Total Tayangan Halaman

Minggu, 12 April 2020

Dongeng Si Bebek dan Burung Hantu

Si Bebek dan Si Burung Hantu - Kumpulan Dongeng
Dahulu kala, kehidupan di kerajaan binatang rasa damai.  Seluruh hewan saling sayang menyayangi. Hewan yang tua menyayangi yang muda, sedang hewan yang mudah menghormati yang tua. Bahkan mereka suka hidup bergotong-royong dalam melakukan setiap pekerjaan. Siapapun yang mendapat kesulitan dalam melakukan  sesuatu pekerjaan maka hewan yang lain serentak beramai-ramai membantunya. Sehingga semua pekerjaan yang ringan akan cepat terselesaikan dan pekerjaan yang berat akan terasa ringan karena mereka mengerjakannya bersama-sama. Mereka melakukannya dengan ikhlas tanpa pamrih apapun. 

Namun, akhir-akhir ini ini kehidupan di kerajaan binatang terasa jauh berbeda. Antara hewan yang satu dengan yang lainnya saling curiga mencurigai. Hewan-hewan tua enggan menyayangi yang muda, dan dan sebaliknya, hewan-hewan muda sudah tidak menaruh hormat pada hewan tua.  Hewan-hewan muda semakin berani bertindak tidak sopan kepada hewan-hewan tua. Rasa kegotong-royongan dalam melakukan pekerjaan sudah mereka tinggalkan. Mereka lebih senang hidup menyendiri. Bila ada hewan yang kesulitan melakukan pekerjaan maka tidak ada seekor hewan pun yang ikhlas membantunya. Mereka lebih senang menjadi penonton saja terhadap kesulitan teman-temannya. Kehidupan di kerajaan semakin jauh dari rasa aman dan tentram.

Perubahan kehidupan yang jauh dari rasa nyaman di kerajaan binatang itu, diakibatkan ulah si bebek yang jago gosip. Tiap hari si bebek selalu menyebarkan gosip di mana-mana. Seluruh hewan senantiasa menjadi bahan gosipnya. Sehingga antara hewan satu dan hewan lain terjadi salah paham, tidak jarang terjadi perkelahian. Bila antara hewan satu dan hewan lain terlibat adu mulut dan akhirnya berkelahi maka si bebek menjauhi mereka.  Bahkan terkadang si bebek saling mengadu domba antara hewan satu dengan lainnya. Hewan-hewan tua berusaha diadu dengan hewan-hewan muda. Begitupun sebaliknya.

Si burung hantu merasa resah dengan perubahan kehidupan di kerajaan binatang yang semakin tidak ada aturan. Dia tahu bahwa penyebab semua ini adalah akibat ulah si bebek. Kemudian si burung memikirkan suatu cara bagaimana caranya memberi pelajaran kepada si bebek. Dia ingin menghentikan tingkah polah si bebek yang semakin menjadi-jadi.

Kalau  ulah si bebek tidak dihentikan,  maka kehidupan di kerajaan binatang akan semakin amburadul,” pikir burung hantu. Si burung hantu tahu bahwa setiap malam si bebek selalu tidur di bawah pohon tidak jauh dari rumahnya. Oleh karena itu,  menjelang gelap si burung hantu sudah bertengger di dahan pohon di mana di bawahnya tempat si bebek tidur. Dan tidak beberapa lama nampaklah si bebek pulang. Lalu si burung hantu berusaha mendekatinya.
  •  “Selamat malam, bebek”, sapa  burung hantu.
  • “Hhohoho… selamat malam. Hei, kau rupanya si mata SIONG,” jawab si bebek mengejek.
  • “Wah kamu menghina aku, ya! Apa itu si mata SIONG?” tanya si burung hantu tidak mengerti.
  • “Hehehehehe…. si mata SIONG! Kalau siang matanya sipit kalau malam matanya plolong! Hahahahaha…”
  • “Memang keterlaluan kamu, bebek!,” kata burung hantu. “Semua teman-temanku pasti kau hina, kau fitnah, kau adu domba seperti itu. Pantas saja mereka saling curiga antara satu dengan yang lainnya.”
  • “Ya salah mereka! Kenapa mereka bodoh sehingga bisa saling berkelahi.”
  • “Jangan begitu bebek! Mereka juga teman-temanmu, jadi kamu harus melindungi mereka…!”
  • “Apa? melindungi hewan-hewan yang tidak cerdas seperti mereka? Puih… tidak mau yaa…! Bahkan mereka pantas menerima hadiah akibat kebodohannya.”
  • “Hei, bebek! Tidak pantas kau berkata seperti itu! sekali lagi aku peringatkan agar kamu jangan melakukan hal-hal tercela kepada teman-temanku. kalau tidak mau, maka kamu akan mendapat celaka akibat ulahmu sendiri.”
  • “Memangnya ada apa dengan kamu ini? Sok usil ngurusi urusan teman! kamu jangan mencoba-coba mengancam aku ya Burung Hantu! atau kamu menantang berkelahi dengan aku ya?” bentak si bebek.

Duuuukkkkk..... tiba-tiba ada sebongkah batu besar menimpa mulut si bebek. Entah siapa yang telah melemparkannya. Namun dilihat dari arahnya, tentu si burung hantu yang telah melemparkannya.

  • "Aduuhhh.... weekkk...wek...wek...wek!!!!" teriak si bebek kesakitan. dia berusaha melepaskan diri dari himpitan batu yang menimpa mulutnya namun tidak bisa. Dia terus berusaha melepaskan diri dan akhirnya setelah menarik mulutnya kuat-kuat ia terbebas dari himpitan batu. Namun si bebek kembali berteriak dan merasa menyesal karena batu besar yang menghimpit mulutnya tadi ternyata membuat mulutnya menjadi pipih dan sulit menjadi bentuk semula. Si bebek kini sulit untuk berkata-kata lagi, karena setiap berkata-kata dari mulutnya hanya keluar bunyi : Wek..wek..wekk...wekk. Dan sejak saat itu, si bebek tidak bisa berkata-kata lagi. Dia tidak bisa memfitnah teman-temannya lagi. Dia tidak bisa mengadu domba seluruh teman-temannya lagi. Akhirnya ia hanya bisa menyesal dalam hati dan sambil kedua matanya berlinang air mata ia pergi menjauhi teman-temannya karena malu atas perbuatannya selama ini.
  • "itulah akibat kesombongan dan mulut yang senantiasa bergosip, memfitnah, dan mengadu domba teman. Pasti akan mendapat balasan sesuai perbuatannya,"


Kata si Burung hantu. Dan seluruh hewan bersorak sorai tanda gembira. Mereka sadar bahwa sikap mereka selama ini salah akibat fitnahan dan adu domba si bebek. Akhirnya mulai saat itu mereka bersatu lagi. Hidup mereka menjadi nyaman dan tenteram. 

Tidak ada komentar: