono” (Bunda/Yanda membawakannya dengan logat tentara Belanda yang cadel dan sengau)
Rakyat Indonesia : “tidak tahu, tuan … ampun … jangan tembak kami” (Bunda/Yanda membawakannya dengan nada minta dikasihani)
Tentara Belanda : “You jangan ikut-ikutan … Koplal Jono melawan Belanda ya …You bisa mampus, I tembak ….” (Bunda/Yanda membawakannya dengan logat Belanda yang tetap cadel dan sengau)
c. Menghidupkan suasana
Suara-suara tertentu seperti tembakan, debur ombang, angin semilir, mobil, motor dll yang dapat ditirukan oleh Bunda/Yanda juga akan dapat menghidupka suasana mendongeng.
Misalnya :
Sambil berlari menghindari kejaran Tentara Belanda, Kopral Jono memberi aba-aba kepada teman-temannya “Tembaakkk…..” Maka, muntahlah peluru dengan suara “dor … dorr .. dorr.. door” bersahut-sahutan dari para pejuang Indonesia yang gagah berani. (Bunda/Yanda, mengucapkan kata "dor.. dor" seperti layaknya bunyi senjata).
d. Memberi ruang partisipasi
Suara juga merupakan salah satu unsur yang dapat dijadikan alat memberi ruang partisipasi para siaga ke dalam alur dan suasana dongeng. Para siaga bisa ikut menyanyi, berteriak, bersorak, mengaum, menembak, dst sesuai jalan cerita.
Misalnya : “tidak lama kemudian para Tentara Belanda itupun menarik diri dan lari ke kota. Kopral Jono dan teman-temannya merasa senang karena berhasil mengusir Tentara Belanda. Tiba-tiba seorang tentara kawan kopral Jono, maju dan berdiri menyanyi lagu Maju Tak Gentar – maka semua tentara Indonesia ikut menyanyi…”
(Bunda/Yanda mengajak para Siaga menyanyikan lagu “Maju Tak Gentar” dengan riang dan penuh semangat seperti tentara Pejuang Indonesia yang sedang diceritakan Bunda).
e. Spesial Effect
Penggunaan suara dengan special effect yang dibantu dengan alat pengeras suara akan sangat membantu untuk menghidupkan dongeng. Bunda/Yanda bisa menyiapkan special effect terlebih dahulu sebelum mendongeng dan meminta Bu Cik/Pak Cik untuk memutar sesuai dengan cerita yang sedang dibawakan. Suara special effect misalnya : bom, tembakan, suara ombak, suara mobil, dsb.
5. Durasi dan Kecepatan
Bunda/Yanda hendaknya mengukur benar, daya tahan para siaga mendengarkan cerita. Tidak ada durasi yang pasti, namun disarankan sebuah dongeng tidak lebih dari 15 menit. Tempo atau cepat-lambat dalam mendongeng juga perlu di atur. Terlalu cepat akan membuat para siaga susah mengikuti, terlalu lambat bisa membosankan.
6. Alat Peraga
Bunda/Yanda bisa menggunakan alat peraga untuk memperkuat materi dongeng yang dibawakannya, seperti boneka binatang, pistol, foto, patung, bendera, mobil-mobilan dsb. Penggunaan alat peraga yang tepat sesuai dengan alur cerita akan membuat para siaga lebih bisa berimajinasi dan terlibat dalam cerita.
7. Narasi & Dramatisasi
Narasi adalah sebuah teknik untuk mendeskripsikan suasana cerita, perwatakan tokoh, menyingkat alur cerita, dsb. Narasi akan dapat menghidupan suasana jika dibawakan dengan intonasi (tinggi rendah) dan lagu bahasa yang baik.
Misalnya : “Ketika malam mulai larut … Sang Kancil berjalan pelan-pelan memasuki kebun Pak Tani untuk kembali mencuri timun - Sang Kancil berhenti sejenak menengok ke kanan ke kiri, setalah yakin aman, Sang Kancil mantap melangkahkan kakinya”. (Sambil menirukan gerakan sang kancil - berjalan pelan berjingkat-jingkat, Bunda/Yanda perlu melagukan kalimat narasi di dengan intonasi dan lagu bahasa yang mampu untuk membangun suasana menegangkan dan sikap waspada Sang Kancil)
Dramatisasi adalah sebuah teknik mengembangkan dialog para tokoh dalam dongeng dengan suara yang berbeda-beda sesuai dengan karakter. Dramatisasi dialog akan menghidupkan dongeng jika mampu dibawakan secara tepat, seperti contoh-contoh di atas.
Tahap akhir cerita/dongeng
Bunda/Yanda memberikan kesempatan tanya jawab kepada para siaga untuk mendalami kandungan dongeng yang baru saja dibawakan.
Bunda/Yanda memberikan kesempata para siaga untuk memberi tanggapan, yang paling mudah adalah tanggapan terhadap perilaku tokoh-tokoh dalam cerita.
Bunda/Yanda menyampaikan kesimpulan tentang kandungan nilai-nilai yang termuat dalam dongeng tadi yang layak diteladani bersama.
Selamat memandu.
Membahagiakan Pramuka Siaga adalah membahagiakan Indonesia.
Sumber :
Diolah dari berbagai sumber dan disesuaikan dengan keperluan "ensiklopediapramuka" (-aiw)
GAME
1. MERAJUT BENANG KUSUT
Kriteria
Social Games
Referensi
Boyscout of America, Andersen Consulting
Tujuan
Peserta didik mampu menghayati proses lahirnya sebuah kepemimpinan,
Peserta didik mampu memprakarasi atau mengambil inisiatif membangun proses komunikasi yang efektif
Peserta didik memperbaiki proses kerjasama kelompok agar menjadi kelompok yang efektif
Lokasi
Outdoor - lapangan terbuka
Prosedur
Jumlah peserta dalam permainan ini harus genap dan dengan jumlah anggota yang tidak terlalu besar disarankan 10 sampai 20 orang.
Peserta berdiri dan membentuk lingkaran kecil dengan posisi bahu saling bersentuhan.
Peserta menjulurkan kedua tangan ke dalam lingkaran.
Peserta diminta untuk memegang tangan kawan yang ada di depannya, dengan syarat tidak memegang tangan 1 orang yang sama (misalnya si kanan si A sudah memagang tangan kiri si F maka tangan kiri si A harus memegang tangan kanan atau kiri kawan selain si F).
Jika semua tangan sudah saling berpegangan maka akan terbentuk "simpul tangan yang ruwet dan saling tumpang tindih".
Kakak Pembina kemudian memberi instruksi para peserta untuk membuat lingkaran besar tanpa melepas pegangan tangan dengan temannya.
Instruksi di atas akan sulit dilakukan oleh para peserta, Kakak Pembina memberi kesempatan para peserta untuk berdiskusi dan terus mencoba untuk membuat lingkaran dimaksud
Jika anggota kelompok sudah terlihat frustasi karena tidak menemukan jalan keluar maka Kakak Pembina memberi instruksi baru yaitu dengan memberi 1 x kesempatan untuk melepaskan 1 pegangan tangan agar dapat membentuk lingkaran.
[*Untuk melaksanakan instruksi kedua tersebut peserta diperbolehkan diskusi dan terus mencoba, Kakak Pembina juga dapat memberikan bantuan misalnya untuk mempermudah bisa dimulai dari 4 orang yang melepaskan satu tangan, kemudian 6 atau 8 orang, dst hingga semua peserta dapat melepaska 1 tangan dan membentuk lingkaran besar.
Seluruh proses permainan ini akan sangat menyenangkan, membangun diskusi, semangat mencoba dan terus mencoba dengan susah payah dan akan membangun kegembiraan dan kebahagiaan yang besar jika para peserta mampu bekerjasama mengurai "simpul tangan yang ruwet dan saling tumpang tindih"
Observasi & Diskusi
Selama proses permainan ini berlangsung akan timbul kecenderungan-kecenderungan yang bisa dijadikan bahan diskusi yaitu :
Semangat untuk menyelesaikan masalah akan menumbuhkan banyak peserta berinsiatif. Inisiatif yang tidak terkordinasi dan sinergi tidak akan bisa digunakan sebagai bahan menyelesaikan masalah.
Instruksi-instruksi yang diberikan Kakak Pembina akan menantang para peserta untuk "mencoba - gagal - berdiskusi - mencoba - gagal - berdiskusi, dst". Situasi ini akan memberikan pemahaman tentang pentingnya kerjasama.
Kerjsama kelompok dengan semangat "take & give" dapat menjadi alat pemecahan masalah dan alat mencapai prestasi bersama.
Kecenderungan-kecenderungan di atas dan juga pendapat apa yang dirasakan peserta digunakan sebagai bahan diskusi di akhir permainan dengan fokus diskusi menjawab apa itu kepemimpinan, kordinasi, kerjasama kelompok, proses komunikasi yang efektif, dsb.
2. PERMAINAN BEBEK BUTA
Kriteria :
Final Challenge
Referensi :
Boyscout of America, Andersen Consulting
Tujuan :
Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam membangun kerjasama tim
Meningkatkan daya konsentrasi pesera didik untuk menerima informasi
Meningkatkan kreativitas peserta didik dalam mencari jalan keluar menghadapi tantangan
Meningkatkan kemampuan berkomunikasi secara efektif
Meningkatkan kebugaran tubuh peserta didik
Persiapan :
Kakak Pembina sebagai fasilitator mempersiapkan rute permainan dengan berbagai rintangan yang memungkinkan pemimpin kelompok untuk berfikir memberikan instruksi secara jelas dan efektif.
Jenis-jenis rintangan tersebut disusun sedemikian rupa agar pemimpin kelompok mampu menyusun instruksi secara jelas dan efektif misalnya : awas merunduk, awas melompat pelan-pelan, tiga langkah kedepan belok kanan kemudian dua langkah belok kiri, dst.
Prosedur :
Masing-masing kelompok diminta untuk membuat barisan memanjang ke belakang, dan ditutup matanya dengan kain penutup mata, kecuali peserta paling belakang.
Peserta paling belakang di tiap kelompok tersebut bertindak sebagai pemberi aba-aba/perintah. Misalnya : jalan, lurus, belok, kanan, belok kiri, merunduk, angkat kaki tinggi-tinggi, dsb, dalam menelusuri rute/jalur perjalanan yang telah dibuat oleh Kakak Pembina.
Penilaian kelompok bisa dilakukan berdasarkan waktu siapa yang terpendek waktu tempuhnya itulah pemenangnya. Misalnya untuk menelusuri rute tsb, diberi waktu 15 menit. Bila kelompok tersebut dapat mencapai finis dalam waktu 12 menit, maka diberi nilai 3 x 100 = 300.
Diskusi & Obeservasi
Selama permainan ini berlangsung akan timbul kecenderungan-kecenderungan yang bisa diambil sebagai bahan diskusi :
Pengalaman apa yang peserta didik dapatkan ketika menerima instruksi hanya hanya dari indera pendengaran.
Bagaimana rasanya melaksanakan pekerjaan tanpa indera penglihatan
Apa yang akan terjadi jika ada anggota kelompok yang tidak konsentrasi sehingga salah menerjemahkan instruksi
Apa fungsi orang terdepan dan resiko apa yang timbul jika orang terdepan salah menerjemahkan instruksi. Apa pula fungsi anggota kelompok yang berada ditengah dalam menerima informasi. Adakah perbedaan peran antara orang terdepan, orang yang ditengah dan orang yang dibelakang kenapa ? (Diskusi bisa diarahkan untuk menggali makna sistem among yaitu : ing ngarso sung tulodo, ing madyo mbangun karso, tut wuri handayani - depan membawa keteladanan - ditengah memotivasi dan menggalang kerjasama - dibelakang mengikuti sambil menginspirasi).
Apa nilai dan pengalaman yang didapatkan dari permainan ini disamping nilai konsentrasi, makna indera penglihatan, intsruksi, dll.
PEMBINA PRAMUKA FUNGSI, PERAN DAN MODEL PEMBAWAANYA
Dalam mejalankan tugas sebagai pendidik yang menggunakan alam bebas sebagai sarana belajar, "Pembina" mempunyai beberapa fungsi dan peran. Fungsi-fungsi ini seringkali tidak dapat dipisahkan antara fungsi yang satu dengan fungsi yang lainnya serta digunakan bersamaan pada waktu dan saat yang tepat. Fungsi dan Peran Pembina tersebut adalah :
Pengamat
Tugas seorang Pembina untuk mengamati dan memantau perkembangan dan tingkah laku individu dan dinamika kelompok. Dalam proses pengamatan ini, seorang pembina tentunya harus menyadari pentingnya membawa "note book" yang berguna untuk mencatat hal-hal yang penting selama pengamatan berlangsung.
Keterampilan Pembina
Seorang pembina harus memastikan bahwa dalam melakukan kegiatan di alam bebas dapat berjalan dengan aman (berkemah, mendaki gunung, memanjat, rafting, snorkeling, dan sebagainya).
Penjaga Keamanan
Memastikan bahwa peserta/kelompok selalu dalam keadaan aman. Sisi samping dari fungsi ini adalah untuk mengantisipasi keadaan bahaya atau beresiko tinggi,maka pembina harus menguasai teknik-teknik P3K, minimal sesuai dengan ruang alam bebas yang sedang digunakan.
Fasilitator
Memberikan dan menyediakan fasilitas bagi peserta atau kelompok kursus untuk belajar. Fasilitas yang dimaksud disini adalah selain sarana pelatihan dan pendidikan juga metode dan teknik-teknik pengajaran yang tepat untuk peserta atau kelompok.
Presenter
Pembina juga harus menguasai teknik-teknik presentasi yang baik. Presentasi yang dimaksud adalah mencakup juga prensentasi dalam berdinamika kelompok di outdoor.
Translator
Setiap pribadi dalam kelompok biasanya memiliki watak karakteristik, dan gaya komunikasi yang berbeda-beda. Tugas Pembina adalah menjembatani perbedaan ini, karena jika terjadi konflik komunikasi dan tidak ditengahi, dapat merusak proses pelatihan atau dinamika kelompok.
Penasehat
Berkaitan dengan fungsi fasilitas, seorang pembina juga harus mempersiapkan dirinya menjadi seorang penasehat yang tidak menasehati. Pembina haruslah melayani dengan penuh Empati.
Panutan
Seorang Pembina dituntut menjadi panutan bagi peserta. Orang yang melaksanakan tugas dengan sungguh-sungguh, taat pada tata tertib, disiplin dan sebagainya. Tingkah laku dan tindakan pembina akan selalu dilihat oleh peserta, baik disaat senggang/santai maupun saat menjalankan aktifitas.
Pemimpin
Menjadi seorang pemimpin di dalam kelompok peserta didik adalah salah satu tugas dan peran Pembina di dalam sebuah kegiatan.
Perencana Kegiatan
Fungsi Pembina yang paling tinggi dan mungkin puncak dalam tugasnya adalah menyusun suatu program kegiatan yang dibutuhkan oleh peserta didik. Penyusunan program kegiatan adalah faktor penting dalam menjamin tercapainya tujuan kegiatan.
Pembina adalah seorang pendidik yang unik, menggunakan metode yang unik, ruangan belajar yang luas (outdoor), memiliki peserta didik dengan latar belakang yang beragam dan secara individu, maupun kelompok. Fungsi dan peran yang dijabarkan diatas mengambarkan secara implisit ke-khasan seorang pembina. Mana yang tepat digunakan, semua tergantung dari tugas yang dijalankan dan kebutuhan yang harus dipenuhi. Satu hal yang pasti, pengalaman dan kemauan belajar akan mendukung kemampuan seorang Pembina dalam menjalankan tugas dan peran yang diharapkan dari dirinya.
Pembawaan & Gaya Pembina Pramuka
Teknik-teknik memfasilitasi adalah sebuah proses belajar melalui pengalaman (petualangan, permainan dan sebagainya) telah mengalami beberapa evolusi perubahan. Teknik-teknik ini disusun berdasarkan tingkat penemuannya dan tingkat kesulitannya. Mereka adalah :
Membiarkan pengalaman berbicara sendiri ((Letting the Experience speak for it self)
Gaya fasilitasi ini tergantung penuh pada keandalan suatu program, oleh karena peserta harus menangkap sendiri maknanya yang terkandung melalui program yang dijalankan (program harus benar-benar disusun rapih dan teratur).
Berbicara atas pengalaman (Speaking for the Experience)
Pembina, umumnya dalam peran sebagai seorang konsultan atau ahli, yang dapat menerjemahkan kegiatan yang baru berlangsung oleh peserta. Pembina memberitahu mereka apa yang mereka pelajari dan bagaimana mereka menerapkan di masa yang akan datang.
Membahas pengalaman (Debriefing the Experience)
Para peserta diminta untuk memikirkan ulang (refleksi) apa yang mereka jalankan dan membicarakan apa yang mereka pelajari dari kegiatan tersebut. Teknik ini mulai muncul dipertengahan tahun 70-an dan popular di AS dengan sebutan "Outward Bound Plus".
Memberikan masukan langsung diawal kegiatan (Directly frontloading the Experience)
Penambahan masukan pada briefing awal selain peraturan permainan dan peraturan keselamatan. Pembina membahas di awal kegiatan.
Memberikan batasan pada pengalaman (Framing the Experience)
Kegiatan yang akan dijalankan dibatasi secara isomorph oleh Pembina. lsomorph adalah suatu kiasan yang dibuat oleh Pembina agar peserta dapat membuat kaitan antara kegiatan yang akan dilaksanakan dengan kebutuhan mereka.
Memberikan masukan tidak langsung diawal kegiatan ((lndirectly frontloading the Experience)
Teknik ini umumnya digunakan Pembina apabila peserta terus-menerus menemui kesulitan yang sama pada saat kegiatan berlangsung. Untuk membatasi hal-hal tersebut Pembina umumnya memberikan masukan secara tidak langsung :
Mengingat keberhasilan dan kesulitan yang telah mereka alami.
Memberikan bayangan-bayangan alternatif penyelesaian.
Memberikan contoh tidak langsung.
Menghilangkan hal-hal yang membuat mereka " Stuck".
Secara pro aktif mem "framing" kegiatan.
Pada tiga gaya terahir pembahasan dititikberatkan pada teknik praktik dari Pembina untuk meningkatkan pelajaran yang didapat peserta dari kegiatan-kegiatan, dan memudahkan untuk menerapkan pada masa yang akan datang. Ketiga teknik ini dapat dipercaya bahwa perubahan tingkah laku dipengaruhi pengalaman langsung, dibandingkan oleh analogi yang diciptakan pada saat diskusi akhir atau setelah kegiatan selesai berlangsung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar